Hindari Jalur Tengah karena Bisa Macet Total
A
A
A
SURABAYA - Pemudik asal Jawa Timur yang akan pulang ke Jawa Tengah, Yogyakarta, atau Jakarta, disarankan menghindari jalur tengah, Nganjuk-Madiun.
Jalan Raya Caruban yang menghubungkan Kabupaten Madiun-Kabupaten Nganjuk adalah titik rawan kemacetan terpanjang. “Kami imbau khususnya kepada pemudik yang nanti mengarah ke Jawa Tengah, Solo, Klaten, atau Yogyakarta, untuk tidak melewati jalur lintas tengah karena rawan macet parah,” ujar Kadishub dan LLAJ Jatim Wahid Wahyudi, kemarin.
Kemacetan parah paling rawan ada di jalur Nganjuk-Caruban akibat beberapa faktor antara lain ada dua perlintasan kereta api serta jalan yang berkelok- kelok dan menyempit. “Lintas tersebut merupakan jalur utama yang belum ada jalan alternatifnya, kata dia. Ia mengimbau pemudik sebisa mungkin menghindari jalur mulai dari Guyangan Nganjuk sampai Caruban Madiun daripada terjebak macet berjam- jam sehingga lebih baik cari jalan lain.
Jalan alternatif bisa dari Nganjuk menuju ke Bojonegoro dan Tuban. Sebagai solusi bagi masyarakat Surabaya dan sekitarnya yang ingin ke Jateng bisa melalui jalur Pantai Utara, yakni melintasi Lamongan, Bojonegoro, Ngawi lalu ke Jawa Tengah. “Jika dibandingkan lintas tengah Nganjuk-Madiun- Ngawi ke Jateng dengan Lamongan-Bojonegoro-Ngawi, jarak tempuhnya memang bertambah 11 kilometer.
Tapi jalur pantura ini lebih efisien daripada macet berjam-jam,” katanya. Begitu pula dengan masyarakat Malang, Blitar, dan sekitarnya. Jika ingin ke Jateng juga disarankan lewat Ponorogo- Ngawi tembus ke Wonogiri. Berdasarkan pengalaman, setiap mudik Lebaran dipastikan macet parah di jalur Nganjuk- Caruban. Kendati demikian, jalur Pantura Gresik bukan tanpa kendala. Sebab di sejumlah titik masih ada pembangunan tiga jembatan, yaitu Jembatan Manyar, Jembatan Tambak Ombo, serta Jembatan Sembayat.
Selain itu, di jalur Lamongan juga masih ada kendala penyempitan jalan yang terjadi di Duduk Sampean dari empat lajur menjadi dua lajur serta Pasar Babat masih akan menjadi titik kemacetan. “Tapi jalur pantura memiliki jalur alternatif, misalnya menghindari pembangunan tiga jembatan, maka masih ada jalur alternatif melalui simpang Sukodadi maupun simpang Drajat Paciran,” ucapnya. Pantauan di lapangan, jalur mudik di Kabupaten Madiun dipastikan masih dalam kondisi mulus pada arus mudik dan balik nanti.
Sejumlah ruas jalan nasional, jalan provinsi, maupun jalan kabupaten, terpantau baik. Beberapa kerusakan memang terjadi, namun tidak begitu berarti dan tidak akan mengganggu pengendara bila selalu waspada dan berhatihati. Saat ini jalan kabupaten yang menjadi jalur mudik di Kabupaten Madiun hanya ruas Bajulan-Kaligunting sepanjang 8,575 km.
Jalur ini cukup mulus karena perbaikannya telah dilakukan pada Mei lalu. “Kalau dua tiga tahun lalu mungkin masih banyak lubang. Kalau saat ini dijamin mulus. Sudah selesai kami perbaiki pada Mei lalu,” ungkap Kabid Jalan dan Jembatan Dinas PUBMCK Kabupaten Madiun, Widodo.
Sementara salah satu ruas jalan yang bisa dijadikan alternatif dari Madiun menuju Ngawi, yaitu Balerejo-Moneng, jalannya tampak berlubang-lubang. “Tidak mungkin diaspal, akan selalu berlubang karena tanahnya labil,” kata Widodo.
