Awas, Asap Rokok Picu Kenaikan Kasus Stunting di Palembang!
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Jumlah kasus anak kerdil atau stunting di Kota Palembang mengalami peningkatan pada November 2022. Kenaikan kasus tersebut dipengaruhi oleh gaya hidup orang tua yang tidak sehat seperti faktor asap rokok.
"Penyebab paling tinggi anak mengalami stunting karena orang tua yang merokok, sehingga anak mudah terpapar asap," ujar Sekertaris Tim Penanganan Percepatan Stunting (TPPS) Palembang, Artur Febriyansah, Rabu (16/11/2022).
Dijelaskan Artur, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan (Dinkes) dan TPPS Palembang, jumlah anak penderita stunting atau kerdil mencapai 87 orang sejak Januari hingga November 2022.
"Terakhir Agustus 2022 ada 66 kasus, dan ditambah bulan ini 21 kasus. Sehingga total keseluruhannya ada 87 kasus, bahkan bisa naik lagi hingga akhir tahun," jelasnya.
Baca juga: Pajero Sport Hantam Pedagang Gorengan hingga Tewas, Begini Penjelasan Polisi
Menurutnya, hasil identifikasi audit TPPS Palembang, masalah stunting banyak terjadi karena orang tua minim pengetahuan terkait tumbuh kembang anak, serta masih ada pernikahan dini tanpa memperhatikan kebutuhan gizi dan vitamin bagi ibu hamil.
"Pernikahan dini dalam arti selain menikah di usia belum matang, calon orang tua tidak memikirkan kebutuhan gizi yang bakal mencukupi saat anak masih dalam kandungan," jelasnya.
Kepala Dinkes Palembang, Fenty Aprina mengatakan, bahwa penanganan kasus stunting juga terus digencarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, dengan berinovasi dan intervensi pencegahan melalui Puskemas.
"Termasuk memberikan pelatihan kepada para calon orang tua agar kebutuhan anak terpenuhi, dan tidak menghambat tumbuh kembang anak sejak masih dalam kandungan," jelasnya.
Diungkapkan Fenty, sejumlah intervensi penangan stunting yang dilakukan TPPS Palembang yakni konseling gizi seimbang, pemberian makan bayi dan anak (PMBA), serta pemberian makanan tambahan seperti Biskuit dan susu
"Penyebab paling tinggi anak mengalami stunting karena orang tua yang merokok, sehingga anak mudah terpapar asap," ujar Sekertaris Tim Penanganan Percepatan Stunting (TPPS) Palembang, Artur Febriyansah, Rabu (16/11/2022).
Dijelaskan Artur, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan (Dinkes) dan TPPS Palembang, jumlah anak penderita stunting atau kerdil mencapai 87 orang sejak Januari hingga November 2022.
"Terakhir Agustus 2022 ada 66 kasus, dan ditambah bulan ini 21 kasus. Sehingga total keseluruhannya ada 87 kasus, bahkan bisa naik lagi hingga akhir tahun," jelasnya.
Baca juga: Pajero Sport Hantam Pedagang Gorengan hingga Tewas, Begini Penjelasan Polisi
Menurutnya, hasil identifikasi audit TPPS Palembang, masalah stunting banyak terjadi karena orang tua minim pengetahuan terkait tumbuh kembang anak, serta masih ada pernikahan dini tanpa memperhatikan kebutuhan gizi dan vitamin bagi ibu hamil.
"Pernikahan dini dalam arti selain menikah di usia belum matang, calon orang tua tidak memikirkan kebutuhan gizi yang bakal mencukupi saat anak masih dalam kandungan," jelasnya.
Kepala Dinkes Palembang, Fenty Aprina mengatakan, bahwa penanganan kasus stunting juga terus digencarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, dengan berinovasi dan intervensi pencegahan melalui Puskemas.
"Termasuk memberikan pelatihan kepada para calon orang tua agar kebutuhan anak terpenuhi, dan tidak menghambat tumbuh kembang anak sejak masih dalam kandungan," jelasnya.
Diungkapkan Fenty, sejumlah intervensi penangan stunting yang dilakukan TPPS Palembang yakni konseling gizi seimbang, pemberian makan bayi dan anak (PMBA), serta pemberian makanan tambahan seperti Biskuit dan susu
(msd)