Kisah Kasih Ibunda Ontrowulan Rebahkan Raga di Atas Makam Putranya Pangeran Samudro

Selasa, 01 Februari 2022 - 05:03 WIB
loading...
Kisah Kasih Ibunda Ontrowulan Rebahkan Raga di Atas Makam Putranya Pangeran Samudro
Pemakaman Pangeran Samudro ramai dikunjungi warga. Foto istimewa
A A A
JAKARTA - Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah, menjadi destinasi wisata yang kian diminati wisatawan baik domestik maupun wisatawan mancanegara. Objek wisata ini semakin ramai, terlebih setelah 'didandani' sekian rupa oleh Pemda Sragen dan dikukuhkan sebagai destinasi wisata religi.

Objek wisata Gunung Kemukus memiliki kekuatan cerita. Dan makam Pangeran Samudro adalah pusat cerita itu, cerita tentang kasih sayang seorang ibu terhadap putranya. Makam Pangeran Samudro adalah kisah tentang kerinduan seorang ibu yang rebah di nisan dan ingin menjumpai putranya. Kendati untuk itu, raganya harus lenyap.



Siapa itu Pangeran Samudro dan siapa Ontrowulan? Pangeran Samudro adalah putra Raja Majapahit terakhir. Dalam catatan sejarah, raja Majapahit yang terakhir adalah Dyah Ranawijaya (1474-1498). Disebutkan bahwa Pangeran Samudro adalah putra Raja Dyah dari istri selir bernama R.Ay.Ontrowulan.

Saat Kerajaan Majapahit runtuh, Pangeran Samudro yang masih remaja tidak ikut melarikan diri seperti saudara-saudaranya yang lain. Namun, demi keselamatannya, Samudro bersama ibunya diboyong ke Demak Bintoro oleh Sultan Demak.

Di Demak, Samudro mendapat bimbingan ilmu agama dari Sunan Kalijaga. Ketika usianya telah semakin dewasa dan ilmu agama Islamnya makin luas, Pangeran Samudro diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk berguru kepada Kyai Ageng Gugur di Desa Pandan Gugur di lereng Gunung Lawu.

Pangeran Samudro tidak menolak nasehat tersebut. Ia lalu pergi berguru pada Kyai Ageng Gugur dengan didampingi oleh dua abdinya yang setia. Dari Kyai Ageng Gugur, pemahaman Samudro mengenai ajaran Islam semakin sempurna. Selama berguru, Samudro tidak mengetahui bahwa Kyai Ageng Gugur adalah kakaknya sendiri.
Betapa terkejutnya Pangeran Samudro ketika suatu waktu Kyai Ageng Gugur menyampaikan bahwa dirinya adalah kakaknya.

Mendengar pengakuan itu, teringatlah Samudro akan amanat Sultan Demak untuk menyatukan saudara-saudaranya. Dan Pangeran Samudro pun menyampaikan tentang amanat tersebut. Kyai Ageng Gugur ternyata bisa menerima dan bersedia dipersatukan kembali dan ikut membangun Kerajaan Demak.

Setelah tamat berguru Pangeran Samudro dan dua abdi setianya kembali ke Demak. Dikisahkan bahwa mereka berjalan ke arah barat dan sampailah mereka di Desa Gondang Jenalas (sekarang wilayah Gemolong) dan beristirahat sejenak di situ. Di dukuh tersebut mereka bertemu dengan orang yang berasal dari Demak yang bernama Kyai Kamaliman. Di dukuh ini, mereka menyebarkan agama Islam.

Setelah cukup lama, mereka kembali melanjutkan perjalanan ke arah barat dan sampai di suatu tempat di padang yang sekarang dikenal dengan nama Dusun Kabar, Desa Bogorame (Gemolong). Di tempat inilah sang kyai muda terserang sakit. Dalam kondisi sakit panas, perjalanan tetap dilanjutkan sampai ke Dukuh Doyong, sekarang wilayah Kecamatan Miri. Karena sakit yang diderita semakin parah, Pangeran memutuskan untuk beristirahat di dukuh tersebut.

