Miris! Penderita Kusta Telantar gara-gara Alat Kesehatan di RS Huta Salem Hilang
loading...
A
A
A
TOBA - Puluhan mantan penderita kusta di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, terlantar. Kondisi ini dipicu oleh tak difungsikannya lagi Rumah Sakit Huta Salem, yang merupakan rumah sakit khusus penyakit kulit.
Tidak difungsikannya lagi rumah sakit yang dibangun Jerman, pada sekitar tahun 1900-an tersebut, dipicu oleh hilangnya alat kesehatan yang ada di rumah sakit. Sejarah panjang rumah sakit tersebut, terancam terkubur untuk selamanya.
Rumah sakit kusta ini, sengaja dibangun di wilayah Toba, karena kala itu banyak ditemukan kasus kusta di Tanah Batak. Salah satunya di daerah Laguboti, Kabupaten Toba. Saat itu, salah satu misionaris berkebangsaan Jerman, Pendeta Steinsiek menemukan banyak penderita kusta di daerah tersebut.
Kala itu, penyakit kusta dianggap sebagai penyakit kutukan yang mengakibatkan penderita lepra, sehingga para penderita peyakit kulit ini dikucilkan dan mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Mereka akhirnya ditangani di Rumah Sakit Huta Salem.
Samsul mantan penderita kusta, mengaku sangat kecewa dengan tidak berfungsinya Rumah Sakit Huta Salem ini. "Apalagi barang-barang alat kesehatan yang ada di dalamnya juga tidak ada lagi," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pengasuh Eks Penyakit Kusta Dinas Sosial Kabupaten Toba, Marudut Sitorus menjelaskan, pada tahun 2013 aset Rumah Sakit Huta Salem sudah diserahkan ke dinas kesehatan. "Pada tahun 2017, Gubernur Sumatera Utara menerbitkan surat penyerahan aset berupa gedung dan tanah, tidak ada alat kesehatan," ungkapnya.
Tidak difungsikannya lagi rumah sakit yang dibangun Jerman, pada sekitar tahun 1900-an tersebut, dipicu oleh hilangnya alat kesehatan yang ada di rumah sakit. Sejarah panjang rumah sakit tersebut, terancam terkubur untuk selamanya.
Rumah sakit kusta ini, sengaja dibangun di wilayah Toba, karena kala itu banyak ditemukan kasus kusta di Tanah Batak. Salah satunya di daerah Laguboti, Kabupaten Toba. Saat itu, salah satu misionaris berkebangsaan Jerman, Pendeta Steinsiek menemukan banyak penderita kusta di daerah tersebut.
Kala itu, penyakit kusta dianggap sebagai penyakit kutukan yang mengakibatkan penderita lepra, sehingga para penderita peyakit kulit ini dikucilkan dan mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Mereka akhirnya ditangani di Rumah Sakit Huta Salem.
Samsul mantan penderita kusta, mengaku sangat kecewa dengan tidak berfungsinya Rumah Sakit Huta Salem ini. "Apalagi barang-barang alat kesehatan yang ada di dalamnya juga tidak ada lagi," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pengasuh Eks Penyakit Kusta Dinas Sosial Kabupaten Toba, Marudut Sitorus menjelaskan, pada tahun 2013 aset Rumah Sakit Huta Salem sudah diserahkan ke dinas kesehatan. "Pada tahun 2017, Gubernur Sumatera Utara menerbitkan surat penyerahan aset berupa gedung dan tanah, tidak ada alat kesehatan," ungkapnya.
(eyt)