Senja Kala Mekiwuka, Sebuah Tradisi Menyambut Tahun Baru di Manado
loading...
A
A
A
MANADO - Suka cita dalam nyanyian dan tarian itu, dinamakan Mekiwuka. Sebuah tradisi turun-temurun warga Kota Manado, saat menyambut datangnya tahun baru. Tradisi itu sebagai ungkapan rasa syukur warga Manado atas berkah Tuhan sepanjang tahun yang telah dilewati.
Mekiwuka merupakan tradisi penyambutan tahun baru penggabungan dua budaya, Minahasa dan Borgo yang diyakini berkembang di lingkungan komunitas orang Minahasa, dan Borgo yang ada di Manado.
Orang Borgo di Manado, dan di Sulawesi Utara (Sulut), telah ada sejak abad ke XVI. Orang Borgo atau keturunan langsung, merupakan hasil perkawinan campur antara suku Minahasa asli, dan orang-orang Eropa seperti dari Spanyol, dan Portugis yang datang berdagang di Kota Manado.
Masyarakat keturunan Borgo merupakan salah satu kelompok keturunan asing, yang sudah lama bermukim di wilayah Kota Manado, dan merupakan bagian dari tanah Minahasa. Sebagian besar mereka tersebar mulai dari Malalayang, Bahu, Pondol, Mahakeret, Tikala, Sindulang, dan Tuminting.
Masyarakat keturunan Borgo akhirnya sudah merupakan bagian dari etnik Minahasa, yang hidup di Kota Manado. Pengaruh masyarakat keturunan Borgo terhadap seni tradisional sebagai bagian dari identitas Minahasa di Manado, adalah tarian Katrili, dan Figura.
Mekiwuka merupakan parade yang dilakukan pada saat tengah malam jelang pergantian tahun, dengan menggunakan alat musik tradisional, dan mendatangi rumah-rumah warga, bersilaturahmi saling mengucap syukur menyambut tahun yang baru.
Sayangnya tradisi Mekiwuka yang telah hadir turun-temurun tersebut, kini seakan terlupakan, dan luput dari perhatian pemerintah. Mereka kini lebih mengenal tradisi Figura, dan Kunci Taong (Tahun).
"Padahal itu malam taong tua, malam kebersamaan, semua ikut bergabung, tidak mengenal suku, agama maupun golongan, kerukunan antar umat beragama di Kota Manado justru diawali dari sini," ujar Ronald Markus, pemuda Kampung Kakas, Sabtu (31/12/2022).
Dahulu kata Ronald, Pemkot Manado, sudah pernah mengadopsi tradisi tersebut, namun kini seakan terlupakan. "Dulu kami pernah jalan sampai ke rumah dinas Wali Kota Manado, namun sekarang sepertinya tidak lagi, hanya Figura yang dilestarikan. Padahal Mekiwuka juga penting, awal dari kegiatan menyambut tahun baru," jelasnya.
Lebih lanjut kata dia, tradisi Mekiwuka ini dilaksanakan oleh setiap etnis Borgo yang ada di kampung-kampung, seperti Mahakeret, Pondol, Kampung Tondano, Kampung Tombariri, Sindulang, namun sekarang tinggal Kampung Kakas, Kelurahan Wenang Selatan, Kecamatan Wenang, Kota Manado, yang terus melaksanakannya setiap tahun.
Bahkan warga Kampung Kakas, terus mencoba melestarikan tradisi Mekiwuka dengan mewariskannya kepada anak cucu. Kelestarian Mekiwuka di Kampung Kakas, masih terus dijaga dari generasi tua sampai generasi muda.
"Di Manado, hanya Kampung Kakas yang masih mempertahankan tradisi itu turun-temurun, di Kampung Sindulang juga ada, namun hanya di Kampung Kakas yang lebih menjaga kelestariannya, dan itu merupakan tradisi asli Manado," pungkasnya.
Mekiwuka merupakan tradisi penyambutan tahun baru penggabungan dua budaya, Minahasa dan Borgo yang diyakini berkembang di lingkungan komunitas orang Minahasa, dan Borgo yang ada di Manado.
Orang Borgo di Manado, dan di Sulawesi Utara (Sulut), telah ada sejak abad ke XVI. Orang Borgo atau keturunan langsung, merupakan hasil perkawinan campur antara suku Minahasa asli, dan orang-orang Eropa seperti dari Spanyol, dan Portugis yang datang berdagang di Kota Manado.
Masyarakat keturunan Borgo merupakan salah satu kelompok keturunan asing, yang sudah lama bermukim di wilayah Kota Manado, dan merupakan bagian dari tanah Minahasa. Sebagian besar mereka tersebar mulai dari Malalayang, Bahu, Pondol, Mahakeret, Tikala, Sindulang, dan Tuminting.
Masyarakat keturunan Borgo akhirnya sudah merupakan bagian dari etnik Minahasa, yang hidup di Kota Manado. Pengaruh masyarakat keturunan Borgo terhadap seni tradisional sebagai bagian dari identitas Minahasa di Manado, adalah tarian Katrili, dan Figura.
Mekiwuka merupakan parade yang dilakukan pada saat tengah malam jelang pergantian tahun, dengan menggunakan alat musik tradisional, dan mendatangi rumah-rumah warga, bersilaturahmi saling mengucap syukur menyambut tahun yang baru.
Sayangnya tradisi Mekiwuka yang telah hadir turun-temurun tersebut, kini seakan terlupakan, dan luput dari perhatian pemerintah. Mereka kini lebih mengenal tradisi Figura, dan Kunci Taong (Tahun).
"Padahal itu malam taong tua, malam kebersamaan, semua ikut bergabung, tidak mengenal suku, agama maupun golongan, kerukunan antar umat beragama di Kota Manado justru diawali dari sini," ujar Ronald Markus, pemuda Kampung Kakas, Sabtu (31/12/2022).
Dahulu kata Ronald, Pemkot Manado, sudah pernah mengadopsi tradisi tersebut, namun kini seakan terlupakan. "Dulu kami pernah jalan sampai ke rumah dinas Wali Kota Manado, namun sekarang sepertinya tidak lagi, hanya Figura yang dilestarikan. Padahal Mekiwuka juga penting, awal dari kegiatan menyambut tahun baru," jelasnya.
Lebih lanjut kata dia, tradisi Mekiwuka ini dilaksanakan oleh setiap etnis Borgo yang ada di kampung-kampung, seperti Mahakeret, Pondol, Kampung Tondano, Kampung Tombariri, Sindulang, namun sekarang tinggal Kampung Kakas, Kelurahan Wenang Selatan, Kecamatan Wenang, Kota Manado, yang terus melaksanakannya setiap tahun.
Bahkan warga Kampung Kakas, terus mencoba melestarikan tradisi Mekiwuka dengan mewariskannya kepada anak cucu. Kelestarian Mekiwuka di Kampung Kakas, masih terus dijaga dari generasi tua sampai generasi muda.
"Di Manado, hanya Kampung Kakas yang masih mempertahankan tradisi itu turun-temurun, di Kampung Sindulang juga ada, namun hanya di Kampung Kakas yang lebih menjaga kelestariannya, dan itu merupakan tradisi asli Manado," pungkasnya.
(eyt)