Rupanya Pangeran Samudro sudahtak berdaya dengan sakit demam yang dialaminya. Ia pun memerintahkan salah seorang abdinya untuk mengabarkan kondisinya kepada Sultan di Demak. Namun, saat abdinya masih di Demak, Samudro sudah meninggal. Sesuai petunjuk Sultan, jasad Pangeran Samudro dimakamkan di perbukitan di sebelah barat dukuh tersebut. Tempat pemakamannya kemudian diberi nama Dukuh Samudro yang sampai kini terkenal dengan nama Dukuh Mudro.

Dikisahkan pula bahwa berita tentang meninggalnya Pangeran Samudro, disampaikan juga oleh Sultan Demak kepada ibu pangeran, R.Ay. Ontrowulan. Betapa kagetnya sang ibu mendengar kabar itu. Ibunda Ontrowulan memutuskan untuk menyusul ke tempat Pangeran Samudro dimakamkan, ditemani oleh abdi Pangeran Samudro yang setia.

Sesampainya di makam putranya, ibunda pangeran langsung merebahkan badannya sambil merangkul pusara putra satu-satunya yang amat dicintainya. Begitu besar kasihnya terhadap Pangeran Samudro, ibunda Ontrowulan tidak mau pulang. Ia berniat merawat makam putranya tersebut. Kerinduan untuk menjumpai dan memeluk putranya makin lama makin tak tertahan.

Hingga suatu ketika, terjadilah pertemuan dan dialog secara gaib dengan putranya. “Oh Ananda begitu sampai hati meninggalkan aku dan siapa lagi yang kutunjuk sebagai gantimu, hanya engkau satu-satunya putraku dan aku tidak dapat berpisah denganmu”.

Dijawab, Pangeran Samudro, “Oh Ibunda, Bunda tentu tidak dapat berkumpul dengan ananda sebab Ibunda masih berbadan jasmani dan selama belum melepas raga, untuk itu harus bersuci terlebih dahulu di sebuah “sendang” yang letaknya tidak jauh dari tempat ini”.

Setelah sadar dari percakapan gaib itu, Ontrowulan bangkit dan pergi ke sendang yang dikatakan putranya untuk menyucukan diri. Konon, setelah dia menyucikan diri, raganya lenyap. Diyakini, cintanya dan kerinduan yang begitu besar, mengantar sukmanya untuk bertemu putranya.

Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, pepohonan indah Nagasari yang berada di sekitar Sendang Ontrowulon, berasal dari bunga-bunga perhiasan rambut ibu pangeran. Saat rambutnya yang sudah terurai dikibas-kibaskan, jatuhlah bunga-bunga penghias rambutnya dan tumbuh menjadi pepohonan indah. Sendang Ontrowulan itu sendiri berada sekitar 300 meter dari pemakaman Pangeran Samudro.

Dalam perkembangannya, tempat makam Pangeran Samudro ini diberi nama Gunung Kemukus. Konon, setelah Pangeran dimakamkan di tempat ini, gumpalan kabut hitam (kukus) selalu muncul baik di musim hujan maupun kemarau. Tempat tersebut kemudian diberi nama Gunung Kemukus.

Kini Gunung Kemukus, tempat makam Pangeran Samudro, menjadi kiblat bagi mereka yang ingin melakukan ziarah religi. Disebutkan bahwa berziarah ke tempat, bagi mereka yang memiliki niat dan keyakinan mantap, niatnya akan tercapai.

Hal ini sesuai wasiat dari Pangeran Samudro semasa hidupnya. "Sing sopo duwe panjongko marang samubarang kang dikarepke bisane kelakon iku kudu sarono pawitan temen, mantep, ati kang suci, ojo slewang-sieweng, kudu mindeng marang kang katuju, cedhakno dhemene kaya dene yen arep nekani marang penggonane.”

Artinya, "Barangsiapa berhasrat atau punya tujuan untuk hal yang dikehendaki maka untuk mencapai tujuan harus dengan kesungguhan, mantap, dengan hati yang suci, jangan serong kanan/kiri harus konsentrasi pada yang dikehendaki atau yang diinginkan, dekatkan keinginan, seakanakan seperti menuju ke tempat kesayangannya atau kesenangnannya.”

Diolah dari berbagai sumber
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3014 seconds (0.1#10.140)