Dicurhati Kesuksesan Pelaksanaan MBKM, Mendikbudristek Terima Kasih kepada Pemangku Kepentingan
loading...
A
A
A
PADANG - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Mendikbudristek ), Nadiem Anwar Makarim berdialog dengan para civitas akademika dari 22 perguruan tinggi dan perguruan tinggi vokasi se-Sumatra Barat, baik negeri maupun swasta di Aula Universitas Negeri Padang (UNP), Kamis (17/11/2022).
Dialog tersebut diwarnai curhat (curahan hati) menarik terkait kesuksesan pelaksanaan Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Menanggapai cerita tersebut, Menteri Nadiem menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada semua pemangku kepentingan yang telah bersinergi dalam melaksanakan MBKM.
Angga, mahasiswa UNP, salah satu peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka menceritakan kesannya yang mendalam ketika harus mengajar di daerah terpencil dengan fasilitas seadanya.
Kegemaran Angga membaca menginsipirasi dirinya untuk menarik minat baca anak-anak di sana dengan membuat semacam taman bacaan dan gerobak sodor yang ia gunakan untuk membawa buku ke rumah-rumah penduduk.
"Ada sekitar 50 orang warga di daerah tempat saya tinggal saat itu dan ada 20 orang siswa yang saya bimbing. Untuk mendekatkan buku bacaan kepada mereka, saya bawa sekitar 60 buku untuk mereka gunakan. Ini adalah pengalaman yang luar biasa bagi saya,” kisah mahasiswa yang juga peserta Laskar Rempah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek ini.
Al Fajri dari Universitas Andalas, Padang, juga menceritakan pengalamannya mengikuti program membangun desa di Kepulauan Mentawai. Di sana, ia membangun fasilitas kesehatan dan logistik yang mengolaborasikan peran perguruan tinggi, swasta, dan pemda.
“Ini pengalaman berharga bagi saya karena banyak hal baru yang saya pelajari. Hal ini membuat saya menjadi tahu apa latar belakang dari kehadiran program MBKM ini,” tuturnya seraya berharap agar program/kebijakan Kemendikbudristek di masa depan makin bagus, berkelanjutan dan menyasar banyak peserta maupun daerah.
Kemudian, Ismani asal Politeknik Negeri Padang juga menyampaikan pengalamannya mengikuti program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB).
“Saya merasakan banyak manfaat karena aktivitas di MSIB menambah portofolio saya. Semoga ke depan, syarat umur untuk peserta yang bisa mengikuti program ini dapat diubah menjadi lebih muda,” sarannya.
Rini, perwakilan dari dosen Politeknik Negeri Padang turut menggarisbawahi perlunya penambahan kuota peserta yang dapat mendaftar program MBKM. “Hal ini karena animo mahasiswa dari tahun ke tahun terus meningkat,” ungkap Rini selaku Koordinator Program MBKM di kampusnya.
Tak ketinggalan, Bayu Fajri, Koordinator MBKM di UNP yang menilai bahwa program MBKM adalah jawaban atas kebutuhan industri. “Berkat MBKM anak-anak kami sudah terpakai di industri. Banyak kejadian unik di mana mahasiswa meski belum lulus namun sudah terpakai di dunia kerja khususnya bidang animasi,” ungkapnya yang menyebut bahwa upah mahasiswanya di industri justru ada yang melebihi Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Beberapa projek yang melibatkan mahasiswa UNP di antaranya adalah film animasi Kiko Si Manusia Ikan, Omar Hana, dan lain-lain. Fajri mengakui, mahasiswanya tidak hanya dihargai secara finansial oleh industri, namun mereka juga makin kaya akan ilmu, pengalaman, dan wawasan. “Saya kaget saat anak-anak kembali ke kampus, ternyata mereka lebih pintar dari saya,” ucapnya.
Menanggapi cerita Fajri, Menteri Nadiem tersenyum sumringah. “Ini mau mengeluh atau pamer nih. Bagus jika kompetensi anak-anak kita diakui dan terpakai sesuai kebutuhan industri,” katanya seraya mengimbau seluruh perguruan tinggi makin terpacu untuk membangun kolaborasi yang berdampak luas bagi kemajuan kampus, industri, dan masyarakat pada umumnya.
