Kesakralan Gunung Kemukus Dinodai Ritual Seks Bebas

Jum'at, 05 Desember 2014 - 05:00 WIB
Kesakralan Gunung Kemukus...
Kesakralan Gunung Kemukus Dinodai Ritual Seks Bebas
A A A
Akhir-akhir ini, Gunung Kemukus menjadi sorotan masyarakat sehubungan dengan rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng yang akan menertibkan ritual seks bebas di sekitar kawasan tersebut

Fenomena ini terjadi lantaran sebagian pengunjung Gunung Kemukus mempercayai, jika doanya ingin dikabulkan, maka harus melakukan hubungan seks dengan lawan jenis yang bukan suami istri. Entah, siapa yang menghembuskan mitos menyesatkan ini.

Faktanya, lambat laun mitos itu semakin menguat dan dimanfaatkan Pekerja Seks Komersil (PSK) untuk membuka praktik mesum ini. Dampaknya, kawasan Gunung Kemukus kini berubah menjadi "lokasi prostitusi" terselubung yang dibalut mitos seks bebas.

Lalu, ada apa di Gunung Kemukus dan apa keistimewaannya? Cerita Pagi akan menceritakan legenda Gunung Kemukus dan keistimewaanya. Sejak Pangeran Samudro dimakamkan di gunung tersebut, nama Gunung Kemukus semakin terkenal.

Pangeran Samudro adalah putra Raja Majapahit terakhir dari ibu selir, Ontrowulan. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, Pangeran Samudro tidak ikut melarikan diri, seperti saudara-saudaranya yang lain.

Bahkan beliau bersama ibunya ikut diboyong ke Demak Bintoro oleh Sultan Demak. Pada waktu itu beliau telah berusia 18 tahun.

Selama berada di Demak, Pangeran Samudro mendapat bimbingan ilmu agama dari Sunan Kalijaga. Ketika usianya telah semakin dewasa, atas petunjuk Sultan Demak, melalui Sunan Kalijaga.

Pangeran Samudro diperintahkan untuk berguru tentang agama Islam kepada Kiai Ageng Gugur dari Desa Pandan Gugur di lereng Gunung Lawu, sekaligus mengemban misi suci untuk menyatukan saudara-saudaranya yang telah tercerai berai.

Pangeran Samudro mentaati nasehat tersebut dan pergi berguru pada Kiai Ageng Gugur dengan didampingi oleh dua abdinya yang setia.

Selama berguru kepada Kiai Ageng Gugur, Pangeran diberi ilmu tentang intisari ajaran Islam secara mendalam. Selama itu pula, pangeran tidak mengetahui bahwa Kiai Ageng Gugur sebenarnya adalah kakaknya sendiri.

Setelah Pangeran Samudro dianggap telah menguasai ilmu yang diajarkan, Kiai Ageng Gugur baru menceritakan siapa beliau sesungguhnya. Betapa terkejutnya Pangeran Samudro mendengar cerita tersebut, karena beliau teringat akan amanat Sultan Demak untuk menyatukan saudara-saudaranya.

Akhirnya, Pangeran Samudro menceritakan tentang amanat tersebut. Ternyata Kiai Ageng Gugur bisa menerima dan bersedia dipersatukan kembali dan ikut membangun Kerajaan Demak.

Setelah selesai berguru dan tercapai maksud tujuannya, Pangeran Samudro dan dua abdinya kembali ke Demak. Mereka berjalan ke arah barat dan sampailah mereka di Desa Gondang, Jenalas (sekarang wilayah Gemolong) kemudian mereka beristirahat untuk melepaskan lelah.

Di dukuh tersebut mereka bertemu dengan orang yang berasal dari Demak (Wulucumbu Demak) yang bernama Kiai Kamaliman. Di dukuh ini, Pangeran Samudro berniat bermukim sementara untuk menyebarkan agama Islam.

Setelah cukup, mereka kembali melanjutkan perjalanan ke arah barat dan sampai di suatu tempat di padang “oro-oro” kobar. Sampai sekarang tempat tersebut dikenal dengan nama Dusun Kabar, Desa Bogorame (Gemolong). Di tempat ini Pangeran Samudro terserang sakit panas.

Namun demikian, perjalanan tetap dilanjutkan sampai ke Dukuh Doyong (wilayah Kecamatan Miri). Karena sakit yang dideritanya semakin parah, Pangeran memutuskan untuk beristirahat di dukuh tersebut.

