Kisah Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyai Kawunganten yang Melahirkan Dinasti Banten
loading...
A
A
A
Dari perkawinan keduanya lahir seorang anak perempuan yang diberi nama Ratu Winaon, kemudian adik laki-laki yang diberi nama Pangeran Sebakingkin yang kemudian menjadi Sultan Banten. Adapun Ratu Winaon, kelak dipersitri oleh orang sebrang yang bernama Pangeran Atas Angin yang berkedudukan di Jambu Karang.
Dalam sejarah, Pangeran Sebakingkin ini mempunyai nama lain Hasanudin. Raja Banten inilah yang kelak menaklukkan Pajajaran dibantu oleh anaknya Maulana Yusuf. Adapun Putri Winaon kelak mengikuti suaminya ke seberang yaitu ke pulau Sumatra di daerah yang disebut Atas Angin / Jambu Karang.
Daerah tersebut sekarang identik dengan daerah Bengkulu ada juga yang mengatakan daerah Sumatra Barat/Minang.
Situs Nyai Kawunganten
Kisah tentang Nyai Kawunganten dijadikan situs yang berada di Desa/Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Berbicara tentang Desa Kedokanbunder, tidak lepas dari tokoh Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten.
Sejumlah sumber menyebut, Nyai Kawunganten merupakan anak dari Raja Banten yang dipersunting oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dalam perjalanan sejarahnya, Nyai Kawunganten merupakan sosok yang membuka hutan Lebak Sungsang saat itu yang kini menjadi wilayah Kedokanbunder.
Nyai Kawunganten merupakan sosok penting dalam perjalanan keberadaan Kedokanbunder. Dimakamkan di Desa Kedokanbunder, situs ini tidak pernah sepi dan selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah dari dalam daerah maupun luar Kabupaten Indramayu.
Selain area makam, di tempat ini juga terdapat situs Sumur Gede peninggalan Nyai Kawunganten. Dalam sejarahnya, sumur tersebut merupakan penyelamat bagi warga untuk kebutuhan air minum, mandi, berwudhu, bercocok tanam maupun kebutuhan lainnya ketika musim kering tiba.
Masih terlihat jelas pohon-pohon besar peninggalan jaman dahulu berdiri dengan kokohnya di sekitar area sumur ini. Secara perlahan, makam Nyai Kawunganten telah dilakukan berbagai perbaikan dan penataan sehingga terlihat lebih asri dari waktu-waktu sebelumnya.
Kuwu Kedokanbunder, Waskim mengatakan, keberadaan situs ini harus terus dikembangkan. Pihaknya meminta kepada Pemkab Indramayu melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ataupun Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga atau perangkat daerah lainnya untuk bisa melaksanakan kegiatan pengembangan sarana dan prasarana lainnya yang saat ini sangat dibutuhkan.
Dalam sejarah, Pangeran Sebakingkin ini mempunyai nama lain Hasanudin. Raja Banten inilah yang kelak menaklukkan Pajajaran dibantu oleh anaknya Maulana Yusuf. Adapun Putri Winaon kelak mengikuti suaminya ke seberang yaitu ke pulau Sumatra di daerah yang disebut Atas Angin / Jambu Karang.
Daerah tersebut sekarang identik dengan daerah Bengkulu ada juga yang mengatakan daerah Sumatra Barat/Minang.
Situs Nyai Kawunganten
Kisah tentang Nyai Kawunganten dijadikan situs yang berada di Desa/Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Berbicara tentang Desa Kedokanbunder, tidak lepas dari tokoh Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten.
Sejumlah sumber menyebut, Nyai Kawunganten merupakan anak dari Raja Banten yang dipersunting oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dalam perjalanan sejarahnya, Nyai Kawunganten merupakan sosok yang membuka hutan Lebak Sungsang saat itu yang kini menjadi wilayah Kedokanbunder.
Nyai Kawunganten merupakan sosok penting dalam perjalanan keberadaan Kedokanbunder. Dimakamkan di Desa Kedokanbunder, situs ini tidak pernah sepi dan selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah dari dalam daerah maupun luar Kabupaten Indramayu.
Selain area makam, di tempat ini juga terdapat situs Sumur Gede peninggalan Nyai Kawunganten. Dalam sejarahnya, sumur tersebut merupakan penyelamat bagi warga untuk kebutuhan air minum, mandi, berwudhu, bercocok tanam maupun kebutuhan lainnya ketika musim kering tiba.
Masih terlihat jelas pohon-pohon besar peninggalan jaman dahulu berdiri dengan kokohnya di sekitar area sumur ini. Secara perlahan, makam Nyai Kawunganten telah dilakukan berbagai perbaikan dan penataan sehingga terlihat lebih asri dari waktu-waktu sebelumnya.
Kuwu Kedokanbunder, Waskim mengatakan, keberadaan situs ini harus terus dikembangkan. Pihaknya meminta kepada Pemkab Indramayu melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ataupun Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga atau perangkat daerah lainnya untuk bisa melaksanakan kegiatan pengembangan sarana dan prasarana lainnya yang saat ini sangat dibutuhkan.