Bendera Setengah Tiang di Herkeys Home
A
A
A
Sang Merah Putih tetap melambai di antara langit biru berhias mendung di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang tadi malam.
Angin lembah dari Puncak Mahameru, seolah tak kuasa lagi mengajak kibar bendera itu bergerak lugas seperti derap sepasukan langit. Warna merah lambang keberanian dan putih lambang kesuciannya, masih tampak bersinar. Meski sinar itu meredup di setengah tiang bendera. Sang Merah Putih menjadi saksi bisu. Titik air mata di Herkey’s Home. Tempat berlabuhnya pesawat-pesawat Hercules C 130 Skadron Udara 32. Aroma wangi kembang menjadi selimut pelindung putra-putra terbaik dari anggota pasukan langit yang terbujur kaku di dalam hanggar.
Wangi kembang ini menabur aromanya, menahan dingin udara musim kemarau yang menusuk tulang sumsum. Dalam keheningan malam saat deru burung besi telah hening, satu per satu peti yang berisi para jenazah korban kecelakaan Pesawat Hercules C 130 memasuki hanggar Pesawat Skadron 32 Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Abdulrachman Saleh Malang, tadi malam. Berbalut Sang Merah Putih, peti-peti itu berjajar rapi di dalam rumah Hercules.
Rumah damai, tempat beristirahat, dan berlindung dari segala macam ancaman. Isak tangis tidak mampu lagi terbendung saat Panglima Komando Operasi TNI AU (Pangkoopsau) II, Marsekal Muda (Marsda) TNI Barhim, memimpin jalannya upacara penyambutan jenazah. Upacara kemiliteran itu terasa hening dan syahdu ditemani titik-titik air mata yang terus mengucur dari pelupuk mata.
“Hidup ini adalah rahasia Ilahi. Bila akhir hayat sudah tiba, tidak ada yang bisa mencegahnya. Yang bisa kita lakukan adalah memberikan keikhlasan yang tulus dan ketabahan serta doa. Kepergian para almarhum merupakan kehilangan putraputra terbaik TNI AU. Kami keluarga besar TNI AU, berbelasungkawa yang sebesar-besarnya. Semoga keluarga selalu diberikan keikhlasan dan ketabahan,” ujar Barhim dalam penyambutan jenazah.
Delapan jenazah yang diantarkan ke Malang di antaranya almarhum Kapten Sandy Permana, Peltu Ngateman, Peltu Ibnu Kohar, Peltu Yahya Komari, Pelda Agus Purwanto, Pelda Andik Supriadi, Pelda Parijo, dan Serma Bambang. Setelah prosesi upacara penerimaan jenazah di hanggar pesawat Skadron 32, jenazah diantar ke rumah duka masing-masing. Hanya sesaat jenazah disemayamkan di rumah duka.
Setelah itu, langsung kembali dibawa ke Masjid Baiturohman, yang ada di dalam kawasan Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh untuk digelar salat jenazah. Dari delapan jenazah, hanya lima yang dimakamkan di Malang. Empat jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Margabaka yang ada di lingkungan Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh. Jenazah tersebut antara lain jenazah Pelda Agus Purwanto, Pelda Andik Supriadi, Pelda Parijo, dan Serma Bambang.
Tiga jenazah lainnya dimakamkan di tempat berbeda. Menurut Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh Malang, Letnan Kolonel (Letkol) Sus. Sutrisno, jenazah almarhum Kapten Sandy Permana yang merupakan penerbang pesawat Hercules nahas tersebut akan dimakamkan di Semarang. “Pemakaman dilakukan di kota kelahirannya sesuai permintaan keluarga,” ungkapnya.
Sementara jenazah Peltu Yahya Komari dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Suropati, Kota Malang dan jenazah Peltu Ibnu Kohar dimakamkan di kota kelahirannya di Kota Mojokerto. “Semua rencana pemakaman ini sesuai dengan permintaan keluarga almarhum,” ungkap Sutrisno. Duka mendalam dirasakan keluarga Kapten Sandy Permana. Perwira penerbang ini baru tiga Minggu lalu dinobatkan sebagai lulusan terbaik Sekolah Komando TNI AU ini. Ayah mertua Kapten Sandy Permana, Triyatmo, 53, mengaku ikhlas menerima kenyataan ini.
“Pada dasarnya semua kehendak Allah. Saya yakin anak saya berbuat baik. Tetapi, semua yang ditakdirkan Allah, kita manusia hanya bisa pasrah dan ikhlas menerimanya,” ungkapnya. Tidak ada firasat apapun yang dialami keluarga sebelum kejadian nahas ini. Bagi Triyatmo, suami dari putri sulungnya tersebut, memiliki perilaku yang sangat baik dan santun. Almarhum juga sangat menyayangi keluarganya.
Meski sudah menjadi perwira penerbang lulusan terbaik sejak di SMA Taruna Nusantara, Akademi Angkatan Udara (AAU), hingga Sekolah Komando TNI AU, menantunya tersebut tetap sangat menghormati orang tua. “Semua disimpannya sendiri. Anaknya santun dan pendiam,” ujarnya. Almarhum meninggalkan seorang istri, Fitriana Hapsari, 29, serta dua putri, yakni Zahra Nindya Putri Permana, 4,5; dan Zahira Maulidina Putri Permana, 2,5.
Setibanya di Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh, jenazah almarhum akan disemayamkan di rumah duka di Kompleks Perwira TNI AU Amratha H-63 No 7. Jenazah akan dibawa ke Semarang pada Kamis (2/7) pagi untuk prosesi pemakaman. “Kami keluarga memang meminta dimakamkan di Semarang agar lebih dekat dengan keluarga. Di Malang, kami tidak ada keluarga,” ujar Triyatmo.
