BNPT Bentengi Anggota Polda Lampung dari Paham Radikal
loading...
A
A
A
BANDAR LAMPUNG - Penyebaran paham radikal terorisme tak melulu menyasar kepada masyarakat biasa. pegawai lembaga negara, kementerian, bahkan aparat keamanan seperti Kepolisian pun juga tak luput dari pengaruh paham radikalisme ini. Untuk itu aparat kepolisian juga harus memahami pola penyebaran bahaya paham radikal ini dan mengetahui upaya pencegahannya.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid menyampaikan hal itu saat melakukan sosialisasi pencegahan paham radikal terorisme kepada 200 personel Polda Lampung di Bandar Lampung, Selasa malam (30/8/2022).
“Virus radikalisme ini bukan monopoli satu agama, tapi berpotensi pada semua agama, berpotensi pada setiap individu manusia tidak melihat suku, agama, ras, tidak melihat profesi, bahkan tidak melihat kadar intelektualitas seseorang. Bisa Profesor bisa Jenderal, anggota Polri juga bisa kena. Kalau kena virus ini bisa bahaya sekali,” ujar Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid dalam keterangannya, Kamis (1/9/2022).
Berdasarkan hasil survei, lanjut dia, jajaran aparat pemerintah seperti ASN, TNI dan Polri juga sangat rentan terpapar paham radikal. Jika dibiarkan, maka dapat membahayakan institusi Polri karena mereka nantinya bisa insubordinasi terhadap aturan, peraturan maupun undang-undang yang berlaku.
“Ini yang bahaya.Kalau sudah kadar virusnya yang ada pada dirinya itu parah lalu mereka bergabung dengan kelompok jaringan teror tentunya ini bisa berbahaya untuk keamanan institusi ataupun masyarakat pada umumnya. Maka sebelum itu terjadi, kita melakukan yang namanya kesiapsiagaan nasional. Nah acara ini juga sebagai bentuk kesiapsiagaan nasional tapi juga sekaligus kontra radikalisasi,” ujar mantan Kabagbanops Densus 88/Anti Teror Polri ini.
Oleh karena itu BNPT perlu membentengi anggota Polda Lampung dengan memberikan vaksin ideologi baik itu wawasan kebangsaan moderasi beragama dan sebagainya. Sehingga memperkuat imunitas agar tidak mudah terpengaruh paham radikal terorisme.
“Supaya apa? Supaya imun. Sehingga kalau sudah imun dari paparan paham radikal terorisme maka saat mereka dalam bertugas pun akan optimal dan mereka akan mendukung segala program-program penanggulangan radikalisme intoleransi maupun terorisme di lingkungan masyarakat,” ujarnya.
Dia menambahkan, sebagai aparat yang berhubungan langsung dengan masyarakat, anggota Polri memiliki peran besar dalam melindungi masyarakat dari penyebaran paham radikal terorisme.
Dengan adanya pembekalan ini jajaran anggota Polda Lampung diharapkan dapat bangkit untuk militan di dalam melawan segala bentuk radikalisme dan terorisme ataupun intoleransi.
Sementara itu Irwasda Polda Lampung, Kombes Pol Sustri Bagus Setiawan mengatakan bahwa pembekalan bagi jajaran Polda Lampung ini sangat perlu. Karena tanpa disadari, polisi ini dalam kehidupan sosial juga bergaul dengan masyarakat. Di mana di dalam masyarakat itu tentunya ada virus-virus seperti radikal terorisme.
“Mudah mudahanini semua bisa dipahami oleh khususnya aparat Kepolisian bahwa paham tentang radikal, paham tentang ajaran-ajaran teroris itu sebenarnya bukanlah agama. Karena tidak ada agama yang membenarkan tentang kekerasan kekerasan yang terjadi,” ungkapnya.
Dengan adanya pembekalan tersebut jajaran Kepolisan di Polda Lampung juga akan melindungi diri dari paham radikal terorisme bagi lingkungan sekitar dan keluarganya.
Sementara itu pada malam harinya di Kota Metro, Lampung, Direktur Pencegahan BNPT memimpin acara Shalawat Kebangsaan Merah Putih dengan mengambil tema “Membangun Harmoni Bangsa untuk NKRI Harga Mati”.
Acara yang digelar hingga tengah malam ini dihadiri Muhibbin Habib Umar bin Muhdar Alhadad, jajaran Forkopimda, tokoh agama dan masyarakat serta sekitar 10 ribu jamaah di Lapangan Banjarsari, Kota Metro.
Ahmad Nurwakhid menitipkan pesan bahwa Bangsa Indonesia ini akan maju, akan jaya dan akan sejahtera jika tetap menjaga empat konsensus kebangsaan yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang Dasar 1945.
Sementara itu Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, Siti Nurjanah mengajak kepada seluruh jamaah yang hadir untuk mencintai bangsa Indonesia. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya untuk meneguhkan moderasi beragama.
