Heroisme Pitar, Perwira Kerajaan Sunda yang Selamat saat Perang Bubat dengan Pura-pura Mati

Kamis, 03 Februari 2022 - 05:00 WIB
loading...
Heroisme Pitar, Perwira Kerajaan Sunda yang Selamat saat Perang Bubat dengan Pura-pura Mati
Heroisme Pitar, Perwira Kerajaan Sunda yang Selamat saat Perang Bubat dengan Pura-pura Mati
A A A
Kisah heroik Pitar, perwira Kerajaan Sunda yang selamat saat Perang Bubat menjadi bahasan Cerita Pagi kali ini. Perang Bubat terjadi pada 1279 Saka atau 1357 M pada abad 14 di masa Kerajaan Majapahit dipimpin Raja Hayam Wuruk.

Perang Bubat dikisahkan dalam Serat Pararaton, Kidung Sundayana yang mengisahkan rencana perkawinan politik antara Raja Hayam wuruk dengan Dyah Pitaloka Citraresmi, putri Raja Sunda Linggabuana Wisesa. Cerita bermula ketika Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Raja Linggabuana agar pernikahan dilakukan di Majapahit.

Awalnya, Raja Linggabuana tidak setuju dengan permintaan Hayam Wuruk tapi tetap berangkat ke Majapahit. Nah, siapa sangka kepergian Raja Linggabuana ke Majapahit seperti menjadi akhir hidupnya. Singkat cerita, ketika sampai di Majapahit, rombongan Kerajaan Sunda ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.


Ketika rombongan Raja Linggabuana tiba di Majapahit, Mahapatih Gajah Mada yang berambisi menguasai Kerajaan Sunda demi memenuhi Sumpah Palapa melancarkan siasatnya. Gajah Mada menebarkan propaganda dengan menganggap kedatangan rombongan Kerajaan Sunda sebagai bentuk penyerahan diri sebagai Negara taklukkan.

Gajah Mada pun mendesak menerima Dyah Pitaloka Citraresmi bukan sebagai pengantin tetapi bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit. Raja Linggabuana Wisesa pun naik pitam. Dia tidak terima diperlakukan serendah itu hingga pecahlah pertempuran hebat di Bubat. Sayang, karena kalah jumlah pasukan, Kerajaan Sunda hancur lebur dalam pertempuran yang dikenal sebagai Perang Bubat.

Dalam buku Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada tulisan Sri Wintala Achmad diceritakan ada seorang perwira Kerajaan Sunda bernama Pitar secara heroik bisa selamat dari pertempuran. Bukan karena kesaktiannya jika Pitar bisa selamat dari ganasnya pertempuran. Ternyata, Pitar berpura-pura mati dengan menjatuhkan dirinya di antara mayat-mayat pasukan Kerajaan Sunda yang bergelimpangan. Pitar dikisahkan kemudian meloloskan diri setelah pasukan Majapahit meninggalkan Bubat.

Pitar pula yang membawa kabar duka kepada permasuri Raja Sunda dan putri Dyah Pitaloka yang akan dinikahi Hayam Wuruk di mana sebelumnya sudah diungsikan dari Bubat. Karena kesedihan yang mendalam, permasuri Raja Sunda dan para istri para menteri Kerajaan Sunda pergi ke medan laga dan melakukan bunuh diri massal di atas mayat-mayat suami mereka.

Putri Raja Sunda Dyah Pitaloka memilih bunuh diri dengan cara menikam perutnyasesuai anjuran ibu permasuri. Syahdan dalam salah satu versi disebutkan Raja Hayam Wuruk yang mendengar Dyah Pitaloka, calon istrinya bunuh diri sangat terpukul. Diceritakan, Hayam Wuruk pingsan setelah menemukan jasad Dyah Pitaloka yang mati bunuh diri. Sejak itu kehidupan Raja Hayam Wuruk merana, sampai akhirnya meninggal. Setelah melakukan upacara perabuan jenasah Hayam Wuruk, kedua paman raja berunding dengan para menteri kerajaan.

Mereka menyimpulkan Gajah Mada adalah biang semua bencana terbesar di masa Raja Hayam Wuruk. Para menteri pun menyiapkan para prajurit untuk menangkap Gajah Mada. Mereka mengepung kepatihan, tempat tinggal Gajah Mada di kompleks Istana.

Dalam cerita tersebut disebutkan, pada saat yang bersamaan Gajah Mada sadar ‘telah tiba waktunya bagi dia, sebagai Patih Amangkubumi untuk inkarnansi Narayana (Wisnu) dengan moksa. Sebelum terjadi Perang Bubat, Gajah Mada yang melarang Hayam Wuruk menemui Raja Linggabuana Wisesa. Gajah Mada meminta Hayam Wuruk untuk tetap tinggal di istana, saat Kepala Desa Bubat melaporkan kedatangan rombongan dari Kerajaan Sunda.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1540 seconds (0.1#10.140)