7 Kecamatan di Wajo Terendam Banjir, Ratusan Warga Mengungsi
loading...
A
A
A
WAJO - Sebanyak tujuh kecamatan di Kabupaten Wajo, Sulsel, dilaporkan masih terendam banjir . Imbas banjir itu, sebanyak 500 warga yang terdiri dari 154 kepala keluarga terpaksa mengungsi pada Senin (13/7/2020).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wajo, Andi Muslihin, mengatakan tujuh kecamatan yang terendam banjir yakni Tempe, Sabbangparu, Pammana, Belawa, Tanasitolo, Bola dan Sajoanging.
Banjir merendam 37 desa dan 19 kelurahan di tujuh kecamatan tersebut diakibatkan intensitas hujan yang tinggi dalam sepekan terakhir. Kondisi itu diperparah dengan kiriman air dari hulu. Ketinggian air di bahkan sudah mencapai 70 centimer.
"Dari data yang BPBD Wajo tercatat 10.572 rumah yang terdampak banjir dan 258 rumah terendam. Warga yang terkena dampak banjir telah di evakuasi di tempat pengungsian yang di sediakan oleh pemerintah. Namun sebahagiannya lagi memilih mengungsi di rumah keluarga masing-masing," jelasnya.
Selain merendam ratusan rumah warga, banjir juga merendam sejumlah jalan yanga berada di Kabupaten Wajo, bahkan Jalan Trans nasional Wajo-Bone Kilometer 17, tepatnya di Desa Pallawarukka, Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo terputus akibat banjir.
Tidak hanya jalan trans nasional, beberapa ruas jalan desa dan jalan kabupaten di sejumlah titik tergenang air setinggi 20- 30 cm.
Selain itu, banjir juga merusak sejumlah Fasilitas Umum (Fasum) di sejumlah wilayah, seperti jembatan yang berada di Kampung Nyelle, Kecamatan Pammana dan tanggul Sungai Walannae di Ujungpero jebol 10 meter.
"Intinya ada beberapa titik tanggul Sungai Walannae yang jebol akibat tergerus arus sungai. Assesment dan penyaluran bantuan terhadap korban banjir terus dilakukan. Ketinggian air diperkirakan meningkat mengingat intensitas hujan meningkat belakangan ini," tuturnya.
Salah seorang warga Pammana yang terdampak banjir, Muh Fadli, mengaku bantuan yang diberikan pemerintah dinilai belum mampu mencukupi kebutuhan warga yang terkena dampak banjir.
Selain itu, pemerintah diminta sigap dalam menyediakan fasilitas layanan kesehatan bagi warga, sebab dimusim penghujan saat, kesehatan masyarakat akan mudah terganggu.
"Bantuan yang ada saat ini masih belum mencukupi, kami harap pemerintah juga menyediakan fasilitas kesehatan, sebab warga yang tekena dampak banjir rentan terserang penyakit," pungkasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wajo, Andi Muslihin, mengatakan tujuh kecamatan yang terendam banjir yakni Tempe, Sabbangparu, Pammana, Belawa, Tanasitolo, Bola dan Sajoanging.
Banjir merendam 37 desa dan 19 kelurahan di tujuh kecamatan tersebut diakibatkan intensitas hujan yang tinggi dalam sepekan terakhir. Kondisi itu diperparah dengan kiriman air dari hulu. Ketinggian air di bahkan sudah mencapai 70 centimer.
"Dari data yang BPBD Wajo tercatat 10.572 rumah yang terdampak banjir dan 258 rumah terendam. Warga yang terkena dampak banjir telah di evakuasi di tempat pengungsian yang di sediakan oleh pemerintah. Namun sebahagiannya lagi memilih mengungsi di rumah keluarga masing-masing," jelasnya.
Selain merendam ratusan rumah warga, banjir juga merendam sejumlah jalan yanga berada di Kabupaten Wajo, bahkan Jalan Trans nasional Wajo-Bone Kilometer 17, tepatnya di Desa Pallawarukka, Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo terputus akibat banjir.
Tidak hanya jalan trans nasional, beberapa ruas jalan desa dan jalan kabupaten di sejumlah titik tergenang air setinggi 20- 30 cm.
Selain itu, banjir juga merusak sejumlah Fasilitas Umum (Fasum) di sejumlah wilayah, seperti jembatan yang berada di Kampung Nyelle, Kecamatan Pammana dan tanggul Sungai Walannae di Ujungpero jebol 10 meter.
"Intinya ada beberapa titik tanggul Sungai Walannae yang jebol akibat tergerus arus sungai. Assesment dan penyaluran bantuan terhadap korban banjir terus dilakukan. Ketinggian air diperkirakan meningkat mengingat intensitas hujan meningkat belakangan ini," tuturnya.
Salah seorang warga Pammana yang terdampak banjir, Muh Fadli, mengaku bantuan yang diberikan pemerintah dinilai belum mampu mencukupi kebutuhan warga yang terkena dampak banjir.
Selain itu, pemerintah diminta sigap dalam menyediakan fasilitas layanan kesehatan bagi warga, sebab dimusim penghujan saat, kesehatan masyarakat akan mudah terganggu.
"Bantuan yang ada saat ini masih belum mencukupi, kami harap pemerintah juga menyediakan fasilitas kesehatan, sebab warga yang tekena dampak banjir rentan terserang penyakit," pungkasnya.
(tri)