Ingin Temui Presiden, Difabel Main Musik di Hadapan Bupati Majalengka

Senin, 21 Oktober 2019 - 15:45 WIB
Ingin Temui Presiden, Difabel Main Musik di Hadapan Bupati Majalengka
Yana, difabel asal Pangandaran, menunjukkan kebolehannya bermain musik di hadapan Bupati Majalengka Karna Sobahi. Foto/sindonews/inin nastain
A A A
MAJALENGKA - Seorang difabel dari Kabupaten Pangandaran, Aman Taryana yang akrab disapa Yana, memutuskan untuk berangkat ke Jakarta dengan harapan bisa bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Yana membawa misi mulia. Dia berharap pemerintah memberikan keadilan kepada difabel. Untuk mewujudkan misi itu, Yana meninggalkan kampung halamannya di RT 02/01, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran sejak 12 Oktober 2019 lalu.

Sebelum menuju Jakarta, dia mengunjungi beberapa kota dan kabupaten di Jawa Barat. Yana tidak menempuh jalan umum yang biasa ditempuh oleh angkutan umum.

"Keliling kabupaten dan kota dulu. (Perjalanan itu) dimulai dari Pangandaran, Banjar, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Indramayu, dan hari ini di Majalengka. Setelah dari sini, lanjut ke Sumedang. Setiap daerah, alhamdulillah bisa bertemu dengan kepala daerah," kata Yana di Pendopo Bupati Majalengka menemui Bupati Majalengka Karna Sobahi, Senin (21/10/2019).

Berbekal alat musik kendang, Yana menunjukan kebolehannya bermain musik dan mencipta lagu. "Ingin main di hadapan Bupati (Karna Sobahi). Saya juga menyiapkan lagu khusus untuk Pak Bupati Karna," kata Yana tak dapat melihat ini.

"(Tujuan akhir) ke Presiden untuk meminta bahwa aturan mempekerjakan 2 persen difabel itu benar-benar dilaksanakan. Saya memiliki keterbatasan melihat, hanya bisa melihat dalam jarak 3 meter. Saya melakukan perjalanan dengan mengendarai motor," ujar dia.

Dalam kesempatan itu, Yana membawakan tiga lagu di hadapan Bupati Karna. Salah satu lagu yang dibawakan khusus dipersembahkan untuk Bupati.

Sementara itu, Bupati Majalengka Karna Sobahi mengatakan, banyak pelajaran yang bisa diambil dari kalangan difabel seperti Yana. Dengan keterbatasan penglihatan, Yana bisa menempuh perjalanan cukup jauh.

"Kita harus meyakini, dalam keterbatasan seseorang, tidak berarti terbatas pula dalam kemampuan dan perasaan. Saya tanya tadi, bagaimana ceritanya, Yana seorang difabel, bisa keliling daerah dengan hanya memiliki kemampuan jarak tempuh 3 meter, dia menjawab 'dengan nurani.' Artinya ketajaman dan kedalaman seseorang ini tentu tidak bisa diukur kan? Tapi oleh Yana direfleksikan dengan cara silaturhami seperti ini," kata Bupati.

Sementara, selama dalam perjalanan, Yana mengaku memanfaatkan perkantoran untuk bermalam. Sekretariat partai politik dan kantor polisi menjadi tempat Yana menginap untuk kemudian melanjutkan perjalanan.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.4812 seconds (0.1#10.140)