Cerita Candi Borobudur yang Berulangkali Hendak Dihancurkan

Jum'at, 10 Juni 2022 - 00:22 WIB
loading...
A A A


BPMI adalah tempat aktivis DI, yakni terutama Mursalin Dahlan melakukan kaderisasi. Pada tahun 1984, LP3K bersekutu dengan kelompok Syiah di Malang yang dipimpin Husein Al Habsyi dan Ibrahim Jawad.
Dalam buku “NII Sampai JI, Salafy Jihadisme Di Indonesia”, Solahudin menyebut, Husein Al Habsyi mengenal pemikiran Syiah setelah nyantri kepada Habib Husein bin Abu Bakar Al Habsyi pimpinan Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) di Bangil, Pasuruan yang sekaligus tokoh Syiah Jawa Timur.

Sejak bermukim di Malang tahun 1983, Husein Al Habsyi rutin mengadakan majelis taklim di rumahnya. Sementara Ibrahim Jawad yang bernama asli Krisna Triwibowo merupakan mubaligh asal Lawang, Malang yang belum lama pulang dari Iran. Semasa menjadi mahasiswa di kampus Jember, ia rajin mengaji di pesantren YPI Bangil.

Ibrahim Jawad kerap mengisi pengajian di rumah Husein Al Habsyi. Kedua orang sepemikiran tersebut sama-sama terpesona dengan Revolusi Iran dan berniat mempraktikkannya di Indonesia. Para aktivis LP3K mengenal Ibrahim Jawad dan Husein Al Habsyi melalui Muhammad Achwan, aktivis pesantren kilat yang bertempat tinggal di Malang, Jawa Timur.

“Kedua kelompok ini langsung cocok karena punya kesamaan cita-cita menegakkan syariat Islam di Indonesia,” tulis Solahudin. Kedua kelompok (LP3K dan Syiah) kemudian bersepakat menyatukan kekuatan dan memberi nama Ikhwanul Muslimin yang meskipun tak ada hubungan dengan organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir.

Sebuah insiden berdarah yang terjadi di Tanjung Priok, Jakarta Utara pada 12 September 1984 semakin membulatkan tekad mereka untuk segera berkonsolidasi dan bergerak. Candi Borobudur harus segera dihancurkan. Selain alasan lambang berhala atau pemujaan, juga sekaligus peringatan kepada keluarga Cendana yang kabarnya telah memegang pengelolaan bisnis Candi Borobudur.



Persiapan lapangan dilakukan Ibrahim Jawad, Abdul Kadir Al Habsyi (saudara Husein Al Habsyi) dan Achmad Muladawilah, yakni salah satu murid Al Habsyi yang dikenal paling galak. Setelah melakukan survei beberapa hari, pemasangan bom di Candi Borobudur berhasil dilakukan.

Pemasangan berlangsung malam hari dengan menempatkan 13 bom di titik-titik yang sudah ditentukan dan setelah itu langsung ditinggal pulang ke Malang. Bom disetel meledak pada dini hari tanggal 21 Januari 1985. Mereka memberi nama aksi mereka dengan kata sandi “Camping”.

Sesuai perhitungan. Ledakan pertama terjadi pukul 01.00 dini hari yang disusul ledakan lain dengan selang waktu berbeda. Meski empat bom gagal meledak, kerusakan yang ditimbulkan sembilan bom lain, luar biasa. Peristiwa itu juga menggegerkan dunia internasional mengingat Candi Borobudur belum setahun usai dipugar yang sumber dananya berasal dari Unesco, 28 negara asing dan 8 badan swasta internasional.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1521 seconds (0.1#10.140)