Lanjut, Menteri Nadiem, program kementerian salah satunya MBKM, dirancang sebagai pemantik lahirnya program-program sejenis yang bisa dirintis dan dikembangkan oleh berbagai pihak di luar Kemendikbudristek.
Nadiem menyampaikan bahwa penting agar para generasi muda memiliki kesempatan untuk mengenal dan merasakan sisi kehidupan Indonesia yang berbeda. Indonesia. kata dia, tidak melulu ada di wilayah perkotaan yang sebagian besar akses dan fasilitasnya relatif mudah dan terjangkau.
Nadiem menilai, mahasiswa perlu tahu, situasi tersebut agar mereka bisa menjadi pemimpin masa depan yang bijaksana. “Itulah alasan kenapa kalian ke sana. Kalian asah wawasan, kecakapan, empati, pola pikir kritis dan kreativitas kalian untuk menjadi solusi atas tantangan yang dihadapi oleh berbagai wilayah di pelosok Indonesia,” tekan Mendikbudristek.
Kampus Merdeka telah diikuti oleh lebih dari 420.000 mahasiswa baik melalui program yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek maupun kampus. "Idealnya, perguruan tinggi harus lebih banyak berinovasi dalam meluncurkan program agar lebih banyak mahasiswa merasakan manfaat belajar di luar kampus,” jelas Menteri Nadiem.
Lebih lanjut, Nadiem menyebut bahwa sebanyak 179.000 mahasiswa dari Sabang sampai Merauke telah mengikuti program yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek. Sementara itu, sebesar 250.985 mahasiswa telah mengikuti program Kampus Merdeka yang diselenggarakan oleh kampus.
MBKM yang diluncurkan pada tahun 2020 menjadi salah satu upaya Kemendikbudristek dalam mentransformasi pendidikan tinggi di Indonesia.
Mahasiswa didukung untuk menjalankan delapan jenis kegiatan belajar di luar kampus seperti membangun desa, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, penelitian, pertukaran pelajar, kampus mengajar atau asistensi mengajar, melakukan studi atau proyek independen, dan magang atau praktik kerja.
“Kampus Merdeka memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mencari pengalaman di dunia nyata. Terima kasih kepada para pemangku kepentingan yang saling bersinergi untuk menyukseskan pelaksanaan kebijakan Kampus Merdeka,” tutup Nadiem.
Dialog tersebut diwarnai curhat (curahan hati) menarik terkait kesuksesan pelaksanaan Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Menanggapai cerita tersebut, Menteri Nadiem menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada semua pemangku kepentingan yang telah bersinergi dalam melaksanakan MBKM.
Angga, mahasiswa UNP, salah satu peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka menceritakan kesannya yang mendalam ketika harus mengajar di daerah terpencil dengan fasilitas seadanya.
Kegemaran Angga membaca menginsipirasi dirinya untuk menarik minat baca anak-anak di sana dengan membuat semacam taman bacaan dan gerobak sodor yang ia gunakan untuk membawa buku ke rumah-rumah penduduk.
"Ada sekitar 50 orang warga di daerah tempat saya tinggal saat itu dan ada 20 orang siswa yang saya bimbing. Untuk mendekatkan buku bacaan kepada mereka, saya bawa sekitar 60 buku untuk mereka gunakan. Ini adalah pengalaman yang luar biasa bagi saya,” kisah mahasiswa yang juga peserta Laskar Rempah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek ini.
Al Fajri dari Universitas Andalas, Padang, juga menceritakan pengalamannya mengikuti program membangun desa di Kepulauan Mentawai. Di sana, ia membangun fasilitas kesehatan dan logistik yang mengolaborasikan peran perguruan tinggi, swasta, dan pemda.
“Ini pengalaman berharga bagi saya karena banyak hal baru yang saya pelajari. Hal ini membuat saya menjadi tahu apa latar belakang dari kehadiran program MBKM ini,” tuturnya seraya berharap agar program/kebijakan Kemendikbudristek di masa depan makin bagus, berkelanjutan dan menyasar banyak peserta maupun daerah.
Kemudian, Ismani asal Politeknik Negeri Padang juga menyampaikan pengalamannya mengikuti program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB).
