Miris! Kombatan GAM Ini Harus Hidup di Gubuk dan Dibelenggu Kemiskinan
loading...
A
A
A
BIREUEN - Pasangan suami istri, Jamaluddin Ben Ismail alias Dinpropos (56), dan Herlina Benti Ismail (55) harus tinggal di gubuk tak layak huni selama 18 tahun. Warga Desa Menasah Alue, Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen, Aceh tersebut, merupakan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Akibat belenggu kemiskinan, pasangan suami istri tersebut, terpaksa tinggal di gubuk tak layak huni dengan kondisi apa adanya. Selain pasangan suami istri tersebut, gubuk sederhana itu juga ditempati seorang keponakan yang kini masih duduk di bangku sekolah dasar.
Usai perjanjian damai, Dinpropos seperti terlupakan oleh teman-teman seperjuangannya, sehingga kehidupannya sangat memprihatinkan. Di saat usianya telah senja, Dinpropos harus tinggal di gubuk tak layak huni dengan ukuran 3x6 meter.
"Kondisinya sangat memprihatinkan. Gubuk yang ditempati hanya berdinding tikar, dan anyaman daun kelapa. Terkadang dia terpaksa harus menumpang tidur di rumah mertuanya," ungkap sahabat Dinpropos, Samsul Bahri.
Samsul Bahri mengaku sangat kasihan dengan kondisi yang dialami oleh Dinpropos. Namun, dia juga tak mampu membantu mendirikan rumah layak huni untuk sahabatnya tersebut. Bantuan dari Pemkab Bireuen, juga belum pernah diterima Dinpropos.
Dia berharap, Dinpropos segera mendapatkan bantuan dari pemerintah, serta para sahabatnya yang kini telah mendapatkan jabatan juga memperhatikan nasib Dinpropos agar dapat hidup di rumah yang layak.
Akibat belenggu kemiskinan, pasangan suami istri tersebut, terpaksa tinggal di gubuk tak layak huni dengan kondisi apa adanya. Selain pasangan suami istri tersebut, gubuk sederhana itu juga ditempati seorang keponakan yang kini masih duduk di bangku sekolah dasar.
Usai perjanjian damai, Dinpropos seperti terlupakan oleh teman-teman seperjuangannya, sehingga kehidupannya sangat memprihatinkan. Di saat usianya telah senja, Dinpropos harus tinggal di gubuk tak layak huni dengan ukuran 3x6 meter.
"Kondisinya sangat memprihatinkan. Gubuk yang ditempati hanya berdinding tikar, dan anyaman daun kelapa. Terkadang dia terpaksa harus menumpang tidur di rumah mertuanya," ungkap sahabat Dinpropos, Samsul Bahri.
Samsul Bahri mengaku sangat kasihan dengan kondisi yang dialami oleh Dinpropos. Namun, dia juga tak mampu membantu mendirikan rumah layak huni untuk sahabatnya tersebut. Bantuan dari Pemkab Bireuen, juga belum pernah diterima Dinpropos.
Dia berharap, Dinpropos segera mendapatkan bantuan dari pemerintah, serta para sahabatnya yang kini telah mendapatkan jabatan juga memperhatikan nasib Dinpropos agar dapat hidup di rumah yang layak.
(eyt)