2 Pelajar SD di Bone Berjalan Kaki 7 Km Menyusuri Hutan Belantara untuk ke Sekolah
loading...
A
A
A
BONE - Yudding, dan adiknya, Nursabbi, harus bangun lebih pagi. Saat teman-temannya masih terlelap dalam mimpi, kakak beradik itu sudah harus bersiap untuk berangkat sekolah. Perjuangan mereka tak hanya sampai di situ saja, bahkan itu menjadi awal dari perjuangan panjang yang melelahkan.
Demi bisa sampai ke sekolahnya, Yuddin dan Nursabbi harus berjalan kaki sejauh 7 km. Jalan yang harus mereka lalui juga sangat ekstrem. Jalan menaiki dan menuruni perbukitan, serta jalur di tepi jurang di tengah hutan, harus mereka tapaki.
Tak hanya buku pelajaran dan alat tulis yang mereka bawa untuk bersekolah. Kakak beradik ini juga harus membawa parang dalam perjalanan ke sekolah, karena mereka melintasi hutan belantara.
Demi menuntut ilmu, kakak beradik asal Dusun Lerang, Desa Tapong, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ini, harus berjibaku mempertaruhkan nyawanya. Keduanya bersekolah di SD Inpres 5/81 Tapong, Kecamatan Tellu Limpoe.
Demi bisa sampai di sekolah tepat waktu, mereka harus berangkat dari rumahnya pukul 03.00 WIB. Bukan hanya jalan terjal di tepi jurang yang mereka hadapi di jalan. Buasnya binatang liar, juga mengancam keselamatan kakak beradik ini.
Anak dari pasangan Kure dan Yupe ini, rela berjalan kaki dengan menempuh perjalanan yang cukup jauh demi mengejar cita-citanya. Yudding bercita-cita menjadi polisi, sementara adiknya bercita-cita menjadi guru.
Sebelumnya mereka sering berangkat ke sekolah berempat, bersama dua orang kakaknya. Namun karena kedua kakaknya ini sudah tamat sekolahnya, membuat keduanya kini berangkat dan pulang sekolah hanya berdua saja.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, Andi Fajaruddin membenarkan jika ada siswa yang terpaksa harus berjalan kaki sejauh 7 km dengan melewati hutan untuk sampai di sekolahnya.
Andi Fajaruddin mengapresiasi siswa-siswa yang begitu semangat dan gigih dalam menuntut ilmu. Dia pun, tidak dapat berbuat banyak karena infrastruktur yang menjadi kendala utama. Di mana kondisi daerah tersebut medannya cukup berat, karena dikelilingi bukit dan pegunungan, sehingga akses tranportasi belum tersedia.
Namun dia berjanji untuk mencari soulsi terbaik buat siswa-siswa tersebut. "Kami akan akan melakukan survei, dan dari hasil survei ini nantinya kalau memungkinkan kami akan memberikan kelas jauh," pungkasnya.
Demi bisa sampai ke sekolahnya, Yuddin dan Nursabbi harus berjalan kaki sejauh 7 km. Jalan yang harus mereka lalui juga sangat ekstrem. Jalan menaiki dan menuruni perbukitan, serta jalur di tepi jurang di tengah hutan, harus mereka tapaki.
Tak hanya buku pelajaran dan alat tulis yang mereka bawa untuk bersekolah. Kakak beradik ini juga harus membawa parang dalam perjalanan ke sekolah, karena mereka melintasi hutan belantara.
Demi menuntut ilmu, kakak beradik asal Dusun Lerang, Desa Tapong, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ini, harus berjibaku mempertaruhkan nyawanya. Keduanya bersekolah di SD Inpres 5/81 Tapong, Kecamatan Tellu Limpoe.
Demi bisa sampai di sekolah tepat waktu, mereka harus berangkat dari rumahnya pukul 03.00 WIB. Bukan hanya jalan terjal di tepi jurang yang mereka hadapi di jalan. Buasnya binatang liar, juga mengancam keselamatan kakak beradik ini.
Anak dari pasangan Kure dan Yupe ini, rela berjalan kaki dengan menempuh perjalanan yang cukup jauh demi mengejar cita-citanya. Yudding bercita-cita menjadi polisi, sementara adiknya bercita-cita menjadi guru.
Baca Juga
Sebelumnya mereka sering berangkat ke sekolah berempat, bersama dua orang kakaknya. Namun karena kedua kakaknya ini sudah tamat sekolahnya, membuat keduanya kini berangkat dan pulang sekolah hanya berdua saja.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, Andi Fajaruddin membenarkan jika ada siswa yang terpaksa harus berjalan kaki sejauh 7 km dengan melewati hutan untuk sampai di sekolahnya.
Andi Fajaruddin mengapresiasi siswa-siswa yang begitu semangat dan gigih dalam menuntut ilmu. Dia pun, tidak dapat berbuat banyak karena infrastruktur yang menjadi kendala utama. Di mana kondisi daerah tersebut medannya cukup berat, karena dikelilingi bukit dan pegunungan, sehingga akses tranportasi belum tersedia.
Namun dia berjanji untuk mencari soulsi terbaik buat siswa-siswa tersebut. "Kami akan akan melakukan survei, dan dari hasil survei ini nantinya kalau memungkinkan kami akan memberikan kelas jauh," pungkasnya.
(eyt)