Pintu Pariwisata Internasional Dibuka, Bali Gencarkan Tata Kelola Sampah Berbasis Sumber

Jum'at, 04 Februari 2022 - 06:17 WIB
loading...
Pintu Pariwisata Internasional...
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bali I Made Teja dalam webinar Yok Yok Ayok Daur Ulang, yang diinisiasi PT Trinseo Materials Indonesia, Kamis (3/2/2022). Foto: Istimewa
A A A
DENPASAR - Pemerintah Provinsi Bali menggencarkan program tata kelola sampah berbasis sumber. Hal itu seiring dibukanya kembali pariwisata Bali untuk wisatawan mancanegara per 4 Februari 2022.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bali I Made Teja mengatakan, dibukanya kembali pintu pariwisata bagi wisman dan kian banyaknya wisawatan domestik yang datang ke Bali berpotensi menimbulkan masalah baru, yakni meningkatnya volume sampah.

"Karena itu, kita harus melakukan persiapan sejak dini. Paling tidak meningkatkan literasi mengenai pentingnya kelola dan pemilahan sampah berbasis sumber," kata Teja dalam webinar Yok Yok Ayok Daur Ulang, Kamis (3/2/2022).



Dalam webinar yang diinisiasi PT Trinseo Materials Indonesia itu, Teja mengatakan saat ini volume sampah di Bali mencapai 4.281 ton per hari atau 1,5 juta ton tiap tahunnya.

Selama dua tahun pandemi, dia mengakui volume sampah menurun, tapi tak disebut dengan detil berapa angkanya. Meksi turun, masalah sampah hingga kini masih menjadi benang kusut.

Kemudian selama pandemi, lockdown yang mengurangi aktivitas di luar ruangan sangat berpengaruh dengan peningkatan sampah, terutama sampah PS Foam atau styrofoam.

Naiknya sampah PS Foam selama pandemi berbanding lurus dengan meningkatnya food delivery akibat dari pembatasan aktivitas luar rumah.



Hal itu dilatarbelakangi cara pandang bahwa pandemi COVID-19 membuat pedagang membutuhkan kehigienisan dalam menjaga makanan yang telah disajikan.

Selain itu, PS Foam yang berbahan dasar Polystyrene adalah pilihan tepat untuk daur ulang berkelanjutan karena dapat didaur ulang 100% ke kondisi bahan bakunya dengan program yang telah diinformasikan dari ahli professional Polystyrene itu sendiri.

Dengan memilih untuk mendaur ulang, Polystyrene menjadi sesuatu yang berdampak baik dari segi penghijauan dan ekonomi.



Teja memaparkan, Peraturan Gubernur Nomor 47 Tahun 2019 tentang pengelolaan sampah berbasis sumber menyebutkan bahwa kewajiban dari penghasil sampah dalam pengelolaan sampah di sumber adalah dengan cara menggunakan barang dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.

"Oleh karena itu, tata kelola sampah secara holistik diperlukan sebagai bentuk persiapan menyambut kembali para wisatawan," ujarnya.

Kepala Divisi Pengembangan Kerjasama Internasional Bali Tourism Board, Ratna Soebrata yang ikut menjadi pembicara mengatakan, Bali sudah melakukan berbagai persiapan untuk menyambut kembali wisman.

Menurut dia, Bali yang cukup terdampak dengan hadirnya pandemi sudah banyak melakukan banyak penyesuaian, mulai dari menerapkan protokol untuk meyakinkan wisatawan datang dengan aman, mengadakan promo penerbangan dengan maskapai, hingga promo hotel-hotel dengan biaya yang sangat spesial dibanding yang ditawarkan sebelum adanya pandemi.

"Kami yakin ketika bisnis pariwisata kembali normal, dengan kesiapan yang kami lakukan sekarang, kami akan siap menyambut para wisatawan kembali ke Bali,” jelas Ratna.

Ketua Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia DPD Bali Putu Ivan Yunatana, pembicara lainnya mengatakan, Pergub pemilahan sampah berbasis sumber sangat memudahkan pelaku daur ulang.



Ini karena proses kelola dan pemilahan sudah dilakukan dari hulu. "Jika sudah dikelola dengan baik, sampah ini akan kembali menjadi barang ekonomi," ujar Ivan.

Founder Bali Waste Cycle menjelaskan, paradigma lama tentang ekonomi linear bahwa proses pengelolaan sampah berawal dari mengumpulkan, mengangkut, dan membuangnya di tempat pembuangan akhir.

Hal tersebut menyebabkan permasalahan baru, dimana semakin sedikitnya ketersediaan tanah untuk tempat pembuangan akhir.

Maka diperlukan solusi dengan paradigma baru tentang ekonomi sirkular, dimulai dari pemilahan sampah, pengumpulan sampah, kemudian dilanjutkan dengan proses daur
ulang.

Jika penerapan pengelolaan sampah dari sumber sudah berjalan dengan baik, cara pandang orang-orang tentang sampah plastik, terutama PS harus diubah, bahwa sampah ini merupakan bahan baku industri.

"Tugas kita sebagai masyarakat atau desa adalah untuk melakukan pemilahan dengan baik untuk kemudian bisa dibawa ke industri daur ulang. Dengan demikian kita dapat mencapai ekonomi sirkular, dan sampah tidak lagi berserakan di lingkungan sekitar,” pungkasnya.
(nic)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3973 seconds (0.1#10.140)