Harga Sejumlah Komoditas Pertanian Melonjak Naik, Ini Hasil Identifikasi BI Sulut

Jum'at, 24 Juni 2022 - 09:29 WIB
loading...
Harga Sejumlah Komoditas Pertanian Melonjak Naik, Ini Hasil Identifikasi BI Sulut
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulut, Arbonas Hutabarat. Foto/MPI/Subhan Sabu
A A A
MANADO - Harga sejumlah produk hasil pertanian di wilayah Sulawesi Utara (Sulut), mengalami lonjakan kenaikan. Pada minggu ke tiga Juni 2022, harga cabai mencapai yang tertinggi sejak 2020-2022 dengan rata-rata nasional Rp80.250 per kg, sedangkan bawang merah mencapai harga Rp54.500 per kg.



Sebagai komoditas yang masuk dalam kategori pangan bergejolak, pergerakan harga bawang merah, cabai dan tomat memang terjadi secara natural. Hal ini dipicu faktor musiman, meningkatnya permintaan menjelang hari besar, permasalahan yang tidak terduga seperti bencana, dan permasalahan lain yang terjadi pada masing-masing daerah.



"Namun apabila ditinjau sejak tahun 2020, kenaikan harga-harga tersebut khususnya cabai dan bawang merah pada dasarnya masih normal, meski pun pergerakan harga komoditas tersebut memang lebih tinggi sejak awal tahun 2022," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulut, Arbonas Hutabarat.



Hal-hal yang menyebabkan meningkatnya variasi harga ketiga komoditas pertanian tersebut, antara lain disebabkan dengan kenaikan harga pupuk. "Secara umum, kenaikan harga tanaman pangan disebabkan oleh kenaikan harga pupuk, yang telah terjadi sejak awal tahun 2021, dan terus memburuk sampai tahun 2022," ujarnya

Kenaikan harga pupuk tersebut disebabkan oleh meningkatnya harga bahan baku global, yakni Nitrogen, Fosfat, dan Kalium. Kebutuhan terbesar adalam Kalium atau potas. sebanyak 40 persen dari kebutuhan potas tersebut, diimpor dari Rusia, dan Belarus yang tentunya terdampak konflik geopolitik Rusia-Ukraina.

Terhitung Juli 2022 pupuk subsidi dibatasi pada jenis urea dan NPK, dengan jenis komoditas yang bisa mendapatkan pupuk bersubsidi tersebut mengacu pada Perpres No. 59/2020 yaitu padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kopi rakyat dan kakao rakyat.



"Fenomena cuaca La Nina, juga jadi penyebab terjadinya peningkatan dimana fenomena tersebut. Saat ini La Nina masih terpantau menguat di semester kedua tahun 2022. La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin, atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi, sehingga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia selain angin muson," tuturnya

Tingginya curah hujan juga menjadi faktor yang menyebabkan gagal panen di sejumlah sentra produksi hortikultura. Pada Januari-Februari hasil pantauan indeks BMKG menunjukkan bahwa La Nina sudah berkurang intensitasnya menuju intensitas lemah. Namun pada bulan Maret-April, indeks La Nina menguat kembali.

Di samping itu, fenomena La Nina yang menguat menjelang periode pergantian musim hujan ke musim kemarau tahun ini, berdampak pada mundurnya musim kemarau di Indonesia, yang berpotensi menyebabkan bergesernya siklus tanam dan panen komoditas hortikultura.



"Namun demikian, berdasarkan data Statistik Pertanian Hortikultura (SPH), pada bulan April dan Mei 2022 terjadi peningkatan luas tanam pada berbagai sentra produksi bawang di Jawa maupun Luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan harga bawang akan kembali normal pada Juni-Juli," terangnya.

Sementara pada tanaman cabai rawit, selain masalah kenaikan harga pupuk, kenaikan harga cabai juga disebabkan turunnya produksi akibat musim hujan berlangsung lebih lama akibat fenomena La Nina yang masih terjadi hingga Mei yang menyebabkan banyaknya tanaman rusak.

"Selain itu, faktor hama juga ikut memperburuk masalah di berbagai sentra cabai rawit seperti Tuban, dan Gorontalo," tambahnya. Dari sisi permintaan, kenaikan harga bawang merah, cabai rawit, dan tomat juga diperkirakan disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang Idul Adha pada bulan Juli 2022.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1403 seconds (0.1#10.140)