Kisah Arung Palakka, Pahlawan Bone yang Dicap Pengkhianat

Selasa, 19 April 2022 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Pasukan Arung Palakka yang beranggotakan 400 orang semakin percaya diri berkat bantuan VOC yang menyumbangkan 600 orang tentaranya dari Eropa yang paling terlatih. Mereka berangkat untuk mengalahkan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin.

Terjadilah pertempuran legendaris itu. Gowa pada akhirnya menyerah, dan tanggal 18 November 1667 Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya yang menandai kemenangan VOC dan Arung Palakka walaupun selama beberapa tahun berikutnya serpihan pasukan Gowa masih melakukan perlawanan.

Pada 1672 Arung Palakka dinobatkan sebagai Sultan Bone. Impiannya menjadi kenyataan. Ia memang hanya menuntut haknya kembali sebagai pewaris takhta Bone, sekaligus membebaskan Bone dari penguasaan Gowa dan membalaskan dendamnya, meskipun dengan cara yang tidak bisa memuaskan semua pihak.

Pusaka Arung Palakka
Banyak kisah menarik mengenai Arung Palakka. Di antaranya beberapa pusaka peninggalannya yang masih tersimpan hingga kini. Salah satu pusaka peninggalan Arung Palakka yaitu Keris (La Makkawa) Tappi Tatarapeng karena seluruh hulu dan sarungnya berlapis emas.

Pada zamannya pusaka ini dipergunakan oleh Arung Palakka dalam setiap pertempuran melawan musuh kerajaan. Pusaka ini memiliki sifat ketajaman serta sangat berbisa, sehingga sekali tergores (terluka) sekejap waktu akan meninggal atau dalam bahasa Bugis disebut Makkawa.

Pusaka ini juga merupakan salah satu perlengkapan resmi dalam upacara pelantikan dan pengangkatan Raja-Raja Bone. Selain keris ada juga Kalewang (La Tea Riduni) Alameng yang hulunya berlapis emas dan dihiasi intan permata. Konon pusaka ini selalu dikebumikan bersama Raja yang mangkat.

Namun setiap kali itupun memunculkan diri di atas makam yang diliputi cahaya terang benderang. Sehingga atas kejadian ini, maka pusaka ini disebut La Tea Ri Duni (yang tidak berkenan untuk dikebumikan). Pusaka ini kemudian disimpan dan mendapat pemeliharaan, serta dipergunakan sebagai perlengkapan resmi dalam upacara Pelantikan dan Pengangkatan Raja-Raja Bone.

Selain Kelewang ada juga tombak (La Salaga). Merupakan sebuah Tombak yang pegangannya dekat mata tombak dihiasi emas. Tombak ini merupakan simbol kehadiran Raja. Selain itu Arung Palakka memiliki payung pusaka Kerajaan Bone hadiah dari Kerajaan Pariaman, yang merupakan wujud sikap persaudaraan antara dua kerajaan.

Pusaka ini menjadi suatu alat perlengkapan resmi pengangkatan dan pelantikan raja-raja hingga Raja Bone terakhir. Tongkat payung mempunyai tinggi 18 ruas yang terbuat dari emas. Daun payung bermahkotakan emas, dikelilingi 11 anting emas; meliputi 72 helai jari-jari yang dilengkapi dengan 71 buah anting-anting kecil serta 57 buah anting besar yang terbuat dari emas.

Pada kain payung, tampak dihiasi dengan dua susun lilitan rantai emas, sebagai tanda kesatuan persaudaraan antara Kerajaan Bone dan Kerajaan Pariaman. Arung Palakka juga memiliki selempang emas berbentuk rantai-rantai yang berukuran besar dengan jumlah 63 potongan dengan panjang 1,77 meter dengan berat seluruhnya mencapai 5 kg.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1754 seconds (0.1#10.140)