Tragis! Gajah Sumatera Berkalung GPS Ditemukan Tinggal Tulang Belulang
loading...
A
A
A
MUKOMUKO - Tumpukan tulang belulang gajah Sumatera dewasa berkalung GPS Collar ditemukan di kawasan Hutan Produksi (HP) Air Rami, Kecamatan Air Rami, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.
Tulang belulang gajah Sumatera dewasa berkalung GPS Collar ditemukan di kawasan Hutan Produksi (HP) Air Rami, Air Rami, Mukomuko, Bengkulu. Foto/Tim Patroli Konsorsium Bentang Alam Sebelat
Bangkai gajah betina dewasa itu ditemukan Tim Patroli Konsorsium Bentang Alam Sebelat pada koordinat 47 M X 808892 Y 9671611. Saat saat ditemukan GPS Collar yang terpasang pada gajah ini sudah berada ditumpukan tulang belulang.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Bengkulu, Said Jauhari mengatakan, bangkai gajah yang ditemukan itu memang ada GPS Collar. Pemasangan GPS tersebut sudah dilakukan sejak 2020.
Said menyebut, GPS yang terpasang pada gajah tersebut masih aktif. Hanya saja, posisi gajah terus bergerak. Said menduga, gajah betina itu diperkirakan sudah mati 10 hingga 13 hari.
"Ada GPS nya yang kita pasang dulu tahun 2020, maka kita bisa pantau. Titik koordinat terakhir gajah aktif dan selanjutnya bergerak, dan kemudian ditemukan mati," kata Said, Rabu (14/9/2022).
Diamenjelaskan, kematian gajah tersebut belum diketahui secara pasti penyebabnya. Apakah gajah tersebut sakit atau dibunuh.
"GPS sempat error, sehingga pergerakan gajah tidak temonitor beberapa hari, lalu aktif lagi GPS-nya, dan terpantau lagi. Tim sudah ke lokasi untuk autopsi dan nanti bisa dilakukan uji lab," pungkasnya.
Tulang belulang gajah Sumatera dewasa berkalung GPS Collar ditemukan di kawasan Hutan Produksi (HP) Air Rami, Air Rami, Mukomuko, Bengkulu. Foto/Tim Patroli Konsorsium Bentang Alam Sebelat
Bangkai gajah betina dewasa itu ditemukan Tim Patroli Konsorsium Bentang Alam Sebelat pada koordinat 47 M X 808892 Y 9671611. Saat saat ditemukan GPS Collar yang terpasang pada gajah ini sudah berada ditumpukan tulang belulang.
Baca Juga
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Bengkulu, Said Jauhari mengatakan, bangkai gajah yang ditemukan itu memang ada GPS Collar. Pemasangan GPS tersebut sudah dilakukan sejak 2020.
Said menyebut, GPS yang terpasang pada gajah tersebut masih aktif. Hanya saja, posisi gajah terus bergerak. Said menduga, gajah betina itu diperkirakan sudah mati 10 hingga 13 hari.
"Ada GPS nya yang kita pasang dulu tahun 2020, maka kita bisa pantau. Titik koordinat terakhir gajah aktif dan selanjutnya bergerak, dan kemudian ditemukan mati," kata Said, Rabu (14/9/2022).
Diamenjelaskan, kematian gajah tersebut belum diketahui secara pasti penyebabnya. Apakah gajah tersebut sakit atau dibunuh.
"GPS sempat error, sehingga pergerakan gajah tidak temonitor beberapa hari, lalu aktif lagi GPS-nya, dan terpantau lagi. Tim sudah ke lokasi untuk autopsi dan nanti bisa dilakukan uji lab," pungkasnya.
(shf)