Kematian Tragis Sultan Khairun di Benteng Kastela Korban Tipu Muslihat Portugis

Sabtu, 19 Februari 2022 - 05:11 WIB
loading...
Kematian Tragis Sultan...
Kematian Tragis Sultan Khairun Jamil di Benteng Kastela Korban Tipu Muslihat Portugis/kemdikbud.go.id
A A A
Kematian tragis Sultan Khairun Jamil yang dibunuh di Benteng Kastela setelah menjadi korban tipu muslihat Gubernur Portugis ke-18 Diego Lopez de Mesquita di masa penjajahan Portugis. Kematian tragis Sultan khairun memancing kemarahan rakyat Ternate hingga mengobarkan api perlawanan rakyat Maluku.

Sultan Khairun Jamil atau Sultan Hairun yang menjadi Sultan Ternate ke-23 memegang tampuk kekuasaan di kerajaan Ternate selama 1534-1570. Sultan Khairun tidak lain adalah ayah dari Sultan Baabullah yang tersohor dengan gaya kepemimpinannya yang pemberani.



Sultan Khairun adalah seorang raja muslim yang taat tapi menjunjung toleransi dalam masa penuh gejolak selama masa kekuasaannya. Sultan Khairun dikenal sangat pemberani melawan kekejaman Portugis terhadap rakyat dan saudara-saudaranya.

Penjajah Portugis yang mendapat keistimewaan sebagai penasihat Kerajaan Ternate selalu turut campur dalam urusan kesultanan. Ternate pun tak ubahnya boneka Portugis. Sultan manapun yang dianggap menentang kehendak Portugis kemudian difitnah dan dibunuh atau diasingkan.

M Adnan Amal dalam buku Tahun-tahun yang Menentukan menuliskan, Sultan Khairun yang lahir 1522 naik takhta pada usia 13 tahun menggantikan saudara tirinya Sultan Tabariji yang kala itu berkuasa pada 1533-1534 saat diasingkan Portugis ke Goa-India. Kelicikan Portugis ikut andil dalam perebutan kekuasaan di Ternate yang mengakibatkan kematian Sultan Dayalu/Hidayatullah (periode 1522-1529) dan Sultan Abu Hayat II (periode 1529-1532) dua saudara tiri Khairun yang lain.

Sultan Khairun yang naik takhta dalam usia belia sehingga oleh Portugis dianggap sebagai anak kemarin sore yang tidak perlu ditakuti. Sementara itu, di Goa-India, mantan Sultan Tabariji yang berada di tahanan, ditekan oleh Portugis untuk menyerahkan sejumlah daerah kekuasaannya termasuk Ambon, Buru dan Seram kepada Jordao de Freitas dalam bunya yang lain, Kepulauan Rempah-Rempah.

Perjanjian yang berat sebelah itu membuat berang rakyat Ternate dan Sultan Khairun yang menolak mentah-mentah. Takdir berkata lain, Tabariji meninggal dalam perjalanan pulang ke Ternate. Kematian Tabariji membuat perjanjian dengan Portugis menjadi absurd dan Ternate terhindar dari ancaman perang saudara.

Akhir tragis kematian Sultan Khairun setelah menjadi korban tipu muslihat Gubernur Portugis ke-18, Diego Lopez de Mesquita. Dengan kelicikannya, Gubernur Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun datang ke Benteng Kastela pada 25 Februari 1570. Benteng Kastela yang dibangun selama beberapa tahap dalam kurun waktu 20 tahun ini awalnya bernama Nostra Senhora de Rosario (berarti Wanita Cantik Berkalung Bunga Mawar).

Tanpa ada prasangka, Sultan Khairun memenuhi undangan itu dengan dikawal segelintir pengawal. Tragis, kedatangan Sultan Khairun ke Benteng Kastela hanya akal-akalan jahat Gubernur Diego Lopez de Mesquita untuk membunuh sang raja. Saat berada di Benteng Kastela, Sultan Khairun pun dibunuh secara keji oleh sersan Antonio Pimental atas perintah Diego Lopez de Mesquita.

Sultan Khairun dibunuh Antonio Pimental memakai keris yang ditusukkan secara kejam ke tubuhnya hingga meninggal. Kematian Sultan Khairun yang tragis memantik bara kebencian rakyat Maluku terhadap Portugis. Setelah Sultan Khairun meninggal, Baabullah Datu Syah, putera sulung Sultan Khairun naik takhta.

Sultan Baabullah menuntut pemerintah kolonial Portugis bertanggung jawab dengan menghukum Gubernur Diego Lopez de Mesquita. Namun, tuntutan Sultan Baabullah tidak digubris Portugis dengan membiarkan Gubernur Diego Lopez de Mesquita tetap bebas. Sultan Baabullah marah dan mengobarkan perlawanan.



Diceritakan, Sultan Baabullah bersama rakyat Ternate mengepung Benteng Kastela yang juga dikenal sebagai Benteng Gam Lamo (artinya kampung besar) selama 4 tahun disertai ultimatum agar Portugis minggat dari Ternate. Dipimpin Sultan Baabullah, yang naik takhta menggantikan ayahnya, Sultan Khairun, perlawanan mengusir Portugis dikobarkan. Sultan Baabullah memimpin perjuangan rakyat Maluku yang akhirnya berhasil mengusir Portugis dari Bumi Maluku untuk selamanya tahun 1575.

Referensi:

M Adnan, Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250-1800 Jilid I, Universitas Khairun Ternate 2002
(aww)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1665 seconds (0.1#10.140)