Pelabuhan-Bandara Siaga MERS-CoV

Sabtu, 20 Juni 2015 - 11:38 WIB
Pelabuhan-Bandara Siaga...
Pelabuhan-Bandara Siaga MERS-CoV
A A A
SURABAYA - Dua pintu masuk Jawa Timur (Jatim) yakni Pelabuhan Tanjung Perak dan Bandar Udara Internasional Juanda dijaga ketat. Petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim dikerahkan untuk mendeteksi virus Middle East Respiratory Syndrome Corona virus (MERS-CoV) yang dibawa anak buah kapal (ABK) maupun penumpang pesawat dari luar negeri.

Hal ini dilakukan setelah masuknya pasien suspect MERSCoV berinisial D di Pelabuhan Tanjung Perak, Minggu (14/6). Dinkes langsung mengecek ke sejumlah rumah sakit di seluruh Jatim dan hasilnya nihil. “Kalau ada temuan, pasti dilaporkan kepada kami,” kata Kepala Dinkes Provinsi Jatim Harsono, kemarin.

Harsono mengaku, telah mengambil langkah antisipatif untuk mencegah masuknya virus mematikan itu. Terutama di pintu-pintu masuk wilayah Jatim, seperti bandara dan pelabuhan. Dinkes menyiagakan petugas kesehatan yang dilengkapi dengan peralatan deteksi.

“Ada alat khusus yang kami siapkan di bandara maupun pelabuhan untuk mendeteksi penumpang datang. Begitu diketahui ada panas tinggi, petugas akan langsung memeriksa. Bila memang mencurigakan makalangsung dirujuk ke rumah sakit untuk ditangani,” katanya. Tak hanya itu, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan petugas bandara maupun pelabuhan atas kemungkinan itu.

Tujuannya, agar petugas Dinkes bisa langsung berkoordinasi sewaktu-waktu. “Petugas akan siaga penuh. Terutama untuk penumpang dari luar negeri yang berpotensi tertular virus itu,” katanya.

Seperti diberitakan, D, pria asal China yang bekerja sebagai ABK dikarantina setelah suhu badannya tinggi, Minggu (14/- 6). D dinyatakan negatif MERSCoV setelah hasil laboratorium menunjukkan hanya flu biasa. Dinkes Jatim sudah menyiapkan ruang isolasi khusus terstandar internasional untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya kasus MERS di Jatim. “Peralatan kami di RSU dr Soetomo sudah lengkap. Dan sudah terstandar internasional,” kata Harsono.

Direktur Utama RS dr Soetomo, dr Dodo Anondo, memastikan bahwa pasien asal China berinisial D, negatif MERS-CoV. Kepastian itu disampaikan berdasarkan hasil tes laboratorium dari Kementerian Kesehatan. “Kami sudah menerima hasil salinan pemeriksaan laboratorium dari Balitbangkes Jakarta dan hasilnya negatif. Pasien ternyata flu biasa. Sehingga hari ini kami pulangkan,” kata Dodo saat ditemui sebelum hearing dengan Komisi E DPRD Jatim, kemarin.

Dodo menyatakan, terhadap sampel darah pasien Mr D, telah dilakukan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan ukuran pita DNA virus corona dari sampel yangdiperiksa. Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa WHO telah mengingatkan tentang penularan MERS-CoV.

”Pada 17 Juni 2015, WHO mengeluarkan pernyataan bahwa situasi MERS kini sudah merupakan ‘wake up call-alarm’,” kata Tjandra Yoga Aditama, Anggota Tim Darurat Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk MERS-CoV ketika dihubungi Jakarta, kemarin. Tujuannya, kata dia, agar semua negara “bangun” dan mempersiapkan diri. ”Tentu saja termasuk kita di Indonesia,” katanya.

Namun, di sisi lain, WHO MERS Emergency Committe Meeting pada Selasa 16 Juni 2015 sampai pada kesimpulan bahwa sampai sekarang ini MERS CoV belum dalam status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). ”Hal itu juga telah diumumkan oleh WHO,” katanya.

Menurut dia, umur rata-rata pasien MERS yang meninggal adalah 72,5 tahun, lebih tua dari umur rata-rata pasien MERS yang sembuh yaitu 55 tahun. ”Jadi, makin tua usia maka makin besar kemungkinan sakitnya menjadi parah dan kemudian meninggal dunia,” katanya.

Selain itu, 92,9% pasien yang meninggal dunia sudah mempunyai penyakit penyerta lain sebelum terkena MERS, dan hanya 27,9% pasien sembuh yang sudah mempunyai penyakit lain sebelum terkena MERS.

”Artinya, risiko MERS parah atau meninggal akan lebih sering terjadi kalau sudah ada penyakit kronik lain. Jadi, kalau akan bepergian ke daerah yang ada MERS, seperti Korea Selatan ini atau umrah Ramadan, periksalah diri dulu ke dokter untuk mengetahui bagaimana keadaan penyakit kronik dan apa obat sudah cukup sebagai bekal,” katanya

1.900 Wisatawan Batal ke Korsel

Wabah MERS-CoV di Korea Selatan telah memukul dunia pariwisata. Organisasi Pariwisata Korea Perwakilan Jakarta atau Korea Tourism Organization (KTO) mengatakan, sebanyak 1.900 wisatawan Indonesia terpaksa membatalkan perjalanan mereka ke Korea Selatan yang sedang dilanda MERS.

”Sejak wabah MERS merebak di Korea Selatan pada akhir Mei, sebanyak 1.900 orang Indonesia membatalkan kunjungan ke Korea Selatan,” ujar Direktur Organisasi Pariwisata Korea Perwakilan Jakarta Hyonjae Oh dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, dari 1.900 wisatawan Indonesia yang membatalkan kunjungan ke Korea, 80% dari wisatawan tersebut ingin mengunjungi Kota Seoul, Jinhae (sebuah distrik di kota Changwon-si), dan pulau Jeju. ”Sedangkan 20%-nya berencana ke tempat selain Seoul, Jinhae, dan Pulau Jeju,” kata dia.

Ia menegaskan, tempat wisata Korea dapat dikunjungi oleh wisatawan asing dari luar negeri tanpa khawatir dengan penyebaran MERS. Sedangkan semua warga negara asing seluruh dunia yang membatalkan pembelian tiket untuk perjalanan ke Korea sebanyak 120.000 orang. ”Dengan demikian jumlah wisatawan asing yang berwisata ke Korea Selatan menurun 20–25% pada Juni 2015 dibandingkan periode yang sama pada 2014,” kata dia.

Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Taiyoung Cho menegaskan tidak ada kasus wisatawan mancanegara yang terinfeksi MERS karena penularan virus tersebut hanya dalam lingkungan rumah sakit.

Seluruh pasien yang positif terinfeksi virus MERS berjumlah 166 orang. Pasien positif terinfeksi virus MERS saat berada di dalam rumah sakit. Mereka tertular saat sedang mengunjungi pasien MERS lainnya yang sedang dirawat di fasilitas kesehatan tersebut.

Ihya’ ulumuddin/ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7058 seconds (0.1#10.140)