LP Maarif Harus Jadi Motor 100 Tahun NU
A
A
A
SURABAYA - Mantan Mendikbud Mohammad Nuh meminta Lembaga Pendidikan (LP) Maarif NU bisa menjadi motor untuk percepatan kualitas sumber daya manusia menyambut 100 tahun NU.
”Sebelas tahun lagi atau tahun 2026, NU akan berusia 100 tahun. NU harus steril dari politik praktis, karena hal itu justru mendorong perpecahan. Untuk itu, Maarif harus jadi motor,” katanya di Surabaya dalam peluncuran Madrasah/ Sekolah Unggulan dan Lokakarya Pendidikan LP Maarif NU Jatim kemarin. Nuh menyatakan, LP Maarif NU bisa menjadi motor yang mengembalikan NU pada tiga khittah (garis dasar perjuangan).
”NU itu didirikan di Surabaya pada 1926 dengan tiga khittah, yakni taswirul afkar (gerakan pemikiran), nahdlatut tujjar (kebangkitan saudagar), dan nahdlatul wathon (kebangkitan kebangsaan),” ujarnya. Dalam khittah 1926 NU itu, garis politik NU adalah politik kebangsaan, bukan politik praktis. ”Itu akan terwujud bila LP Maarif NU yang menjadi motor untuk mendorong taswirul afkar dan nahdlatut tujjar,” katanya.
Menurut Ketua Umum Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) itu, implementasi dari taswirul afkar adalah lembaga pendidikan, sedangkan implementasi nahdlatut tujjar adalah lembaga keuangan/usaha. ”Kalau nahdlatul wathon itu tak perludiragukan, karenasiapapun tahu bahwa NU sangat mencintai NKRI, tapi taswirul afkar dan nahdlatut tujjar yang perlu didorong lagi dan Maarif bisa menjadi motor untuk itu,” ucapnya.
Karena itu, pimpinan Yarsis yang membawahi RSI Wonokromo, RSI Jemursari, dan Unusa (Universitas NU Surabaya) itu mengapresiasiPWLPMaarifNU Jatim yang menggagas madrasah/ sekolah unggulan.
”Kalau sekarang ada 19 madrasah/sekolah unggulan di Jatim, berikutnya akan menjadi 20, 30, hingga 100 madrasah/sekolah unggulan di Jatim, lalu dikembangkan secara nasional. Apalagi, Universitas NU secara nasio nal sekarang sudah mencapai 33 universitas,” ucapnya. Dia mengharapkan gagasan LP Maarif NU Jatim itu akan mencetak ”ikon” 100 tahun NU.
”Paling tidak, NU harus punya tiga ikon, yakni ikon bidang pendidikan, ikon bidang kesehatan, dan ikon bidang usaha/ekonomi. Itu pun ada pada setiap kabupaten/ kota,” katanya. Dengan peran sebagai motor 100 tahun NU itu, kata salah seorang a’wan (dewanpakar) NU Jatim itu, LP Maarif akan memiliki peran strategis pada Abad 21 yang juga diprediksi menjadi abad kebangkitan bangsa Asia.
”Prediksi itu bukan ramalan, melainkan faktual, karena Indonesia terbukti masuk G20 dan sekarang G16, bahkan 2030 bisa menjadi negara ketujuh yang maju dalam perekonomian. Ini momentum bagi Maarif, kalau Asia maju berarti NU ada di dalamnya,” tambahnya.
Ke-19madrasah/sekolahunggulan se-Jatim tersebar di Bojonegoro (2 madrasah/sekolah), Tuban, Jombang, Kediri, Madiun, Trenggalek, Blitar (2/kabupaten/ kota), Sidoarjo, Malang, Pasuruan (3/kabupaten/kota), Tulungagung, Lumajang, Jember (2), dan Situbondo.
”Keunggulan mereka macam- macam, ada unggul prestasi, wirausaha, bilingual, dan sebagainya. Untuk sekolah unggul itu, kami memberi support pelatihan dan advokasi kepada pemerintah daerah,” kata Wakil Ketua PW LP Maarif NU Jatim Hanun Asrohah.
