Buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa Jangan Jadi Gaung
A
A
A
Sivitas akademika dan alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) patut bangga. Lembaga pendidikan mereka yang sebelumnya bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya sukses menelurkan buku bertajuk ”50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa. Bekerja, Berkarya, Berprestasi”.
Tidak berlebihan jika bangga lantaran pembuatan buku ini sempat dua kali kandas di tengah jalan. Yang lebih membanggakan lagi, buku pertama ini semakin memperkokoh keberadaan Unesa sebagai kampus pelopor budaya literasi. Banyak pihak berharap buku ini tidak menjadi gaung yang membesar tanpa kelanjutan.
Sebaliknya menjadi awal lahirnya buku berikut maupun buku-buku lain karya dosen dan mahasiswa. Buku setebal 260 halaman yang dicetak Unesa University Press ini menampilkan 50 sosok alumni Unesa yang layak menjadi inspirasi. Mulai dari alumni yang menjadi politisi, rektor, sastrawan dan budayawan, pengusaha, penulis, jurnalis, abdi negara, serta lainnya.
Mantan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono adalah salah seorang di antara alumni yang masuk jajaran tokoh inspiratif alumni Unesa. Kilas kehidupan Bambang DH yang kini menjadi Anggota Komisi A DPRD Jawa Timur dikutip dalam buku itu. Alumni lain yang juga ditorehkan dalam buku ini adalah Madlazim, penemu pendeteksi tsunami.
Ada nama Abdul Azis Hakim, Sekjen Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PB Persani); Dynand Fariz, penggagas Jember Fashion Carnival; Brigjen Pol Rumiah Kartoredjo, mantan Kapolda Banten; dan lainnya juga masuk dalam buku itu. Iksan, salah seorang pemrakarsa buku, bertestimoni saat peluncuran buku di lantai tiga Gedung Rektorat Unesa Kampus Ketintang kemarin.
Iksan yang juga Sekjen Ikatan Guru Indonesia (IGI) ini. ”Budaya menulis sudah sejak lama ada di Unesa. Awalnya temanteman menulis lewat mailling list . Setelah tahu ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) yang tidak mengenal tulis menulis sukses membuat buku 100 alumni, akhirnya kami yang di Unesa tertantang,” kata Ikhsan. Tidak mudah mewujudkan buku ”50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa. Bekerja, Berkarya, Berprestasi”.
Rencana pembuatan buku sempat dua kali mogok. ”Kenapa 50 tokoh? Sebenarnya buku ini akan dilaunching bersamaan Dies Natalis Unesa ke-50. Karena penyelesaian buku molor, baru di-launching sekarang (kemarin). Ada banyak kendala. Ada alumni minta surat pengantar saat diminta menulis.
Ini karena prosedur kedinasannya. Namun akhirnya buku ini terbit,” kata Ikhsan dihadapkan sivitas akademika dan mahasiswa, seperti pembantu rektor, dosen, kepala prodi, kepala jurusan dan lainnya. M Shoim Anwar, salah seorang penulis yang juga alumni Unesa menilai, kinerja dan prestasi sebuah perguruan tinggi, termasuk Unesa, sebagian besar dikaitkan dengan literasi di dalamnya.
Dia berharap buku ini merangsang dosen dan mahasiswa aktif menulis, menghasilkan karya buku. ”Sebagai jantung kampus, perpustakaan memegang peran penting dalam mewujudkan Unesa sebagai kampus literasi. Penyediaan buku-buku jurnal, hasil penelitian, dan media massa, wajib ditingkatkan dari waktu ke waktu, baik kualitas maupun kuantitasnya,” katanya.
Keberadaan perpustakaan pusat harus diperkuat dengan perpustakaan fakultas atau prodi yang jauh lebih efektif karena buku lebih fokus. Pembantu Rektor I Unesa, Yuni Sri Rahayu mewakili Rektor Warsono menilai , buku ini bukan titik awal geliat literasi di Unesa. ”Sejak 2004, literasi sudah dicanangkan di Unesa.
Unesa menjadi kampus literasi. Banyak buku yang dilahirkan di Unesa yang tidak bisa disebut satu persatu,” kata Yuni. Perempuan berjilbab ini mengaku sadar masih banyak alumni Unesa yang tidak terwadahi dalam buku alumni jilid I itu. ”Ke depan akan bergulir memasukan tokoh-tokoh alumni berikutnya. Mereka kalau dibukukan akan jadi pemicu geliat literasi di Indonesia,” kata Yuni optimistis.
Yuni berharap tiap sivitas dan alumni bisa bersinergi melahirkan karya-karya literasi yang diakui publik. ”Indikator sebuah perguruan tinggi adalah karyanya,” kata Yuni melontarkan alasan. Karena itu, pembuatan jurnal menjadi pekerjaan rumah (PR) besar di Unesa. Dia ingin banyak karya dosen terpublikasi di media cetak, buku dan artikel nasional maupun internasional.
