Petani Bali Diajak Kembangkan Smart Farming
loading...
A
A
A
BALI - Pendiri Komunitas Petani Muda Keren Anak Agung Gede Agung Wedhatama mengajak para petani di Bali baik tua maupun muda untuk mengembangkan pertanian organik dengan sistem smart farming, irigasi sprinkle, bahkan penggunaan artificial intelligent. Komunitas Petani Muda Keren punya resep untuk mengubah citra dunia pertanian yang demikian muram itu.
"Jadi, tidak ada lagi petani itu capek, panas, dan kotor. Dengan smart farming, efisiensi jadi tinggi dan cost bisa ditekan sampai 70%," kata pria asal Singaraja, Bali ini, Selasa (29/11/2022).
Dia tidak memungkiri ada citra kuat dunia pertanian itu tidak baik. Segala aktivitas yang berbau pertanian, kata dia, dinilai melelahkan, tidak nyaman, dan kotor. "Mengapa pertanian kita ditinggalkan? Karena cost-nya tinggi, dan efisiensi rendah," ungkap Gung Wedha ini.
Gung Wedha berpendapat, pertanian selama ini dinilai ekonomi biaya tinggi. Baik dari saat pratanam, masa tanam, dan panen. Selain itu, sistem pemasaran masih tradisional, sehingga tak bisa menjangkau tempat jauh.
Melalui komunitas yang dia bangun, Gung Wedha mengubah citra buruk tersebut. Untuk pemasaran misalnya, Gung Wedha mengajak para petani di Komunitas Petani Muda Keren Bali untuk memasarkan produk hasil pertanian melalui aplikasi khusus, yaitu Bali Organik Subak (BOS).
Dengan aplikasi ini, para petani yang tergabung dalam komunitas yang dia bangun bisa menjual produknya hingga ke manca negara. "Kami ada ekspor buah-buahan seperti manggis dan mangga ke China, Rusia, dan Timur Tengah," tuturnya.
Di Pulau Dewata, komunitas yang berdiri sejak 2018 ini menghimpun sekitar 1.000 petani. Mereka tersebar di sejumlah kabupaten dan kota di Bali. Mereka selain menanam palawija juga produk hortikultura.
Ada yang menanam padi, jagung, aneka umbi, sorgum, palawija, manggis, mangga, jeruk. "Menanam macam-macam. Kalau ditotal kurang lebih kami mengelola sekitar 500 hektare lahan pertanian," kata Gung Wedha.
Baca: Didaftarkan ke Pesantren, RPA Perindo Berharap Kondisi Korban Pencabulan di Kediri Pulih.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong pemuda dan generasi milenial untuk terjun ke sektor pertanian. Kementerian Pertanian punya program satu juta petani milenial.
"Petani milenial harus kreatif dan aktif. Jangan mau kalah sama petani kolonial. Yang namanya petani milenial itu punya pergaulan dan bergaulan dengan orang-orang baik. Yang saya senang dari petani milenial itu tidak mau kalah," ujar Syahrul Yasin Limpo dalam salah satu kesempatan.
"Jadi, tidak ada lagi petani itu capek, panas, dan kotor. Dengan smart farming, efisiensi jadi tinggi dan cost bisa ditekan sampai 70%," kata pria asal Singaraja, Bali ini, Selasa (29/11/2022).
Dia tidak memungkiri ada citra kuat dunia pertanian itu tidak baik. Segala aktivitas yang berbau pertanian, kata dia, dinilai melelahkan, tidak nyaman, dan kotor. "Mengapa pertanian kita ditinggalkan? Karena cost-nya tinggi, dan efisiensi rendah," ungkap Gung Wedha ini.
Gung Wedha berpendapat, pertanian selama ini dinilai ekonomi biaya tinggi. Baik dari saat pratanam, masa tanam, dan panen. Selain itu, sistem pemasaran masih tradisional, sehingga tak bisa menjangkau tempat jauh.
Melalui komunitas yang dia bangun, Gung Wedha mengubah citra buruk tersebut. Untuk pemasaran misalnya, Gung Wedha mengajak para petani di Komunitas Petani Muda Keren Bali untuk memasarkan produk hasil pertanian melalui aplikasi khusus, yaitu Bali Organik Subak (BOS).
Dengan aplikasi ini, para petani yang tergabung dalam komunitas yang dia bangun bisa menjual produknya hingga ke manca negara. "Kami ada ekspor buah-buahan seperti manggis dan mangga ke China, Rusia, dan Timur Tengah," tuturnya.
Di Pulau Dewata, komunitas yang berdiri sejak 2018 ini menghimpun sekitar 1.000 petani. Mereka tersebar di sejumlah kabupaten dan kota di Bali. Mereka selain menanam palawija juga produk hortikultura.
Ada yang menanam padi, jagung, aneka umbi, sorgum, palawija, manggis, mangga, jeruk. "Menanam macam-macam. Kalau ditotal kurang lebih kami mengelola sekitar 500 hektare lahan pertanian," kata Gung Wedha.
Baca: Didaftarkan ke Pesantren, RPA Perindo Berharap Kondisi Korban Pencabulan di Kediri Pulih.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong pemuda dan generasi milenial untuk terjun ke sektor pertanian. Kementerian Pertanian punya program satu juta petani milenial.
"Petani milenial harus kreatif dan aktif. Jangan mau kalah sama petani kolonial. Yang namanya petani milenial itu punya pergaulan dan bergaulan dengan orang-orang baik. Yang saya senang dari petani milenial itu tidak mau kalah," ujar Syahrul Yasin Limpo dalam salah satu kesempatan.
(nag)