Terpaksa Menyusui di Lapas

Selasa, 09 Juni 2015 - 10:10 WIB
Terpaksa Menyusui di Lapas
Terpaksa Menyusui di Lapas
A A A
NAUVAL Afkar Saki terlihat tertidur lelap di gendongan seorang perempuan tua. Di halaman Lapas Kelas II B Kota Mojokerto, bayi berumur empat bulan putra dari Nur Indah Mustika ini tak terganggu dengan kerumunan orang yang ingin melihatnya.

Beberapa menit sebelum tertidur, Nauval baru menyusu ibunya yang sedang mendekam di balik jeruji besi. Dari kerumunan orang yang merupakan penjenguk tahanan lain, beberapa di antaranya tak kuasa menahan air mata.

Empati mendalam setelah melihat nasib Nauval begitu sulit mendapatkan air susu ibu (ASI) yang merupakan kebutuhan pokok bayi seusianya. Terdengar di antara kerumunan itu mencibir tindakan aparat hukum yang tega merampas hak Nauval.

Lima hari sudah dilalui Nauval tanpa kasih sayang ibu. Jangankan mendapatkan hangatnya pelukan sang bunda, untuk mendapatkan ASI saja Nauval kesulitan. Praktis kondisi seperti membuat Nauval dituntut menjadi bayi yang tak banyak menuntut. “Nauval baru saja menyusu ibunya.

Terlihat tenang saat disusui dan langsung tidur pulas,” ujar Joni Apriansyah, ayah kandung Nauval di halaman lapas, siang kemarin. Kondisi sang ibu yang berada di balik jeruji besi, tentu mengguncang fisik maupun psikis Nauval. Joni menuturkan, suhu badan anak semata wayangnya itu sempat panas karena kekurangan ASI. Selain itu juga, Nauval tak bisa mendapatkan perhatian layaknya anak seusianya.

“Kami titipkan tetangga, karena ibu, tante dan neneknya juga di dalam penjara,” ujar Joni memelas. Lima hari ini juga dilalui Joni dengan berat. Selain mengupayakan penangguhan penahanan istrinya, ia juga harus mengurus Nauval yang seharusnya mendapatkan ASI eksklusif dan perhatian lebih dari ibunya. Terlebih anaknya itu sempat tidak mau minum susu formula sebagai pengganti ASI.

“Sulit minum susu formula. Ya kami paksakan agar ada nutrisi yang masuk ke tubuhnya,” katanya. Joni sempat berupaya mendapatkan ASI pengganti dari salah satu saudara satu persusuan. Meski begitu, Nauval terlihat tak begitu nyaman. Nauval terlihat nyaman hanya saat berada di pangkuan sang ibu sembari menyusu. “Harus bolak-balik ke tahanan.

Itu pun tak gampang langsung bisa masuk karena antre. Dan ada jadwal berkunjung juga,” ujarnya. Pihak lapas sebenarnya sudah memberikan tawaran agar Nauval dengan mudah menyusu. Tawaran itu mengharuskan Nauval tinggal di dalam penjara bersama sang ibu. Atas tawaran ini, Joni mengaku masih harus berpikir ulang. “Kita masih mengupayakan penangguhan penahanan.

Karena kalau tinggal di dalam penjara, tentu perawatannya tidak akan bisa maksimal,” ujar Joni. Atas kasus yang menimpa istri, mertua, dan adik iparnya, Joni mengaku ada ketidakadilan hukum. Terutama terhadap istrinya yang tengah menyusui. Dia menyebut, banyak petugas lapas mengungkapkan bahwa istrinya tak memiliki wajah kriminal.

“Melihat wajahnya saja, istri saya dianggap tak pantas menghuni penjara,” katanya. Ia berujar, hukuman yang tengah dijalani sang istri ini tak manusiawi. Hukum telah mengabaikan kemanusiaan. Ia menyebut kondisi anaknya yang harus berpisah dengan sang ibu, sementara sang anak yang hanya mengandalkan ASI untuk pertumbuhannya.

“Harusnya hukum juga mengedepankan kemanusiaan. Kami hanya minta penangguhan penahanan agar Nauval bisa terus bersama ibunya dan bebas menyusu,” ucapnya.

Tritus julan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.2286 seconds (0.1#10.140)