SOEPRAYITNO
Surabaya
Tidak berlebihan jika bangga lantaran pembuatan buku ini sempat dua kali kandas di tengah jalan. Yang lebih membanggakan lagi, buku pertama ini semakin memperkokoh keberadaan Unesa sebagai kampus pelopor budaya literasi. Banyak pihak berharap buku ini tidak menjadi gaung yang membesar tanpa kelanjutan.
Sebaliknya menjadi awal lahirnya buku berikut maupun buku-buku lain karya dosen dan mahasiswa. Buku setebal 260 halaman yang dicetak Unesa University Press ini menampilkan 50 sosok alumni Unesa yang layak menjadi inspirasi. Mulai dari alumni yang menjadi politisi, rektor, sastrawan dan budayawan, pengusaha, penulis, jurnalis, abdi negara, serta lainnya.
Mantan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono adalah salah seorang di antara alumni yang masuk jajaran tokoh inspiratif alumni Unesa. Kilas kehidupan Bambang DH yang kini menjadi Anggota Komisi A DPRD Jawa Timur dikutip dalam buku itu. Alumni lain yang juga ditorehkan dalam buku ini adalah Madlazim, penemu pendeteksi tsunami.
Ada nama Abdul Azis Hakim, Sekjen Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PB Persani); Dynand Fariz, penggagas Jember Fashion Carnival; Brigjen Pol Rumiah Kartoredjo, mantan Kapolda Banten; dan lainnya juga masuk dalam buku itu. Iksan, salah seorang pemrakarsa buku, bertestimoni saat peluncuran buku di lantai tiga Gedung Rektorat Unesa Kampus Ketintang kemarin.
Iksan yang juga Sekjen Ikatan Guru Indonesia (IGI) ini. ”Budaya menulis sudah sejak lama ada di Unesa. Awalnya temanteman menulis lewat mailling list . Setelah tahu ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) yang tidak mengenal tulis menulis sukses membuat buku 100 alumni, akhirnya kami yang di Unesa tertantang,” kata Ikhsan. Tidak mudah mewujudkan buku ”50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa. Bekerja, Berkarya, Berprestasi”.
Rencana pembuatan buku sempat dua kali mogok. ”Kenapa 50 tokoh? Sebenarnya buku ini akan dilaunching bersamaan Dies Natalis Unesa ke-50. Karena penyelesaian buku molor, baru di-launching sekarang (kemarin). Ada banyak kendala. Ada alumni minta surat pengantar saat diminta menulis.
Ini karena prosedur kedinasannya. Namun akhirnya buku ini terbit,” kata Ikhsan dihadapkan sivitas akademika dan mahasiswa, seperti pembantu rektor, dosen, kepala prodi, kepala jurusan dan lainnya. M Shoim Anwar, salah seorang penulis yang juga alumni Unesa menilai, kinerja dan prestasi sebuah perguruan tinggi, termasuk Unesa, sebagian besar dikaitkan dengan literasi di dalamnya.
Dia berharap buku ini merangsang dosen dan mahasiswa aktif menulis, menghasilkan karya buku. ”Sebagai jantung kampus, perpustakaan memegang peran penting dalam mewujudkan Unesa sebagai kampus literasi. Penyediaan buku-buku jurnal, hasil penelitian, dan media massa, wajib ditingkatkan dari waktu ke waktu, baik kualitas maupun kuantitasnya,” katanya.
Keberadaan perpustakaan pusat harus diperkuat dengan perpustakaan fakultas atau prodi yang jauh lebih efektif karena buku lebih fokus. Pembantu Rektor I Unesa, Yuni Sri Rahayu mewakili Rektor Warsono menilai , buku ini bukan titik awal geliat literasi di Unesa. ”Sejak 2004, literasi sudah dicanangkan di Unesa.
Unesa menjadi kampus literasi. Banyak buku yang dilahirkan di Unesa yang tidak bisa disebut satu persatu,” kata Yuni. Perempuan berjilbab ini mengaku sadar masih banyak alumni Unesa yang tidak terwadahi dalam buku alumni jilid I itu. ”Ke depan akan bergulir memasukan tokoh-tokoh alumni berikutnya. Mereka kalau dibukukan akan jadi pemicu geliat literasi di Indonesia,” kata Yuni optimistis.
Yuni berharap tiap sivitas dan alumni bisa bersinergi melahirkan karya-karya literasi yang diakui publik. ”Indikator sebuah perguruan tinggi adalah karyanya,” kata Yuni melontarkan alasan. Karena itu, pembuatan jurnal menjadi pekerjaan rumah (PR) besar di Unesa. Dia ingin banyak karya dosen terpublikasi di media cetak, buku dan artikel nasional maupun internasional.
SOEPRAYITNO
Surabaya
(bbg)