Mengelola CSR untuk Membangun Kota
A
A
A
MALANG - Bus besar bertingkat melaju tenang di depan Balai Kota Malang. Deru mesinnya teredam semilir angin dingin pegunungan. Bus hijau berwajah klasik khas kendaraan di daratan Eropa kuno tersebut sudah beberapa bulan terakhir menghiasi jalanan kota wisata sejarah ini.
Meski baru beberapa bulan menghiasi jalan kota, masyarakat Kota Malang sudah mengenal bus tingkat itu. Julukan bus tingkat itu adalah Macyto, kependekan dari Malang City Tour. Bus wisata ini dioperasionalkan setiap hari untuk wisatawan dan masyarakat secara gratis.
Para pelajar juga begitu senang dengan kehadiran bus tersebut. Banyak dari mereka tertarik mempelajari kota yang dikenal sebagai semboyan Kota Tri Bina Cita, kota industri, kota wisata, dan kota pendidikan. Dari atap bus yang terbuka, semuanya menjadi semakin mudah menikmati keindahan kota. Mereka juga dimanjakan dengan keterangan tentang seisi kota, yang disampaikan pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia Region Malang.
“Kota Malang sangat indah, banyak bangunan kuno bersejarahnya. Semakin mudah menikmati dan mempelajarinya saat keliling naik Bus Macyto,” ujar Nadila, 16, salah seorang pelajar dari Kabupaten Blitar yang sengaja datang ke Kota Malang untuk berwisata dengan Bus Macyto. Terdapat dua unit armada Bus Macyto. Semuanya tidak dibeli dengan APBD Kota Malang.
Namun, itu merupakan bantuan dari PT Nikko Steel dan diproduksi perusahaan karoseri PT Morodadi Prima Malang. “Bus ini diberi perusahaan swasta melalui program Corporate Social Responsiblity (CSR),” ujar Wali Kota Malang, Mochamad Anton. Pengadaan bus ini menjadi model pembangunan wisata Wali Kota M Anton. Dia terus melobi sejumlah perusahaan agar mau menyalurkan dana CSR-nya ke Kota Malang.
Bagaimana tidak, sebagai kota wisata, Kota Malang nyaris tidak memiliki potensi alam. Potensinya masih kalah dengan Kabupaten Malang dan Kota Batu. Apalagi Kota Malang sempat mendapat julukan tidak mengenakan, yakni Kota Rumah Toko (Ruko) akibat tidak terkontrolnya pembangunan kota. Kehadiran Bus Macyto diharapkan bisa menjadi magnet kunjungan wisata. Selain bus, Anton juga menggarap taman-taman peninggalan kolonial Belanda yang dirancang Thomas Charsten.
Taman kota yang pertama kali bisa dibangun dengan dana CSR adalah Taman Trunojoyo. Taman peninggalan masa kolonial Belanda di depan Stasiun Besar Malang itu, mampu disulap dengan dana CSR dari PT Bentoel. Konsep taman ini adalah taman keluarga yang menyediakan tempat bermain untuk anak, taman baca, dan tempat pengelolaan pedagang kaki lima.
Setelah berhasil menyalurkan dana CSR di Taman Trunojoyo, PT Bentoel menyulap taman di sepanjang Jalan Jakarta menjadi Taman Kunangkunang. Taman yang terletak di pusat pendidikan itu menghadirkan ornamen lampu taman indah pada malam hari. Karena itu, masyarakat dan wisatawan bisa menikmati keindahan khas Kota Malang saat mentari sudah berada di peraduannya.
Penataan taman kota sebagai tempat wisata keluarga yang sehat dan tempat bermain anak, juga dilakukan Anton di Taman Merbabu. Menggandeng CSR dari PT Beiresdorf Indonesia, taman yang sebelumnya tidak memikat orang untuk hadir mengunjungi, berubah menjadi taman yang selalu ramai sebagai tempat wisata keluarga. Dana CSR Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga mengalir untuk proyek revitalisasi Alun-Alun Merdeka. Kawasan yang sebelumnya kusam kini menjadi cantik.
Alun-alun kian nyaman digunakan warga beristirahat setelah puas berbelanja di pusat perbelanjaan modern atau setelah lelah beribadah di Masjid Jami Kota Malang, Gereja Kristen Imanuel, dan Gereja Katolik Kayutangan. Kesuksesan Anton mengubah wajah Kota Malang mengundang perusahaan lain untuk mengalirkan dana CSR. Saat ini telah masuk PT Otsuka Indonesia yang menyalurkan dana CSRnya untuk pembenahan Hutan Kota Malabar.
Selain itu, sejumlah perusahaan juga telah siap menyalurkan dana CSR-nya untuk pembangunan Taman Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, dan di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing. Bukan hanya taman, pemanfaatan CSR juga disalurkan untuk pengembangan pendidikan. Salah satunya pengadaan satu unit bus sekolah gratis dari Bank Jatim. Mengalirnya dana CSR ke Kota Malang membuat iklim wisata makin baik.