“Saya merasakan banyak manfaat karena aktivitas di MSIB menambah portofolio saya. Semoga ke depan, syarat umur untuk peserta yang bisa mengikuti program ini dapat diubah menjadi lebih muda,” sarannya.
Rini, perwakilan dari dosen Politeknik Negeri Padang turut menggarisbawahi perlunya penambahan kuota peserta yang dapat mendaftar program MBKM. “Hal ini karena animo mahasiswa dari tahun ke tahun terus meningkat,” ungkap Rini selaku Koordinator Program MBKM di kampusnya.
Tak ketinggalan, Bayu Fajri, Koordinator MBKM di UNP yang menilai bahwa program MBKM adalah jawaban atas kebutuhan industri. “Berkat MBKM anak-anak kami sudah terpakai di industri. Banyak kejadian unik di mana mahasiswa meski belum lulus namun sudah terpakai di dunia kerja khususnya bidang animasi,” ungkapnya yang menyebut bahwa upah mahasiswanya di industri justru ada yang melebihi Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Beberapa projek yang melibatkan mahasiswa UNP di antaranya adalah film animasi Kiko Si Manusia Ikan, Omar Hana, dan lain-lain. Fajri mengakui, mahasiswanya tidak hanya dihargai secara finansial oleh industri, namun mereka juga makin kaya akan ilmu, pengalaman, dan wawasan. “Saya kaget saat anak-anak kembali ke kampus, ternyata mereka lebih pintar dari saya,” ucapnya.
Menanggapi cerita Fajri, Menteri Nadiem tersenyum sumringah. “Ini mau mengeluh atau pamer nih. Bagus jika kompetensi anak-anak kita diakui dan terpakai sesuai kebutuhan industri,” katanya seraya mengimbau seluruh perguruan tinggi makin terpacu untuk membangun kolaborasi yang berdampak luas bagi kemajuan kampus, industri, dan masyarakat pada umumnya.
Lanjut, Menteri Nadiem, program kementerian salah satunya MBKM, dirancang sebagai pemantik lahirnya program-program sejenis yang bisa dirintis dan dikembangkan oleh berbagai pihak di luar Kemendikbudristek.
Nadiem menyampaikan bahwa penting agar para generasi muda memiliki kesempatan untuk mengenal dan merasakan sisi kehidupan Indonesia yang berbeda. Indonesia. kata dia, tidak melulu ada di wilayah perkotaan yang sebagian besar akses dan fasilitasnya relatif mudah dan terjangkau.
Nadiem menilai, mahasiswa perlu tahu, situasi tersebut agar mereka bisa menjadi pemimpin masa depan yang bijaksana. “Itulah alasan kenapa kalian ke sana. Kalian asah wawasan, kecakapan, empati, pola pikir kritis dan kreativitas kalian untuk menjadi solusi atas tantangan yang dihadapi oleh berbagai wilayah di pelosok Indonesia,” tekan Mendikbudristek.
Kampus Merdeka telah diikuti oleh lebih dari 420.000 mahasiswa baik melalui program yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek maupun kampus. "Idealnya, perguruan tinggi harus lebih banyak berinovasi dalam meluncurkan program agar lebih banyak mahasiswa merasakan manfaat belajar di luar kampus,” jelas Menteri Nadiem.
Lebih lanjut, Nadiem menyebut bahwa sebanyak 179.000 mahasiswa dari Sabang sampai Merauke telah mengikuti program yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek. Sementara itu, sebesar 250.985 mahasiswa telah mengikuti program Kampus Merdeka yang diselenggarakan oleh kampus.
MBKM yang diluncurkan pada tahun 2020 menjadi salah satu upaya Kemendikbudristek dalam mentransformasi pendidikan tinggi di Indonesia.
Mahasiswa didukung untuk menjalankan delapan jenis kegiatan belajar di luar kampus seperti membangun desa, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, penelitian, pertukaran pelajar, kampus mengajar atau asistensi mengajar, melakukan studi atau proyek independen, dan magang atau praktik kerja.
“Kampus Merdeka memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mencari pengalaman di dunia nyata. Terima kasih kepada para pemangku kepentingan yang saling bersinergi untuk menyukseskan pelaksanaan kebijakan Kampus Merdeka,” tutup Nadiem.
(don)