Yuswantoro
Angin lembah dari Puncak Mahameru, seolah tak kuasa lagi mengajak kibar bendera itu bergerak lugas seperti derap sepasukan langit. Warna merah lambang keberanian dan putih lambang kesuciannya, masih tampak bersinar. Meski sinar itu meredup di setengah tiang bendera. Sang Merah Putih menjadi saksi bisu. Titik air mata di Herkey’s Home. Tempat berlabuhnya pesawat-pesawat Hercules C 130 Skadron Udara 32. Aroma wangi kembang menjadi selimut pelindung putra-putra terbaik dari anggota pasukan langit yang terbujur kaku di dalam hanggar.
Wangi kembang ini menabur aromanya, menahan dingin udara musim kemarau yang menusuk tulang sumsum. Dalam keheningan malam saat deru burung besi telah hening, satu per satu peti yang berisi para jenazah korban kecelakaan Pesawat Hercules C 130 memasuki hanggar Pesawat Skadron 32 Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Abdulrachman Saleh Malang, tadi malam. Berbalut Sang Merah Putih, peti-peti itu berjajar rapi di dalam rumah Hercules.
Rumah damai, tempat beristirahat, dan berlindung dari segala macam ancaman. Isak tangis tidak mampu lagi terbendung saat Panglima Komando Operasi TNI AU (Pangkoopsau) II, Marsekal Muda (Marsda) TNI Barhim, memimpin jalannya upacara penyambutan jenazah. Upacara kemiliteran itu terasa hening dan syahdu ditemani titik-titik air mata yang terus mengucur dari pelupuk mata.
“Hidup ini adalah rahasia Ilahi. Bila akhir hayat sudah tiba, tidak ada yang bisa mencegahnya. Yang bisa kita lakukan adalah memberikan keikhlasan yang tulus dan ketabahan serta doa. Kepergian para almarhum merupakan kehilangan putraputra terbaik TNI AU. Kami keluarga besar TNI AU, berbelasungkawa yang sebesar-besarnya. Semoga keluarga selalu diberikan keikhlasan dan ketabahan,” ujar Barhim dalam penyambutan jenazah.
Delapan jenazah yang diantarkan ke Malang di antaranya almarhum Kapten Sandy Permana, Peltu Ngateman, Peltu Ibnu Kohar, Peltu Yahya Komari, Pelda Agus Purwanto, Pelda Andik Supriadi, Pelda Parijo, dan Serma Bambang. Setelah prosesi upacara penerimaan jenazah di hanggar pesawat Skadron 32, jenazah diantar ke rumah duka masing-masing. Hanya sesaat jenazah disemayamkan di rumah duka.
Setelah itu, langsung kembali dibawa ke Masjid Baiturohman, yang ada di dalam kawasan Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh untuk digelar salat jenazah. Dari delapan jenazah, hanya lima yang dimakamkan di Malang. Empat jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Margabaka yang ada di lingkungan Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh. Jenazah tersebut antara lain jenazah Pelda Agus Purwanto, Pelda Andik Supriadi, Pelda Parijo, dan Serma Bambang.
Tiga jenazah lainnya dimakamkan di tempat berbeda. Menurut Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh Malang, Letnan Kolonel (Letkol) Sus. Sutrisno, jenazah almarhum Kapten Sandy Permana yang merupakan penerbang pesawat Hercules nahas tersebut akan dimakamkan di Semarang. “Pemakaman dilakukan di kota kelahirannya sesuai permintaan keluarga,” ungkapnya.
Sementara jenazah Peltu Yahya Komari dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Suropati, Kota Malang dan jenazah Peltu Ibnu Kohar dimakamkan di kota kelahirannya di Kota Mojokerto. “Semua rencana pemakaman ini sesuai dengan permintaan keluarga almarhum,” ungkap Sutrisno. Duka mendalam dirasakan keluarga Kapten Sandy Permana. Perwira penerbang ini baru tiga Minggu lalu dinobatkan sebagai lulusan terbaik Sekolah Komando TNI AU ini. Ayah mertua Kapten Sandy Permana, Triyatmo, 53, mengaku ikhlas menerima kenyataan ini.
“Pada dasarnya semua kehendak Allah. Saya yakin anak saya berbuat baik. Tetapi, semua yang ditakdirkan Allah, kita manusia hanya bisa pasrah dan ikhlas menerimanya,” ungkapnya. Tidak ada firasat apapun yang dialami keluarga sebelum kejadian nahas ini. Bagi Triyatmo, suami dari putri sulungnya tersebut, memiliki perilaku yang sangat baik dan santun. Almarhum juga sangat menyayangi keluarganya.
Meski sudah menjadi perwira penerbang lulusan terbaik sejak di SMA Taruna Nusantara, Akademi Angkatan Udara (AAU), hingga Sekolah Komando TNI AU, menantunya tersebut tetap sangat menghormati orang tua. “Semua disimpannya sendiri. Anaknya santun dan pendiam,” ujarnya. Almarhum meninggalkan seorang istri, Fitriana Hapsari, 29, serta dua putri, yakni Zahra Nindya Putri Permana, 4,5; dan Zahira Maulidina Putri Permana, 2,5.
Setibanya di Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh, jenazah almarhum akan disemayamkan di rumah duka di Kompleks Perwira TNI AU Amratha H-63 No 7. Jenazah akan dibawa ke Semarang pada Kamis (2/7) pagi untuk prosesi pemakaman. “Kami keluarga memang meminta dimakamkan di Semarang agar lebih dekat dengan keluarga. Di Malang, kami tidak ada keluarga,” ujar Triyatmo.
Yuswantoro
(ars)