Bangkit dari Pandemi Covid-19, Pagelaran Seni Santri Pukau Ribuan Warga Sragen
loading...
A
A
A
SRAGEN - Pagelaran kesenian tradisional di Kabupaten Sragen kembali bergeliat setelah dua tahun terhenti akibat pandemi Covid-19. Itu dibuktikan dengan digelarnya pagelaran seni santri Pondok Pesantren (Ponpes) Walisongo.
Ribuan warga dari berbagai daerah antusias menyaksikan pertunjukkan spektakuler yang digelar di lapangan Desa Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Minggu (28/8/2022) malam.
Pagelaran seni santri yang menampilkan 11 kesenian, diantaranya seni tari Nusantara, Perang Majapahit, Stand Up Santri, Seni Leak, Sango Band Putri, Kabaret Bakul Jamu, tradisional Pantomim, Musik Kolaborasi Nusantara dan lainya.
Pagelaran seni santri yang melibatkan 360 santriwan- santriwati asuhan KH Ma'ruf Islamuddin itu, mengusung tema Pagelaran Seni Santri yang diselenggarakan DPRD Provinsi Jateng bersama Ponpes Walisongo Angkatan Arsakha Generation dengan menampilkan sebanyak 11 kesenian dalam perhelatan itu.
Baca juga: Miris! Rivalitas Kebablasan, 2 Nyawa Suporter PSS Sleman Melayang selama Agustus
Acara diawali dialog Laras Budaya Bersama DPRD Provinsi Jateng dengan narasumber anggota Komisi B DPRD Jateng H Mukafi Fadli, Budayawan Moh Bahrul Mustawa dan pegiat Kesenian Orlando dengan dipandu moderator Dendi Ganda dari MNC Trijaya FM.
Mukafi mengatakan DPRD Jateng akan terus mendorong kesenian tradisional di daerah agar semakin berkembang hingga bisa dipertahankan dan dilestarikan.
“Saya percaya bahwa seni budaya adalah pilar budi pekerti, sehingga perlu terus dipertahankan. Bagaimana mungkin kita bisa melestarikan, melindungi dan mengembangkan kesenian tradisional, apabila tidak ada pihak yang peduli,” kata Mukafi.
Menurutnya, perkembangan teknologi dan globalisasi serta arus media digital yang kuat turut mempengaruhi punahnya kesenian tradisional sebagai kearifan lokal. Oleh karena itu, generasi muda, termasuk santri-santri harus terus ikut melestarikan dan mengembangkan kesenian dan tradisi budaya bangsa.
Dia mengatakan, pagelaran seni santri ini merupakan salah satu momentum untuk menegaskan kembali pentingnya menjaga budaya lokal bangsa Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai Pancasila. Berbagai budaya lokal berperan besar dalam membentuk dan mengembangkan jati diri bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.
Budayawan Moh Bahrul Mustawa mengatakan kesenian tradisional mempunyai rasa toleransi dan pemersatu bangsa. Pertunjukan kesenian memiliki makna positif dan wujud dari Pancasila, nilai yang terkandung dalam kesenian yang sebetulnya luar biasa.
Dia mengapresiasi langkah DPRD Jateng yang terus mendorong para seniman tetap berkreasi dan ikut melestarikan kekayaan budaya bangsa dengan menggelar pementasan.
“Kesenian tradisional itu sejak dulu sudah menyatu dalam diri ponpes, bahkan untuk menyampaikan pesan-pesan positif banyak dilakukan melalui pagelaran seni santri seperti saat ini,” katanya.
Pagelaran seni santri ini, lanjutnya, merupakan yang keenam diselenggarakan Ponpes Walisongo, yang sempat terhenti akibat pandemi. Kesenian tradisional, tutur Gus Mustawa, kini sudah masuk kurikulum pelajaran Ponpes Walisongo.
Pemerhati Seni Orlando mengatakan, kesenian tradisional harus tetap hidup, dan berkembang dengan menyesuaikan kemajuan teknologi.
