Prajnaparamita, Sosok Perempuan Cantik Jawa Titisan Raja Singasari
loading...
A
A
A
SOSOK Prajnaparamita digambarkan sebagai perempuan cantik dari Kerajaan Singasari. Kecantikannya masih bisa dilihat hingga sekarang dalam peninggalan sejarah berupa arca Prajnaparamita.
Foto/Ist
Arca yang menampilkan sosok perempuan cantik itu konon diduga merupakan representasi dari kecantikan dari Gayatri alias Rajapatni, salah seorang putri Raja Kertanagara. Dalam perjalanan sejarah, Prajnaparamita dinikahi oleh pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya.
Arca itu menggambarkan seorang putri, bermahkota, duduk bersila, jari tangannya membentuk mudra. Pancaran wajahnya tenang dan bijak, dapat mempengaruhi jiwa orang yang memandangnya.
Putri cantik Prajnaparamita diulas oleh Prof Slamet Muljana pada bukunya "Tafsir Sejarah Negarakretagama". Disebutkan bahwa putri asal Singasari ini kecantikannya diabadikan dalam sebuah arca.
Sedangkan pada Kakawin Negarakretagama pupuh 2/1 menyebut putri Gayatri alias Rajapatni di akhir hidupnya memilih menjadi wikun atau bhiksuni dan mangkat pada tahun 1350.
Nagarakretagama pupuh 63-69, menguraikan bagaimana upacara pesta sradda digelar pada tahun 1362 sebagai peringatan dua belas tahun sesudah Rajapatni mangkat. Saat itu digelar oleh Hayam Wuruk saat memimpin Kerajaan Majapahit.
Sedangkan Kakawin Nagarakretagama pupuh 69/1 memberitakan bahwa jenazah putri Rajapatni yang dicandikan di Kamal Pandak, candi makamnya yang berada di Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, yang dibangun pada tahun 1362 disebut Prajnaparamita puri.
Di Piagam Penanggungan tahun 1296, dan Piagam Kertarajasa 1305 memuja-muji kecantikan Putri Gayatri, yang tak lain adalah putri bungsu dari Raja Singasari Kertanagara
Sosok Gayatri ini juga menjadi istri yang paling dikasihi oleh Kertarajasa atau Raden Wijaya.
Dari kisah dan perjalanan hidupnya, ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya Arca Dewi Prajnaparamita diduga merupakan Gayatri alias Rajapatni. Arca ini diletakkan di Candi Prajnaparamita puri di Boyolangu.
Pendewaan terhadap tokoh-tokoh penting ini akibat percampuran antara pemujaan arwah leluhur dan agama Hindu Buddha pada zaman Singasari-Majapahit. Selain itu, sudah menjadi adat bahwa keluarga raja yang dicandikan itu didewakan dan arcanya diletakkan dalam candi makam.
Kepribadian keluarga raja yang terdiri dari watak dan rupa ikut diarcakan juga, sehingga arca dewa itu identik dengan arca keluarga raja. Banyak di antara arca-arca keluarga raja yang sangat berkesan dan bermutu tinggi sebagai seni arca.
Dewi Prajnaparamita dalam kesusastraan Bhudisme dipandang sebagai jelmaan segala kesempurnaan sifat Bodhisatwa, lambang kesempurnaan sejati.
Gayatri dinikahi Raden Wijaya dengan status istri keempat yang bergelar Rajapatni atau pendamping raja. Gayatri cantik, cerdas dan tangguh sehingga Raden Wijaya mampu mendirikan Majapahit hingga mencapai kejayaan.
Dari pernikahan itulah lahir generasi-generasi terbaik Majapahit, salah satunya adalah Hayam Wuruk yang merupakan cucu dari Gayatri. Hayam Wuruk juga yang menciptakan legasi untuk mendiang neneknya karena keluhuran jasanya bagi berdiri hingga kesuksesan Majapahit.
Nagarakretagama menuliskan, Raden Wijaya menikahi empat putri Kertanagara, raja terakhir Singasari, yaitu Tribhuwana bergelar Tribhuwaneswari, Mahadewi bergelar Narendraduhita, Jayendradewi bergelar Prajnyaparamita, dan Gayatri bergelar Rajapatni. Raden Wijaya juga memiliki seorang istri dari Melayu bernama Dara Petak bergelar Indreswari.
Dari kelima istri tersebut, yang memberikan keturunan hanya Dara Petak dan Gayatri. Dari Dara Petak lahir Jayanagara.
Sedangkan dari Gayatri lahir Tribhuwanatunggadewi dan Rajadewi. Tribhuwanotunggadewi inilah yang kemudian menurunkan raja-raja Majapahit selanjutnya. Sosok Gayatri Rajapatni dalam sejarah kerajaan Majapahit disebutkan dalam buku “Gayatri Rajapatni; Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit” karya Earl Drake.
Dijelaskan, Gayatri adalah putri bungsu Kertanegara, Raja Singhasari. Serbuan Kerajaan Kediri meruntuhkan Kerajaan Singasari hingga menewaskan ayahnya, Kertanegara, Raja Singhasari. Sejak saat itu, Gayatri memiliki tekad untuk membangun kembali Kerajaan Singasari yang luluh lantak oleh serangan Jayakatwang, Raja Kediri.
Bersama dengan Raden Wijaya, Gayatri menyusun strategi untuk membangun sebuah tatanan pemerintahan di atas sisa kejayaan kerajaan Singasari.
Putri yang digambarkan sebagai sosok Prajnaparamita atau Dewi Kebijaksanaan Tertinggi ini berhasil melahirkan pemimpin, bukan saja yang lahir dari rahimnya, tapi juga dari kebijaksanaan dan akal budinya.
