Keluarga Berharap Bantuan Pemerintah
A
A
A
MALANG - Keluarga Wiji Astuti, 33, tenaga kerja Indonesia yang diduga kuat menjadi korban pembunuhan di Hong Kong, berharap jenazahnya bisa dipulangkan ke Malang. Sulistiyo, kakak sulung korban mengatakan, pihak keluarga sangat berharap bantuan pemerintah guna memulangkan jenazah adiknya ke Tanah Air.
Keluarga berniat menguburkan jenazah almarhumah di kampung halamannya. ”Kami hanya bisa pasrah agar pemerintah membantu biaya untuk memulangkan jenazah Wiji Asuti,” kata Sulistiyo di Wonokerto, kemarin. Menurutdia, sejakmenerima kabar duka itu dari aparat desa setempat, Senin lalu, pihak keluarga tidak bisa berbuat apaapa. Apalagi sejak bekerja di Hong Kong, korban tidak pernah mengirim uang kepada keluarga.
Supardi, ayah korban mengatakan, Wiji berangkat ke Hong Kong pada Maret 2005. Dia nekat menjadi tenaga kerja Indonesia karena faktor ekonomi dan berniat memperbaiki ekonomi keluarga. Bermodal tekad itu almarhumah meninggalkan putrinya, Rahayu Puteri, yang baru berusia tujuh tahun. Sejak kepergian Wiji, Rahayu Puteri, 11, yang kini duduk di bangku kelas V SD Wonokerto diasuh neneknya, setelah ayahnya, Supaat, meninggal dunia.
Namun, sejak tinggal di Hong Kong, Wiji tidak pernah kirim uang untuk anaknya dan keluarga. Selain itu, perempuan kelahiran Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, pada tahun 1981 itu jarang memberi kabar kepada keluarga. Seperti dituturkan Supardi, dia menerima kabar terakhir dari anaknya pada November 2014 lalu.
Korban sempat memberitahukan kepada keluarga untuk pulang. ”Sampai sekarang tidak pernah pulang,” kata Supardi. Asma’i, perangkat Desa Wonokerto menuturkan, pihaknya sementara berkoordinasi dengan pihak terkait untuk membantu biaya pemulangan jenazah Wiji. Menurut Asma’I, banyak warga Wonokerto yang memilih bekerja di luar negeri.
Tiga negara yang menjadi tujuan pencari kerja asal Malang antara lain Hong Kong, Singapura, dan Taiwan. Bahkan, adik Wiji Astuti, Rinda Lestari, kini juga bekerja di Taiwan. Putri bungsu pasangan Supardi dan Sumiyati itu sudah lama bekerja di luar negeri.
Informasi yang diperoleh, Rinda pernah bekerja di Singapura selama tiga tahun, di Hong Kong selama satu tahun, dan Taiwan. Keberangkatannya ke Taiwan saat ini merupakan kali kedua. Dia baru berangkat lagi pada Desember 2014 lalu.
Yosef naiobe
Keluarga berniat menguburkan jenazah almarhumah di kampung halamannya. ”Kami hanya bisa pasrah agar pemerintah membantu biaya untuk memulangkan jenazah Wiji Asuti,” kata Sulistiyo di Wonokerto, kemarin. Menurutdia, sejakmenerima kabar duka itu dari aparat desa setempat, Senin lalu, pihak keluarga tidak bisa berbuat apaapa. Apalagi sejak bekerja di Hong Kong, korban tidak pernah mengirim uang kepada keluarga.
Supardi, ayah korban mengatakan, Wiji berangkat ke Hong Kong pada Maret 2005. Dia nekat menjadi tenaga kerja Indonesia karena faktor ekonomi dan berniat memperbaiki ekonomi keluarga. Bermodal tekad itu almarhumah meninggalkan putrinya, Rahayu Puteri, yang baru berusia tujuh tahun. Sejak kepergian Wiji, Rahayu Puteri, 11, yang kini duduk di bangku kelas V SD Wonokerto diasuh neneknya, setelah ayahnya, Supaat, meninggal dunia.
Namun, sejak tinggal di Hong Kong, Wiji tidak pernah kirim uang untuk anaknya dan keluarga. Selain itu, perempuan kelahiran Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, pada tahun 1981 itu jarang memberi kabar kepada keluarga. Seperti dituturkan Supardi, dia menerima kabar terakhir dari anaknya pada November 2014 lalu.
Korban sempat memberitahukan kepada keluarga untuk pulang. ”Sampai sekarang tidak pernah pulang,” kata Supardi. Asma’i, perangkat Desa Wonokerto menuturkan, pihaknya sementara berkoordinasi dengan pihak terkait untuk membantu biaya pemulangan jenazah Wiji. Menurut Asma’I, banyak warga Wonokerto yang memilih bekerja di luar negeri.
Tiga negara yang menjadi tujuan pencari kerja asal Malang antara lain Hong Kong, Singapura, dan Taiwan. Bahkan, adik Wiji Astuti, Rinda Lestari, kini juga bekerja di Taiwan. Putri bungsu pasangan Supardi dan Sumiyati itu sudah lama bekerja di luar negeri.
Informasi yang diperoleh, Rinda pernah bekerja di Singapura selama tiga tahun, di Hong Kong selama satu tahun, dan Taiwan. Keberangkatannya ke Taiwan saat ini merupakan kali kedua. Dia baru berangkat lagi pada Desember 2014 lalu.
Yosef naiobe
(bbg)