Umat Buddha Kecam Kekerasan di Myanmar
A
A
A
BATU - Toleransi antarumat beragama ditunjukkan umat Buddha di Malang Raya (Kota Batu, Kabupaten/Kota Malang). Selain menggalang dana bagi pengungsi Rohingya, mereka mengecam kekerasan terhadap muslim Rohingya di Myanmar.
”Kami umat Buddha di Kota Batu dan sekitarnya sangat memprihatinkan peristiwa kekejaman yang dialami umat muslim Rohingya di Myanmar,” ungkap Ketua Padepokan Dhammadipa Arama, Bhikkhu Khantidharo, kemarin. Dia menjelaskan, pada 29Mei kemarin, telah menggelar pertemuan dengan Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah (MTDHK) untuk membahas masalah kekerasan yang dialami muslim Roghinya di Myanmar.
Pertemuan tersebut menghasilkan lima poin, antara lain umat Buddha di Malang Raya meminta kepada Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta agar menghentikan kekerasan yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap umat muslim Rohingya.
Kedua, siap mengirimkan surat pernyataan sikap kepada kedutaan besar Myanmar untuk menghentikan kekerasan di Myanmar. ”Sesama manusia, kami merasa terpanggil untuk menyelamatkan umat muslim Rohingya. Karena perbuatan menolong sesama manusia, tergolong perbuatan mulia,” kata Khantidharo. Menurut dia, pengalangan dana amal untuk muslim Rohingya dilaksanakan dua tahap.
Tahap pertama saat perayaan Waisak 2 Juni 2015. Lalu saat pelaksanaan Dhamma Shanti Waisak pada 7 Juni mendatang. ”Nanti setelah dananya terkumpul. Segera kita serahkan kepada pengungsi Rohingya di Aceh. Marilah kita terus berbuat kebaikan untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
Buatlah hidup ini bermanfaat untuk orang lain agar memperoleh kedamaian di hati,” kata Khantidharo. Dari perayaan Waisak yang dipusatkan di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Koordinator Dewan Sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira mengajak umat Buddha untuk mengembangkan benih kebuddhaandalamdirimasing- masing.
“Berganti hati yang penuh cinta kasih, belas kasih, simpati, dan keseimbangan batin akan tumbuh subur. Sehingga dapat memasuki arus kesucian, kelak akan terbebas dari lingkaran tumimbal lahir yang menyakitkan,” ujar Koordinator Dewan Sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira. Tadi malam, Presiden RI Joko Widodo hadir dalam peringatan Waisak di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang.
Tampak hadir dalam acara itu antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Mensesneg Pratikno. Kehadiran Presiden disambut dengan tarian selamat datang Balaturangga oleh Grup Buddha Dharma Indonesia. Puncak Waisak jatuh pada pukul 23.18 WIB tadi malam, ditandai dengan meditasi detikdetik Waisak di pelataran Candi Borobudur.
Setelah itu, dilakukan penerbangan seribu lampion ke langit Borobudur. Presiden Joko Widodo menyatakan perubahan mental masyarakat menjadi lebih baik dimulai perubahan pada masing- masing individu. “Perubahan masyarakat harus mulai dari diri sendiri, revolusi mental tanggung jawab masing-masing,” ujar presiden. Menurut presiden, nilai-nilai ajaran Buddha penting dalam membangun bangsa yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian.
“Membangun masyarakat seperti itu perlu perjuangan sebagaimana dicontohkan Buddha Gautama,” katanya. Presiden mengajak umat Buddha untuk menjadikan peringatan Waisak sebagai momentum untuk membangun nilai luhur bangsa dan menjaga sesanti di Buku Sutasoma yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Maman adi saputro/ muh slamet/ant
”Kami umat Buddha di Kota Batu dan sekitarnya sangat memprihatinkan peristiwa kekejaman yang dialami umat muslim Rohingya di Myanmar,” ungkap Ketua Padepokan Dhammadipa Arama, Bhikkhu Khantidharo, kemarin. Dia menjelaskan, pada 29Mei kemarin, telah menggelar pertemuan dengan Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah (MTDHK) untuk membahas masalah kekerasan yang dialami muslim Roghinya di Myanmar.
Pertemuan tersebut menghasilkan lima poin, antara lain umat Buddha di Malang Raya meminta kepada Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta agar menghentikan kekerasan yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap umat muslim Rohingya.
Kedua, siap mengirimkan surat pernyataan sikap kepada kedutaan besar Myanmar untuk menghentikan kekerasan di Myanmar. ”Sesama manusia, kami merasa terpanggil untuk menyelamatkan umat muslim Rohingya. Karena perbuatan menolong sesama manusia, tergolong perbuatan mulia,” kata Khantidharo. Menurut dia, pengalangan dana amal untuk muslim Rohingya dilaksanakan dua tahap.
Tahap pertama saat perayaan Waisak 2 Juni 2015. Lalu saat pelaksanaan Dhamma Shanti Waisak pada 7 Juni mendatang. ”Nanti setelah dananya terkumpul. Segera kita serahkan kepada pengungsi Rohingya di Aceh. Marilah kita terus berbuat kebaikan untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
Buatlah hidup ini bermanfaat untuk orang lain agar memperoleh kedamaian di hati,” kata Khantidharo. Dari perayaan Waisak yang dipusatkan di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Koordinator Dewan Sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira mengajak umat Buddha untuk mengembangkan benih kebuddhaandalamdirimasing- masing.
“Berganti hati yang penuh cinta kasih, belas kasih, simpati, dan keseimbangan batin akan tumbuh subur. Sehingga dapat memasuki arus kesucian, kelak akan terbebas dari lingkaran tumimbal lahir yang menyakitkan,” ujar Koordinator Dewan Sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira. Tadi malam, Presiden RI Joko Widodo hadir dalam peringatan Waisak di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang.
Tampak hadir dalam acara itu antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Mensesneg Pratikno. Kehadiran Presiden disambut dengan tarian selamat datang Balaturangga oleh Grup Buddha Dharma Indonesia. Puncak Waisak jatuh pada pukul 23.18 WIB tadi malam, ditandai dengan meditasi detikdetik Waisak di pelataran Candi Borobudur.
Setelah itu, dilakukan penerbangan seribu lampion ke langit Borobudur. Presiden Joko Widodo menyatakan perubahan mental masyarakat menjadi lebih baik dimulai perubahan pada masing- masing individu. “Perubahan masyarakat harus mulai dari diri sendiri, revolusi mental tanggung jawab masing-masing,” ujar presiden. Menurut presiden, nilai-nilai ajaran Buddha penting dalam membangun bangsa yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian.
“Membangun masyarakat seperti itu perlu perjuangan sebagaimana dicontohkan Buddha Gautama,” katanya. Presiden mengajak umat Buddha untuk menjadikan peringatan Waisak sebagai momentum untuk membangun nilai luhur bangsa dan menjaga sesanti di Buku Sutasoma yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Maman adi saputro/ muh slamet/ant
(ftr)