Jejak Perjuangan KH Ahmad Sanusi, Pahlawan Nasional yang Sering Keluar Masuk Penjara
loading...
A
A
A
Peristiwa ini, dijadikan sebagai bukti Pemerintan Hindia Belanda untuk menangkap dan menahannya.
"Dengan alasan itulah Ajengan Sanusi mendekam di Penjara Cianjur selama 9 bulan sampai Mei 1928, terus dipindahkan ke Penjara Nyomplong Kota Sukabumi selama 6 bulan sampai November 1928. Selanjutnya, sejak November 1928, beliau diasingkan ke Tanah Tinggi Senen Batavia Centrum selama 6 tahunan sampai 1934," paparnya.
Neni menambahkan, pada Agustus 1934, Ajengan Sanusi dipindahkan ke Kota Sukabumi dengan status tahanan kota selama 5 tahun hingga turun keputusan Gubernur Jenderal yang ditandatangani AWL Tjarda isinya menyatakan mengakhiri masa tahanan kota untuk KH Ahmad Sanusi.
"Sejak turunnya Keputusan Gubernur Jenderal tersebut, Ajengan Sanusi menjadi orang bebas. Hikmahnya 15 bulan di penjara dan 11 tahunan di internir dengan status tananan kota, maka beliau menjadi seorang penulis yang produktif. Tidak kurang dari 126 judul kitab telah ditulis dari berbagai disiplin keilmuan seperti Tafsir Al-Quran, lImu Tauhid, lImu Fiqih, Ma'ani, Bayan dan lainnya," sambungnya.
Sebagai guru dan orangtua yang baik, KH Ahmad Sanusi mendidik dengan baik anak-anaknya maupun santrinya menjadi ulama besar dan berpengaruh tidak hanya di Jawa Barat, tetapi di tingkat nasional.
Ketika mengajar di Pesantren Cantayan, berhasil melahirkan santri angkatan pertama menjadi ulama besar, diantaranya, Ajengan Nakhrowi Pendiri Ponpes YASMIDA Cibatu Cisaat Sukabumi, Ajengan Abas Nawawi Guru di Pesantren Gunungpuyuh, Ajengan Masturo Pendiri Pondok Pesantren Al Masthuriyyah Cisaat Sukabumi, Ajengan Uci Sanusi Pendiri Pondok Pesantren Sunanul Huda Cikaroya Cisaat Sukabumi, Ajengan Afandi Pimpinan Pondok Pesantren Tarbiyatul Falah Sadamukti, Cicurug, Sukabumi, Ajengan M. Fudholi Pendiri Pondok Pesantren Al-Falah dan Madrasah Jannatul Amal Cikarang, Bekasi dan lainnya.
Selanjutnya, ketika mengajar di Pesantren Genteng Babakansirna, ujar Neni, KH Ahmad Sanusi melahirkan santri angkatan kedua menjadi ulama-ulama besar diantaranya, Ajengan Abdullah bin Nuh Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ghozali dan Al-Ihya Bogor, Ajengan Damiri Yusur Laujiri Pendiri Pondok Pesantren Ipari Wanaraja Garut, Ajengan Badruddin Pendiri Pondok Pesantren Kadudampit dan lain-lain.
"Dengan alasan itulah Ajengan Sanusi mendekam di Penjara Cianjur selama 9 bulan sampai Mei 1928, terus dipindahkan ke Penjara Nyomplong Kota Sukabumi selama 6 bulan sampai November 1928. Selanjutnya, sejak November 1928, beliau diasingkan ke Tanah Tinggi Senen Batavia Centrum selama 6 tahunan sampai 1934," paparnya.
Neni menambahkan, pada Agustus 1934, Ajengan Sanusi dipindahkan ke Kota Sukabumi dengan status tahanan kota selama 5 tahun hingga turun keputusan Gubernur Jenderal yang ditandatangani AWL Tjarda isinya menyatakan mengakhiri masa tahanan kota untuk KH Ahmad Sanusi.
"Sejak turunnya Keputusan Gubernur Jenderal tersebut, Ajengan Sanusi menjadi orang bebas. Hikmahnya 15 bulan di penjara dan 11 tahunan di internir dengan status tananan kota, maka beliau menjadi seorang penulis yang produktif. Tidak kurang dari 126 judul kitab telah ditulis dari berbagai disiplin keilmuan seperti Tafsir Al-Quran, lImu Tauhid, lImu Fiqih, Ma'ani, Bayan dan lainnya," sambungnya.
Sebagai guru dan orangtua yang baik, KH Ahmad Sanusi mendidik dengan baik anak-anaknya maupun santrinya menjadi ulama besar dan berpengaruh tidak hanya di Jawa Barat, tetapi di tingkat nasional.
Ketika mengajar di Pesantren Cantayan, berhasil melahirkan santri angkatan pertama menjadi ulama besar, diantaranya, Ajengan Nakhrowi Pendiri Ponpes YASMIDA Cibatu Cisaat Sukabumi, Ajengan Abas Nawawi Guru di Pesantren Gunungpuyuh, Ajengan Masturo Pendiri Pondok Pesantren Al Masthuriyyah Cisaat Sukabumi, Ajengan Uci Sanusi Pendiri Pondok Pesantren Sunanul Huda Cikaroya Cisaat Sukabumi, Ajengan Afandi Pimpinan Pondok Pesantren Tarbiyatul Falah Sadamukti, Cicurug, Sukabumi, Ajengan M. Fudholi Pendiri Pondok Pesantren Al-Falah dan Madrasah Jannatul Amal Cikarang, Bekasi dan lainnya.
Selanjutnya, ketika mengajar di Pesantren Genteng Babakansirna, ujar Neni, KH Ahmad Sanusi melahirkan santri angkatan kedua menjadi ulama-ulama besar diantaranya, Ajengan Abdullah bin Nuh Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ghozali dan Al-Ihya Bogor, Ajengan Damiri Yusur Laujiri Pendiri Pondok Pesantren Ipari Wanaraja Garut, Ajengan Badruddin Pendiri Pondok Pesantren Kadudampit dan lain-lain.