Anton berharap hal ini mendorong perkembangan usahausaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dikelola masyarakat. Dengan begitu, seluruh manfaatnya bisa dinikmati masyarakat
Yuswantoro
Meski baru beberapa bulan menghiasi jalan kota, masyarakat Kota Malang sudah mengenal bus tingkat itu. Julukan bus tingkat itu adalah Macyto, kependekan dari Malang City Tour. Bus wisata ini dioperasionalkan setiap hari untuk wisatawan dan masyarakat secara gratis.
Para pelajar juga begitu senang dengan kehadiran bus tersebut. Banyak dari mereka tertarik mempelajari kota yang dikenal sebagai semboyan Kota Tri Bina Cita, kota industri, kota wisata, dan kota pendidikan. Dari atap bus yang terbuka, semuanya menjadi semakin mudah menikmati keindahan kota. Mereka juga dimanjakan dengan keterangan tentang seisi kota, yang disampaikan pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia Region Malang.
“Kota Malang sangat indah, banyak bangunan kuno bersejarahnya. Semakin mudah menikmati dan mempelajarinya saat keliling naik Bus Macyto,” ujar Nadila, 16, salah seorang pelajar dari Kabupaten Blitar yang sengaja datang ke Kota Malang untuk berwisata dengan Bus Macyto. Terdapat dua unit armada Bus Macyto. Semuanya tidak dibeli dengan APBD Kota Malang.
Namun, itu merupakan bantuan dari PT Nikko Steel dan diproduksi perusahaan karoseri PT Morodadi Prima Malang. “Bus ini diberi perusahaan swasta melalui program Corporate Social Responsiblity (CSR),” ujar Wali Kota Malang, Mochamad Anton. Pengadaan bus ini menjadi model pembangunan wisata Wali Kota M Anton. Dia terus melobi sejumlah perusahaan agar mau menyalurkan dana CSR-nya ke Kota Malang.
Bagaimana tidak, sebagai kota wisata, Kota Malang nyaris tidak memiliki potensi alam. Potensinya masih kalah dengan Kabupaten Malang dan Kota Batu. Apalagi Kota Malang sempat mendapat julukan tidak mengenakan, yakni Kota Rumah Toko (Ruko) akibat tidak terkontrolnya pembangunan kota. Kehadiran Bus Macyto diharapkan bisa menjadi magnet kunjungan wisata. Selain bus, Anton juga menggarap taman-taman peninggalan kolonial Belanda yang dirancang Thomas Charsten.
Taman kota yang pertama kali bisa dibangun dengan dana CSR adalah Taman Trunojoyo. Taman peninggalan masa kolonial Belanda di depan Stasiun Besar Malang itu, mampu disulap dengan dana CSR dari PT Bentoel. Konsep taman ini adalah taman keluarga yang menyediakan tempat bermain untuk anak, taman baca, dan tempat pengelolaan pedagang kaki lima.
Setelah berhasil menyalurkan dana CSR di Taman Trunojoyo, PT Bentoel menyulap taman di sepanjang Jalan Jakarta menjadi Taman Kunangkunang. Taman yang terletak di pusat pendidikan itu menghadirkan ornamen lampu taman indah pada malam hari. Karena itu, masyarakat dan wisatawan bisa menikmati keindahan khas Kota Malang saat mentari sudah berada di peraduannya.
Penataan taman kota sebagai tempat wisata keluarga yang sehat dan tempat bermain anak, juga dilakukan Anton di Taman Merbabu. Menggandeng CSR dari PT Beiresdorf Indonesia, taman yang sebelumnya tidak memikat orang untuk hadir mengunjungi, berubah menjadi taman yang selalu ramai sebagai tempat wisata keluarga. Dana CSR Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga mengalir untuk proyek revitalisasi Alun-Alun Merdeka. Kawasan yang sebelumnya kusam kini menjadi cantik.
Alun-alun kian nyaman digunakan warga beristirahat setelah puas berbelanja di pusat perbelanjaan modern atau setelah lelah beribadah di Masjid Jami Kota Malang, Gereja Kristen Imanuel, dan Gereja Katolik Kayutangan. Kesuksesan Anton mengubah wajah Kota Malang mengundang perusahaan lain untuk mengalirkan dana CSR. Saat ini telah masuk PT Otsuka Indonesia yang menyalurkan dana CSRnya untuk pembenahan Hutan Kota Malabar.
Selain itu, sejumlah perusahaan juga telah siap menyalurkan dana CSR-nya untuk pembangunan Taman Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, dan di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing. Bukan hanya taman, pemanfaatan CSR juga disalurkan untuk pengembangan pendidikan. Salah satunya pengadaan satu unit bus sekolah gratis dari Bank Jatim. Mengalirnya dana CSR ke Kota Malang membuat iklim wisata makin baik.
Anton berharap hal ini mendorong perkembangan usahausaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dikelola masyarakat. Dengan begitu, seluruh manfaatnya bisa dinikmati masyarakat
Yuswantoro
(ftr)