Ihyaulumuddin/ dili eyato/ant
Jalan Raya Caruban yang menghubungkan Kabupaten Madiun-Kabupaten Nganjuk adalah titik rawan kemacetan terpanjang. “Kami imbau khususnya kepada pemudik yang nanti mengarah ke Jawa Tengah, Solo, Klaten, atau Yogyakarta, untuk tidak melewati jalur lintas tengah karena rawan macet parah,” ujar Kadishub dan LLAJ Jatim Wahid Wahyudi, kemarin.
Kemacetan parah paling rawan ada di jalur Nganjuk-Caruban akibat beberapa faktor antara lain ada dua perlintasan kereta api serta jalan yang berkelok- kelok dan menyempit. “Lintas tersebut merupakan jalur utama yang belum ada jalan alternatifnya, kata dia. Ia mengimbau pemudik sebisa mungkin menghindari jalur mulai dari Guyangan Nganjuk sampai Caruban Madiun daripada terjebak macet berjam- jam sehingga lebih baik cari jalan lain.
Jalan alternatif bisa dari Nganjuk menuju ke Bojonegoro dan Tuban. Sebagai solusi bagi masyarakat Surabaya dan sekitarnya yang ingin ke Jateng bisa melalui jalur Pantai Utara, yakni melintasi Lamongan, Bojonegoro, Ngawi lalu ke Jawa Tengah. “Jika dibandingkan lintas tengah Nganjuk-Madiun- Ngawi ke Jateng dengan Lamongan-Bojonegoro-Ngawi, jarak tempuhnya memang bertambah 11 kilometer.
Tapi jalur pantura ini lebih efisien daripada macet berjam-jam,” katanya. Begitu pula dengan masyarakat Malang, Blitar, dan sekitarnya. Jika ingin ke Jateng juga disarankan lewat Ponorogo- Ngawi tembus ke Wonogiri. Berdasarkan pengalaman, setiap mudik Lebaran dipastikan macet parah di jalur Nganjuk- Caruban. Kendati demikian, jalur Pantura Gresik bukan tanpa kendala. Sebab di sejumlah titik masih ada pembangunan tiga jembatan, yaitu Jembatan Manyar, Jembatan Tambak Ombo, serta Jembatan Sembayat.
Selain itu, di jalur Lamongan juga masih ada kendala penyempitan jalan yang terjadi di Duduk Sampean dari empat lajur menjadi dua lajur serta Pasar Babat masih akan menjadi titik kemacetan. “Tapi jalur pantura memiliki jalur alternatif, misalnya menghindari pembangunan tiga jembatan, maka masih ada jalur alternatif melalui simpang Sukodadi maupun simpang Drajat Paciran,” ucapnya. Pantauan di lapangan, jalur mudik di Kabupaten Madiun dipastikan masih dalam kondisi mulus pada arus mudik dan balik nanti.
Sejumlah ruas jalan nasional, jalan provinsi, maupun jalan kabupaten, terpantau baik. Beberapa kerusakan memang terjadi, namun tidak begitu berarti dan tidak akan mengganggu pengendara bila selalu waspada dan berhatihati. Saat ini jalan kabupaten yang menjadi jalur mudik di Kabupaten Madiun hanya ruas Bajulan-Kaligunting sepanjang 8,575 km.
Jalur ini cukup mulus karena perbaikannya telah dilakukan pada Mei lalu. “Kalau dua tiga tahun lalu mungkin masih banyak lubang. Kalau saat ini dijamin mulus. Sudah selesai kami perbaiki pada Mei lalu,” ungkap Kabid Jalan dan Jembatan Dinas PUBMCK Kabupaten Madiun, Widodo.
Sementara salah satu ruas jalan yang bisa dijadikan alternatif dari Madiun menuju Ngawi, yaitu Balerejo-Moneng, jalannya tampak berlubang-lubang. “Tidak mungkin diaspal, akan selalu berlubang karena tanahnya labil,” kata Widodo.
Ihyaulumuddin/ dili eyato/ant
(ftr)