Sulam Jelujur Tembus Amerika Serikat, Perajin Lampung Bangga
loading...
A
A
A
PESAWARAN - Perajin sulam jelujur di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedongtataan, Pesawaran, Lampung merasa bangga. Sebab hasil kerajinan mereka produksi akan tampil di New York Indonesia Fashion Week 2022.
Perwakilan perajin sulam jelujur, Yeni kustiawati mengatakan, dengan tampilnya sulam jelujur di New York, Amerika Serikat maka para perajin sangat berbangga.
Hal itu karena hasil karya dari Sungai Langka mampu menembus pasar dunia dan dikenal sampai luar negeri.
Dia mengatakan bahwa pada masa lalu sulam jelujur hanya digunakan untuk pajangan oleh masyarakat sekitar.
Namun semakin perkembangan zaman dan adanya dukungan serta pembinaan dari Pemprov Lampung maupun Pemkab Pesawaran, pajangan tersebut disulap menjadi memiliki barang yang memiliki harga jual.
"Kain sulam jelujur merupakan bagian dari sebuah peristiwa sejarah transmigrasi pertama di Indonesia pada tahun 1905 di Kabupaten Pesawaran. Ini merupakan rekam jejak dan warisan wastra Lampung yaitu kain tenun dengan teknik jelujur yang membentuk keragaman motif serta gambaran peristiwa yang terjadi pada sejarah transmigrasi saat itu," kata Yeni, Sabtu (10/9/2022).
Ia mengatakan setelah mengetahui adanya warisan wastra yang ada di Kabupaten Pesawaran, pihak pemerintah setempat langsung memberikan pembinaan kepada para perajin dan membantu dalam memasarkan sulam jelujur kepada masyarakat luas.
"Sebelumnya, hasil kerajinan kita ini hanya digunakan untuk pajangan dan juga digunakan di rumah saja, tetapi karena melihat adanya nilai ekonomis di dalamnya, mulai lah kita memproduksi sedikit banyak untuk kita jualkan ke luar. Dari hasil itu juga dapat membantu perekonomian keluarga," ujarnya.
Dia mengucapkan terima kasih kepada Riana Sari Arinal dan Yayasan Pertiwi Indonesia, yang telah ikut membantu memberikan pembinaan dan ikut mengembangkan sulam jelujur. "Hingga akhirnya karya kami dikenal masyarakat luas bahkan sampai luar negeri," ungkapnya.
Menurut perajin sulam jelujur Desa Sungai Langka, saat ini produksi hasil kerajinan sulam jelujur sudah sangat banyak. Selain busana ada juga kain sarung, peci, tas dan lain lain.
Yeni menjelaskan pasar sulam jelujur di mulai dari Pesawaran lalu ke Jakarta, Bali, Lombok, Bandung sampai ke manca negara seperti Dubai, Kroasia, Belanda dan saat ini di New York.
"Kami sangga bangga dan berterimakasih kepada ibu Nanda, Bapak Dendi dan mas Aris selaku desainer, yang sudah membawa hasil kerajinan kami ke New York Indonesia Fashion Week di Amerika," katanya.
Para perajin sulam jelujur berharap terus mendapat dukungan dari pemerintah dan para investor agar dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.
"Kami berharap selalu dukungan dari pemerintah tentunya dan para investor agar kami dapat membuka lapangan pekerjaan bagi ibu ibu di desa sungai langka pada khususnya dan di pesawaran pada umumnya. Selain itu kami juga berharap dapat berkiprah secara langsung di manca negara dengan tujuan untuk mendapatkan motivasi yang lebih dan mendapatkan ilmu agar kami lebih kreatif," pungkas Yeni.
Perwakilan perajin sulam jelujur, Yeni kustiawati mengatakan, dengan tampilnya sulam jelujur di New York, Amerika Serikat maka para perajin sangat berbangga.
Hal itu karena hasil karya dari Sungai Langka mampu menembus pasar dunia dan dikenal sampai luar negeri.
Dia mengatakan bahwa pada masa lalu sulam jelujur hanya digunakan untuk pajangan oleh masyarakat sekitar.
Namun semakin perkembangan zaman dan adanya dukungan serta pembinaan dari Pemprov Lampung maupun Pemkab Pesawaran, pajangan tersebut disulap menjadi memiliki barang yang memiliki harga jual.
"Kain sulam jelujur merupakan bagian dari sebuah peristiwa sejarah transmigrasi pertama di Indonesia pada tahun 1905 di Kabupaten Pesawaran. Ini merupakan rekam jejak dan warisan wastra Lampung yaitu kain tenun dengan teknik jelujur yang membentuk keragaman motif serta gambaran peristiwa yang terjadi pada sejarah transmigrasi saat itu," kata Yeni, Sabtu (10/9/2022).
Ia mengatakan setelah mengetahui adanya warisan wastra yang ada di Kabupaten Pesawaran, pihak pemerintah setempat langsung memberikan pembinaan kepada para perajin dan membantu dalam memasarkan sulam jelujur kepada masyarakat luas.
"Sebelumnya, hasil kerajinan kita ini hanya digunakan untuk pajangan dan juga digunakan di rumah saja, tetapi karena melihat adanya nilai ekonomis di dalamnya, mulai lah kita memproduksi sedikit banyak untuk kita jualkan ke luar. Dari hasil itu juga dapat membantu perekonomian keluarga," ujarnya.
Dia mengucapkan terima kasih kepada Riana Sari Arinal dan Yayasan Pertiwi Indonesia, yang telah ikut membantu memberikan pembinaan dan ikut mengembangkan sulam jelujur. "Hingga akhirnya karya kami dikenal masyarakat luas bahkan sampai luar negeri," ungkapnya.
Menurut perajin sulam jelujur Desa Sungai Langka, saat ini produksi hasil kerajinan sulam jelujur sudah sangat banyak. Selain busana ada juga kain sarung, peci, tas dan lain lain.
Yeni menjelaskan pasar sulam jelujur di mulai dari Pesawaran lalu ke Jakarta, Bali, Lombok, Bandung sampai ke manca negara seperti Dubai, Kroasia, Belanda dan saat ini di New York.
"Kami sangga bangga dan berterimakasih kepada ibu Nanda, Bapak Dendi dan mas Aris selaku desainer, yang sudah membawa hasil kerajinan kami ke New York Indonesia Fashion Week di Amerika," katanya.
Para perajin sulam jelujur berharap terus mendapat dukungan dari pemerintah dan para investor agar dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.
"Kami berharap selalu dukungan dari pemerintah tentunya dan para investor agar kami dapat membuka lapangan pekerjaan bagi ibu ibu di desa sungai langka pada khususnya dan di pesawaran pada umumnya. Selain itu kami juga berharap dapat berkiprah secara langsung di manca negara dengan tujuan untuk mendapatkan motivasi yang lebih dan mendapatkan ilmu agar kami lebih kreatif," pungkas Yeni.
(shf)