Gayatri adalah sosok di belakang nama besar Raden Wijaya, suaminya, Gadjah Mada, mahapatihnya, Ratu Tribhuwana, putri sulungnya, dan cucunya, Raja Hayam Wuruk.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Foto/Ist
Arca yang menampilkan sosok perempuan cantik itu konon diduga merupakan representasi dari kecantikan dari Gayatri alias Rajapatni, salah seorang putri Raja Kertanagara. Dalam perjalanan sejarah, Prajnaparamita dinikahi oleh pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya.
Arca itu menggambarkan seorang putri, bermahkota, duduk bersila, jari tangannya membentuk mudra. Pancaran wajahnya tenang dan bijak, dapat mempengaruhi jiwa orang yang memandangnya.
Putri cantik Prajnaparamita diulas oleh Prof Slamet Muljana pada bukunya "Tafsir Sejarah Negarakretagama". Disebutkan bahwa putri asal Singasari ini kecantikannya diabadikan dalam sebuah arca.
Sedangkan pada Kakawin Negarakretagama pupuh 2/1 menyebut putri Gayatri alias Rajapatni di akhir hidupnya memilih menjadi wikun atau bhiksuni dan mangkat pada tahun 1350.
Nagarakretagama pupuh 63-69, menguraikan bagaimana upacara pesta sradda digelar pada tahun 1362 sebagai peringatan dua belas tahun sesudah Rajapatni mangkat. Saat itu digelar oleh Hayam Wuruk saat memimpin Kerajaan Majapahit.
Sedangkan Kakawin Nagarakretagama pupuh 69/1 memberitakan bahwa jenazah putri Rajapatni yang dicandikan di Kamal Pandak, candi makamnya yang berada di Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, yang dibangun pada tahun 1362 disebut Prajnaparamita puri.
Di Piagam Penanggungan tahun 1296, dan Piagam Kertarajasa 1305 memuja-muji kecantikan Putri Gayatri, yang tak lain adalah putri bungsu dari Raja Singasari Kertanagara
Sosok Gayatri ini juga menjadi istri yang paling dikasihi oleh Kertarajasa atau Raden Wijaya.
Dari kisah dan perjalanan hidupnya, ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya Arca Dewi Prajnaparamita diduga merupakan Gayatri alias Rajapatni. Arca ini diletakkan di Candi Prajnaparamita puri di Boyolangu.
Pendewaan terhadap tokoh-tokoh penting ini akibat percampuran antara pemujaan arwah leluhur dan agama Hindu Buddha pada zaman Singasari-Majapahit. Selain itu, sudah menjadi adat bahwa keluarga raja yang dicandikan itu didewakan dan arcanya diletakkan dalam candi makam.
Kepribadian keluarga raja yang terdiri dari watak dan rupa ikut diarcakan juga, sehingga arca dewa itu identik dengan arca keluarga raja. Banyak di antara arca-arca keluarga raja yang sangat berkesan dan bermutu tinggi sebagai seni arca.
Dewi Prajnaparamita dalam kesusastraan Bhudisme dipandang sebagai jelmaan segala kesempurnaan sifat Bodhisatwa, lambang kesempurnaan sejati.
Gayatri dinikahi Raden Wijaya dengan status istri keempat yang bergelar Rajapatni atau pendamping raja. Gayatri cantik, cerdas dan tangguh sehingga Raden Wijaya mampu mendirikan Majapahit hingga mencapai kejayaan.
Dari pernikahan itulah lahir generasi-generasi terbaik Majapahit, salah satunya adalah Hayam Wuruk yang merupakan cucu dari Gayatri. Hayam Wuruk juga yang menciptakan legasi untuk mendiang neneknya karena keluhuran jasanya bagi berdiri hingga kesuksesan Majapahit.
Nagarakretagama menuliskan, Raden Wijaya menikahi empat putri Kertanagara, raja terakhir Singasari, yaitu Tribhuwana bergelar Tribhuwaneswari, Mahadewi bergelar Narendraduhita, Jayendradewi bergelar Prajnyaparamita, dan Gayatri bergelar Rajapatni. Raden Wijaya juga memiliki seorang istri dari Melayu bernama Dara Petak bergelar Indreswari.
Dari kelima istri tersebut, yang memberikan keturunan hanya Dara Petak dan Gayatri. Dari Dara Petak lahir Jayanagara.
Sedangkan dari Gayatri lahir Tribhuwanatunggadewi dan Rajadewi. Tribhuwanotunggadewi inilah yang kemudian menurunkan raja-raja Majapahit selanjutnya. Sosok Gayatri Rajapatni dalam sejarah kerajaan Majapahit disebutkan dalam buku “Gayatri Rajapatni; Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit” karya Earl Drake.
Dijelaskan, Gayatri adalah putri bungsu Kertanegara, Raja Singhasari. Serbuan Kerajaan Kediri meruntuhkan Kerajaan Singasari hingga menewaskan ayahnya, Kertanegara, Raja Singhasari. Sejak saat itu, Gayatri memiliki tekad untuk membangun kembali Kerajaan Singasari yang luluh lantak oleh serangan Jayakatwang, Raja Kediri.
Bersama dengan Raden Wijaya, Gayatri menyusun strategi untuk membangun sebuah tatanan pemerintahan di atas sisa kejayaan kerajaan Singasari.
Putri yang digambarkan sebagai sosok Prajnaparamita atau Dewi Kebijaksanaan Tertinggi ini berhasil melahirkan pemimpin, bukan saja yang lahir dari rahimnya, tapi juga dari kebijaksanaan dan akal budinya.
Gayatri adalah sosok di belakang nama besar Raden Wijaya, suaminya, Gadjah Mada, mahapatihnya, Ratu Tribhuwana, putri sulungnya, dan cucunya, Raja Hayam Wuruk.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(shf)