Kisah Sultan Agung Susah Payah Taklukkan Surabaya dan Hadang Pemberontakan Pati

Jum'at, 21 Oktober 2022 - 09:40 WIB
loading...
A A A
Namun akibat hasutan Patih Endranata maka pecahlah perang pati. Pati dilaporkan akan memberontak dari Mataram. Akibatnya, Sultan Agung memutuskan untuk menyerbu Pati dari tiga penjuru, yaitu Timur, Selatan dan Barat.

Ratusan ribu prajurit Mataram dikerahkan untuk menghancurkan Pati. Sebagai Senapati, Mataram menunjuk Tumenggung Alap-Alap. Pasukan dari arah Timur, yang dipimpin Adipati Martoloyo membawai pasukan Mancanegara, dan bermukim di Pekuwon Juwana bagian timur. Pasukan Mataram dari arah selatan dipimpin Pangeran Madura. Pangeran Madura memegang prajurit di wilayah Kedu, Begalan dan Pamijen. Pasukan ini mendirikan tenda-tenda perkemahan di kaki Gunung Kendeng sekitar daerah Cengkalsewu sebelah selatan Pati.



Sedang pasukan dari arah barat dipimpin oleh Bupati Sumedang yang membawahi pasukan khusus berkuda, pasukan ini mendirikan barak di sekitar wilayah Matraman Margorejo sebelah barat Pati. Terakhir, keluarga raja yang memimpin pasukan-pasukan Pamejagan Mataram. Pengawal pribadi terdiri dari 2.000 prajurit.

Dalam pertempuran ini, Adipati Pragola II dibantu oleh enam tumenggung. Keenam tumenggung tersebut yaitu, Tumenggung Mangunjaya, Adipati Kenduruan, Tumenggung Ramananggala, Tumenggung Tohpati, Adipati Sawunggaling, Tumenggung Sindurejo, serta seluruh rakyat Pati.

Pada hari Jumat wage, tanggal 4 Oktober 1627 M, Adipati Pragola II tewas tertusuk tombak Kyai Baru milik Sultan Agung yang diserahkan pada Lurah Kapedak, Naya Derma. Sang adipati meninggal dan dikebumikan di Sendang Sani.

Setelah wafatnya Adipati Pragola II, Sultan Agung menemui adiknya, Ratu Mas Sekar, istri dari adipati. Sultan Agung menanyakan alasan pemberontakan Pati terhadap Mataram. Ratu Mas Sekar pun menjawab apa adanya.

Dia mengatakan, bahwa semua berita yang didengar oleh sang Sultan adalah berita yang dipalsukan oleh Patih Mataram Endranata. Kaget dengan berita itu, akhirnya Patih Endranata ditangkap dan dieksekusi mati.

Perlawanan Adipati Pragola II yang gagah berani dalam melawan Mataram, untuk menjaga kehormatan Kadipaten Pati terus hidup dalam ingatan masyarakat Pati. Peristiwa penyerangan Mataram ini pun tetap berbekas dan berimbas hingga saat ini, terdapat pantangan bagi masyarakat Pati yang menyebutkan, orang Pati jangan sampai menikah dengan orang Mataram.

Sumber: sindonews,okezone, inews
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1316 seconds (0.1#10.140)