“Indonesia ini sangat kaya dengan berbagai perbedaan, tetapi tetap satu yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Artinya kita ini memiliki keragaman budaya, keragaman suku dan keragaman ras tetapi tetap satu yaitu Cinta Indonesia,” ujarnya.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid menyampaikan hal itu saat melakukan sosialisasi pencegahan paham radikal terorisme kepada 200 personel Polda Lampung di Bandar Lampung, Selasa malam (30/8/2022).
“Virus radikalisme ini bukan monopoli satu agama, tapi berpotensi pada semua agama, berpotensi pada setiap individu manusia tidak melihat suku, agama, ras, tidak melihat profesi, bahkan tidak melihat kadar intelektualitas seseorang. Bisa Profesor bisa Jenderal, anggota Polri juga bisa kena. Kalau kena virus ini bisa bahaya sekali,” ujar Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid dalam keterangannya, Kamis (1/9/2022).
Berdasarkan hasil survei, lanjut dia, jajaran aparat pemerintah seperti ASN, TNI dan Polri juga sangat rentan terpapar paham radikal. Jika dibiarkan, maka dapat membahayakan institusi Polri karena mereka nantinya bisa insubordinasi terhadap aturan, peraturan maupun undang-undang yang berlaku.
“Ini yang bahaya.Kalau sudah kadar virusnya yang ada pada dirinya itu parah lalu mereka bergabung dengan kelompok jaringan teror tentunya ini bisa berbahaya untuk keamanan institusi ataupun masyarakat pada umumnya. Maka sebelum itu terjadi, kita melakukan yang namanya kesiapsiagaan nasional. Nah acara ini juga sebagai bentuk kesiapsiagaan nasional tapi juga sekaligus kontra radikalisasi,” ujar mantan Kabagbanops Densus 88/Anti Teror Polri ini.
Oleh karena itu BNPT perlu membentengi anggota Polda Lampung dengan memberikan vaksin ideologi baik itu wawasan kebangsaan moderasi beragama dan sebagainya. Sehingga memperkuat imunitas agar tidak mudah terpengaruh paham radikal terorisme.
“Supaya apa? Supaya imun. Sehingga kalau sudah imun dari paparan paham radikal terorisme maka saat mereka dalam bertugas pun akan optimal dan mereka akan mendukung segala program-program penanggulangan radikalisme intoleransi maupun terorisme di lingkungan masyarakat,” ujarnya.
Dia menambahkan, sebagai aparat yang berhubungan langsung dengan masyarakat, anggota Polri memiliki peran besar dalam melindungi masyarakat dari penyebaran paham radikal terorisme.
Dengan adanya pembekalan ini jajaran anggota Polda Lampung diharapkan dapat bangkit untuk militan di dalam melawan segala bentuk radikalisme dan terorisme ataupun intoleransi.
Sementara itu Irwasda Polda Lampung, Kombes Pol Sustri Bagus Setiawan mengatakan bahwa pembekalan bagi jajaran Polda Lampung ini sangat perlu. Karena tanpa disadari, polisi ini dalam kehidupan sosial juga bergaul dengan masyarakat. Di mana di dalam masyarakat itu tentunya ada virus-virus seperti radikal terorisme.
“Mudah mudahanini semua bisa dipahami oleh khususnya aparat Kepolisian bahwa paham tentang radikal, paham tentang ajaran-ajaran teroris itu sebenarnya bukanlah agama. Karena tidak ada agama yang membenarkan tentang kekerasan kekerasan yang terjadi,” ungkapnya.
Dengan adanya pembekalan tersebut jajaran Kepolisan di Polda Lampung juga akan melindungi diri dari paham radikal terorisme bagi lingkungan sekitar dan keluarganya.
Sementara itu pada malam harinya di Kota Metro, Lampung, Direktur Pencegahan BNPT memimpin acara Shalawat Kebangsaan Merah Putih dengan mengambil tema “Membangun Harmoni Bangsa untuk NKRI Harga Mati”.
Acara yang digelar hingga tengah malam ini dihadiri Muhibbin Habib Umar bin Muhdar Alhadad, jajaran Forkopimda, tokoh agama dan masyarakat serta sekitar 10 ribu jamaah di Lapangan Banjarsari, Kota Metro.
Ahmad Nurwakhid menitipkan pesan bahwa Bangsa Indonesia ini akan maju, akan jaya dan akan sejahtera jika tetap menjaga empat konsensus kebangsaan yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang Dasar 1945.
Sementara itu Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, Siti Nurjanah mengajak kepada seluruh jamaah yang hadir untuk mencintai bangsa Indonesia. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya untuk meneguhkan moderasi beragama.
“Indonesia ini sangat kaya dengan berbagai perbedaan, tetapi tetap satu yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Artinya kita ini memiliki keragaman budaya, keragaman suku dan keragaman ras tetapi tetap satu yaitu Cinta Indonesia,” ujarnya.
(shf)