“Kesenian tradisional tetap terus berkreasi dan dilestarikan dengan menggelar pementasan. Bahkan penggemarnya masih banyak. Contohnya Tari Kecak Bali hingga saat ini semakin diminati para wisatawan mancanegara,” ujarnya.
Ribuan warga dari berbagai daerah antusias menyaksikan pertunjukkan spektakuler yang digelar di lapangan Desa Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Minggu (28/8/2022) malam.
Pagelaran seni santri yang menampilkan 11 kesenian, diantaranya seni tari Nusantara, Perang Majapahit, Stand Up Santri, Seni Leak, Sango Band Putri, Kabaret Bakul Jamu, tradisional Pantomim, Musik Kolaborasi Nusantara dan lainya.
Pagelaran seni santri yang melibatkan 360 santriwan- santriwati asuhan KH Ma'ruf Islamuddin itu, mengusung tema Pagelaran Seni Santri yang diselenggarakan DPRD Provinsi Jateng bersama Ponpes Walisongo Angkatan Arsakha Generation dengan menampilkan sebanyak 11 kesenian dalam perhelatan itu.
Baca juga: Miris! Rivalitas Kebablasan, 2 Nyawa Suporter PSS Sleman Melayang selama Agustus
Acara diawali dialog Laras Budaya Bersama DPRD Provinsi Jateng dengan narasumber anggota Komisi B DPRD Jateng H Mukafi Fadli, Budayawan Moh Bahrul Mustawa dan pegiat Kesenian Orlando dengan dipandu moderator Dendi Ganda dari MNC Trijaya FM.
Mukafi mengatakan DPRD Jateng akan terus mendorong kesenian tradisional di daerah agar semakin berkembang hingga bisa dipertahankan dan dilestarikan.
“Saya percaya bahwa seni budaya adalah pilar budi pekerti, sehingga perlu terus dipertahankan. Bagaimana mungkin kita bisa melestarikan, melindungi dan mengembangkan kesenian tradisional, apabila tidak ada pihak yang peduli,” kata Mukafi.
Menurutnya, perkembangan teknologi dan globalisasi serta arus media digital yang kuat turut mempengaruhi punahnya kesenian tradisional sebagai kearifan lokal. Oleh karena itu, generasi muda, termasuk santri-santri harus terus ikut melestarikan dan mengembangkan kesenian dan tradisi budaya bangsa.
Dia mengatakan, pagelaran seni santri ini merupakan salah satu momentum untuk menegaskan kembali pentingnya menjaga budaya lokal bangsa Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai Pancasila. Berbagai budaya lokal berperan besar dalam membentuk dan mengembangkan jati diri bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.
Budayawan Moh Bahrul Mustawa mengatakan kesenian tradisional mempunyai rasa toleransi dan pemersatu bangsa. Pertunjukan kesenian memiliki makna positif dan wujud dari Pancasila, nilai yang terkandung dalam kesenian yang sebetulnya luar biasa.
Dia mengapresiasi langkah DPRD Jateng yang terus mendorong para seniman tetap berkreasi dan ikut melestarikan kekayaan budaya bangsa dengan menggelar pementasan.
“Kesenian tradisional itu sejak dulu sudah menyatu dalam diri ponpes, bahkan untuk menyampaikan pesan-pesan positif banyak dilakukan melalui pagelaran seni santri seperti saat ini,” katanya.
Pagelaran seni santri ini, lanjutnya, merupakan yang keenam diselenggarakan Ponpes Walisongo, yang sempat terhenti akibat pandemi. Kesenian tradisional, tutur Gus Mustawa, kini sudah masuk kurikulum pelajaran Ponpes Walisongo.
Pemerhati Seni Orlando mengatakan, kesenian tradisional harus tetap hidup, dan berkembang dengan menyesuaikan kemajuan teknologi.
“Kesenian tradisional tetap terus berkreasi dan dilestarikan dengan menggelar pementasan. Bahkan penggemarnya masih banyak. Contohnya Tari Kecak Bali hingga saat ini semakin diminati para wisatawan mancanegara,” ujarnya.
(msd)