Tak Menyerah Kejar Gelar Doktor meski Dicopot dari Camat

Kamis, 25 Juni 2020 - 07:05 WIB
loading...
Tak Menyerah Kejar Gelar Doktor meski Dicopot dari Camat
Andi Mamu, mantan camat Pitumpanua, Kabupaten Wajo, seusai menjalani wisuda di Kampus Unhas Makassar, Selasa 23 Juni 2020 lalu. Foto/Koran SINDO/Reza Pahlevi
A A A
ALHAMDULILLAH, usaha tidak mengkhianati hasil.” Kata-kata itu berulangkali diucapkan Andi Mamu seusai dinobatkan sebagai wisudawan program doktor terbaik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (23/6). Andi tak kuasa menahan rasa syukur dan haru karena perjuangan beratnya menempuh gelar doktor jurusan administrasi publik itu akhirnya tuntas.

Andi sangat lega karena di tengah kesibukan sebagai pegawai negeri sipil (PNS), bahkan sempat mengemban jabatan sebagai camat, dia bisa menyelesaikan waktu kuliah dengan cepat, yakni tiga tahun. Andi bahkan menyabet predikat kelulusan cumlaude. Indeks prestasi kumulatif (IPK)-nya mencapai 3,98.

Status wisudawan terbaik juga semakin istimewa lantaran Andi seolah mencatat sejarah karena predikat tersebut selama ini didominasi mahasiswa dari jurusan eksakta. Namun, kali ini status membanggakan tersebut bisa diraih mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP). (Baca:Turki Nyatakan Siap Bantu Indonesia Bangun Ibu Kota Baru)

Lantaran menjadi satu di antara wisudawan terbaik, Andi pun diundang khusus untuk hadir langsung dalam prosesi wisuda di Gedung Baruga AP Pettarani Unhas Kampus Tamalanrea, Makassar. Sementara ratusan wisudawan lain mengikuti prosesi melalui video conference lewat aplikasi Zoom.

Andi mengaku harus melewati jalan penuh berliku untuk meraih prestasi tersebut. Bahkan menjelang akhir studinya, dia harus pasrah saat jabatannya sebagai camat Pitumpanua, Kabupaten Wajo hilang karena dinonjobkan oleh Bupati Wajo Amran Mahmud.

Dia jujur mengaku kaget dengan keputusan bupati itu. Apalagi dia merasa tugasnya selaku camat juga tidak pernah terabaikan. Program kerjanya pun terukur dan dapat diterima dengan baik oleh warga Kecamatan Pitumpanua.

Andi bercerita, tugasnya sebagai camat Pitumpanua dimulai pada 2016. Saat itu, PNS kelahiran Kabupaten Sengkang, 5 Februari 1984 tersebut mendapatkan kepercayaan besar dari Bupati Wajo Andi Burhanuddin Unru.

Kala itu keinginan untuk melanjutkan pendidikan program doktor sebenarnya sudah terlintas di pikirannya. Namun, di tahun pertama menjabat sebagai camat, wilayah Pitumpanua membutuhkan perhatian khusus sehingga niat tersebut diurungkan. (Baca juga: UMKM Terkoneksi Digital Lebih Mampu Hadapi Krisis)

Setelah pemerintahan di wilayah Pitumpanua berjalan dengan baik, setahun kemudian, Andi Mamu akhirnya mewujudkan keinginannya melanjutkan pendidikan S-3 di Unhas Makassar dengan mengambil jurusan administrasi publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP).

Tak ingin menyia-siakan kesempatan tersebut, Mamu pun totalitas dalam belajar. Dia dituntut cerdas membagi waktu sebab tugasnya sebagai seorang camat juga harus tetap berjalan. Selama dua semester tenaga dan pikirannya betul-betul dipersiapkan dengan matang. Jarak 300 kilometer harus dia lalui setiap pekannya, yakni dari Kecamatan Pitumpanua, Wajo menuju Kota Makassar. Perjuangan dan tantangan tak ringan ini dia harus lalui demi bisa menjalani studinya sebagai seorang mahasiswa.

Masalah jarak yang jauh ini tidak dia anggap sebagai hambatan, tetapi justru dibawa ke arah yang menyenangkan sebagi motivasi diri. “Alhamdulillah, gelar doktor dengan predikat cumlaude yang saya raih tidaklah mudah. Ini semua berkat kerja keras serta dukungan keluarga, teman, dan semua pihak,” tutur Purna Praja IPDN angkatan XIV tersebut.

Andi percaya bahwa setiap mahasiswa memiliki perjuangannya masing-masing. Dia pun tidak menganggap menjadi wisudawan terbaik adalah sesuatu yang hebat. “Ini hanya prestasi diri untuk menunjukkan bahwa saya bisa menjadi salah satu yang terbaik. Inilah hasil kerja keras yang saya lakukan, semoga ilmu yang saya dapatkan bisa berguna serta bermanfaat bagi saya pribadi dan masyarakat pada umumnya,” kata mantan Kasubbag Protokol Setda Kabupaten Wajo ini merendah. (Baca juga: Tambah 14, Kasus POsitif Covid-19 di Sumsel Tembus Angka 1.869)

Suami dari dr Andi Nurani Burhanuddin ini mengakui bahwa penghargaan alumni terbaik setiap tahunnya memang selalu didominasi dari fakultas eksakta. Namun, pada wisuda kali ini sejarah mencatat alumni FISIP akhirnya dapat menjadi wisudawan terbaik Unhas.

Andi membuat disertasi berjudul Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kabupaten Wajo. Dalam disertasinya, dia mengulas mengenai keberhasilan sekaligus kegagalan kebijakan pemberdayaan untuk mengembangkan model implementasi kebijakan pemberdayaan. “Semoga ilmu yang saya dapatkan bisa berguna serta bermanfaat bagi saya pribadi dan masyarakat pada umumnya,” katanya seusai pengukuhan.

Torehan prestasi membanggakan yang diraih Andi Mamu dalam dunia pendidikan ini membuat masyarakat Wajo bangga. Namun, sebagian juga masih bertanya-tanya dengan kebijakan Bupati Wajo baru, yakni Amran Mahmud, yang mencopot jabatan Andi sebagai camat. Warga merasa selama ini program yang dilakukan Andi Mamu secara umum berjalan baik. (Lihat videonya: Heboh! Pemuda di Lombok Nikahi Dua Gadis Sekaligus)

Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten) yang diusung Andi Mamu selama menjabat sebagai camat juga sangat membantu masyarakat Pitumpanua karena pengurusan KTP dan KK makin praktis. Warga tak lagi dipaksa menempuh perjalanan 40 kilometer ke Kota Sengkang untuk membuat dokumen kependudukan tersebut. “Sangat disayangkan bupati Wajo tidak mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki Andi Mamu,” ujar Suardi, seorang tokoh masyarakat di Pitumpanua. (Reza Pahlevi)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1906 seconds (0.1#10.140)