Terapi Tit Tar, Metode Cepat Pengaturan Tulang yang Mulai Diminati

Rabu, 17 Juni 2020 - 19:24 WIB
loading...
Terapi Tit Tar, Metode...
Ahli tulang Ignasius Wijaya, melakukan terapi dengan menggunakan metode Tit Tar pada salah satu pasien di klinik miliknya, Rabu (17/6/2020). Foto: SINDONews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Terapi Tit Tar atau terapi pengaturan tulang kini semakin diminati oleh masyarakat modern. Tit Tar merupakan metode pengobatan yang mengadopsi pengobatan tradisional Tiongkok

Ahli tulang, Ignasius Wijaya mengatakan, Tit Tar merupakan terapi untuk mengembalikan tulang, sendi dan otot yang salah (misalignment) akibat postur dan kebiasaan yang buruk, trauma fisik seperti kecelakaan, jatuh atau olahraga.

"Terapi ini untuk mengembalikan struktur tulang pada posisi awalnya, karena kita gak selalu duduk dalam posisi benar, jalan posisi benar. Jadi dikembalikan pada posisi awal," katanya pada SINDOnews di kliniknya di Jalan Rungkut Mejoyo Selatan, Surabaya , Jawa Timur, Rabu (17/6).

Untuk menata tulang pada posisinya, Ignasius tidak membutuhkan waktu lama. Dalam waktu 15- 20 menit, struktur tulang pasien sudah bisa kembali pada posisi semula, tentunya dengan teknik khusus. Igna sendiri mempelajari Tit Tar dari Malaysia.

"Saya dulu berguru pada master Lily. Dia istri terapis terkemuka Chris Leong dari Malaysia," ujarnya.(Baca juga : Setelah Swab Test 5.000 Warga, Mobil PCR BNPB Tinggalkan Surabaya )

Igna menjelaskan, saat ini terapi tulang mulai diminati oleh warga Kota Surabaya. Peminatnya rata-rata laki-laki dengan usia 30 tahun keatas. "Di Surabaya banyak warga yang minat, banyak yang kecetit ternyata,"ucapnya. Sehari ada sedikitnya 10 orang yang terapi.

Dia bercerita, sejak lima tahun silam Igna mulai praktek terapi ini. Namun saat itu hanya untuk menolong orang tanpa biaya. Kemudian awal tahun 2020 baru membuka praktik secara resmi dengan izin resmi pula. "Karena ini bergerak dalam bidang kesehatan jadi harus ada izin legal," imbuhnya.

Di tengah padatnya aktivitas warga metropolitan, Igna menyarankan supaya warga melakukan terapi tulang dalam jangka waktu 1 hingga 3 bulan sekali. Namun jika tidak ingin terapi, warga disarankan agar rutin terapi sendiri dengan stretching. Hal itu supaya otot tidak kaku.

"Kalau kaku otot membesar bisa tambah keras hingga menyenggol saraf. Jadi harus perbanyak stretching, karena jika elastis ototnya bagus maka gak bakal gampang kecetit," pungkasnya.
(nun)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2361 seconds (0.1#10.140)