Soeprayitno
”Sebelas tahun lagi atau tahun 2026, NU akan berusia 100 tahun. NU harus steril dari politik praktis, karena hal itu justru mendorong perpecahan. Untuk itu, Maarif harus jadi motor,” katanya di Surabaya dalam peluncuran Madrasah/ Sekolah Unggulan dan Lokakarya Pendidikan LP Maarif NU Jatim kemarin. Nuh menyatakan, LP Maarif NU bisa menjadi motor yang mengembalikan NU pada tiga khittah (garis dasar perjuangan).
”NU itu didirikan di Surabaya pada 1926 dengan tiga khittah, yakni taswirul afkar (gerakan pemikiran), nahdlatut tujjar (kebangkitan saudagar), dan nahdlatul wathon (kebangkitan kebangsaan),” ujarnya. Dalam khittah 1926 NU itu, garis politik NU adalah politik kebangsaan, bukan politik praktis. ”Itu akan terwujud bila LP Maarif NU yang menjadi motor untuk mendorong taswirul afkar dan nahdlatut tujjar,” katanya.
Menurut Ketua Umum Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) itu, implementasi dari taswirul afkar adalah lembaga pendidikan, sedangkan implementasi nahdlatut tujjar adalah lembaga keuangan/usaha. ”Kalau nahdlatul wathon itu tak perludiragukan, karenasiapapun tahu bahwa NU sangat mencintai NKRI, tapi taswirul afkar dan nahdlatut tujjar yang perlu didorong lagi dan Maarif bisa menjadi motor untuk itu,” ucapnya.
Karena itu, pimpinan Yarsis yang membawahi RSI Wonokromo, RSI Jemursari, dan Unusa (Universitas NU Surabaya) itu mengapresiasiPWLPMaarifNU Jatim yang menggagas madrasah/ sekolah unggulan.
”Kalau sekarang ada 19 madrasah/sekolah unggulan di Jatim, berikutnya akan menjadi 20, 30, hingga 100 madrasah/sekolah unggulan di Jatim, lalu dikembangkan secara nasional. Apalagi, Universitas NU secara nasio nal sekarang sudah mencapai 33 universitas,” ucapnya. Dia mengharapkan gagasan LP Maarif NU Jatim itu akan mencetak ”ikon” 100 tahun NU.
”Paling tidak, NU harus punya tiga ikon, yakni ikon bidang pendidikan, ikon bidang kesehatan, dan ikon bidang usaha/ekonomi. Itu pun ada pada setiap kabupaten/ kota,” katanya. Dengan peran sebagai motor 100 tahun NU itu, kata salah seorang a’wan (dewanpakar) NU Jatim itu, LP Maarif akan memiliki peran strategis pada Abad 21 yang juga diprediksi menjadi abad kebangkitan bangsa Asia.
”Prediksi itu bukan ramalan, melainkan faktual, karena Indonesia terbukti masuk G20 dan sekarang G16, bahkan 2030 bisa menjadi negara ketujuh yang maju dalam perekonomian. Ini momentum bagi Maarif, kalau Asia maju berarti NU ada di dalamnya,” tambahnya.
Ke-19madrasah/sekolahunggulan se-Jatim tersebar di Bojonegoro (2 madrasah/sekolah), Tuban, Jombang, Kediri, Madiun, Trenggalek, Blitar (2/kabupaten/ kota), Sidoarjo, Malang, Pasuruan (3/kabupaten/kota), Tulungagung, Lumajang, Jember (2), dan Situbondo.
”Keunggulan mereka macam- macam, ada unggul prestasi, wirausaha, bilingual, dan sebagainya. Untuk sekolah unggul itu, kami memberi support pelatihan dan advokasi kepada pemerintah daerah,” kata Wakil Ketua PW LP Maarif NU Jatim Hanun Asrohah.
Soeprayitno
(ars)