Ketika sakitnya semakin parah dan merasakan ajalnya sebentar lagi, Pangeran Samudro memerintahkan salah seorang abdinya untuk mengabarkan kondisinya kepada Sultan di Demak.

Sebenarnya Pangeran Samudro dan pengikutnya sangat diharapkan untuk kembali ke Kasultanan Demak oleh Sultan Demak. Sultan Demak menyadari bahwa sakitnya Pangeran Samudro sudah tidak bisa diharapkan untuk membaik dan jauh kemungkinan untuk sampai ke Demak.

Sebab itu, jika memang sudah menjadi suratan Yang Maha Kuasa bahwa usia Pangeran Samudro memang sampai di situ, Sultan Demak menganjurkan agar jasadnya dimakamkan pada suatu tempat di bukit arah barat laut dari tempat Pangeran Samudro meninggal.

"Sebab, boleh jadi, kelak di sekitar tempat itu akan menjadi ramai sehingga dijadikan tauladan orang-orang di sana," kata Sultan Demak.

Seusai mendengar amanat Sultan, abdi tersebut diperintahkan untuk segera kembali. Dan ketika abdi tersebut kembali ke tempat di mana Pangeran beristirahat, Pangeran Samudro telah meninggal.

Selanjutnya sesuai dengan petunjuk Sultan, jasad Pangeran Samudro dimakamkan di perbukitan di sebelah barat dukuh tersebut.

Pada awalnya keadaan di lokasi Makam Pangeran Samudro sangat sepi dan jarang dikunjungi orang, karena letaknya di tengah hutan belantara, serta banyak dihuni oleh binatang-binatang buas.

Namun, sedikit demi sedikit keadaan berubah setelah daerah tersebut dihuni oleh para penduduk. Apalagi, setelah diketahui bahwa di atas bukit, ada makam Pangeran Samudro, jika menjelang musim hujan ataupun kemarau tampaklah kabut-kabut hitam seperti asap (kukus).

Karena itulah, penduduk setempat menyebut bukit itu “Gunung Kemukus” sampai dengan saat ini.

Menurut versi lain, di Gunung Kemukus tidak hanya terdapat makam Pangeran Samudro saja, tetapi ada makam ibunya, Ontrowulan. Kompleks ini tepat berada di puncak bukit setinggi 300 meter di atas permukaan laut.

Kawasan ini terdiri dari bangunan utama berbentuk rumah joglo dengan campuran dinding beton dan papan.

Ada tiga makam di dalamnya. Sebuah makam besar yang ditutupi kain kelambu putih merupakan makam Pangeran Samudro dan ibunya. Dua makam di sampingnya adalah dua abdi setia sang pangeran.

Sementara itu, di sebelah bangunan utama terdapat bangsal besar yang diperuntukkan bagi peziarah sekadar untuk istirahat.

Sekitar 300 meter dari kompleks makam, di kaki bukit sebelah timur, terdapat Sendang Ontrowulan. Sendang ini merupakan mata air yang digunakan Ontrowulan untuk menyucikan diri agar bisa bertemu putranya.

Mata air itu tak pernah kering meski pada musim kemarau panjang sekalipun. Bagi yang percaya, air di sendang itu bisa membuat awet muda.

Kawasan itu pun dilindungi oleh rimbunnya pohon nagasari yang menjulang tinggi. Usia pohon nagasari terbilang tua. Konon, pohon-pohon itu tumbuh dari kembang-kembang hiasan rambut yang terlepas dari kepala Ontrowulan seusai dia melakukan penyucian diri.

Kalau datangnya melewati pintu gerbang depan, pengunjung harus menaiki 175 anak tangga sebelum sampai ke makam.

Namun, bila memutar lewat pintu belakang, yaitu melewati Sendang Ontrowulan, maka harus melewati jalan berbatu dan mendaki sejauh sekitar satu kilometer (km)

Aktivitas jalan kaki itu membuat jantung Anda berdenyut kencang sebelum sampai ke makam.

Sampai di teras makam, pengunjung akan diterima seorang kuncen (juru kunci) yang duduk di dekat perapian. Bau kemenyan merebak di sana. Setelah menyampaikan niat, sang kuncen akan mendoakan pengunjung dengan mantra yang tak jelas terdengar.

Setelah itu, pengunjung diminta untuk masuk ke dalam bangunan utama untuk menyampaikan maksud dan tujuannya. Pada setiap malam Jumat Pon jumlah pengunjung membludak, mencapai ribuan orang.

Puncak ziarah, terjadi pada malam Jumat Pon atau Jumat Kliwon di bulan Suro atau Muharam.

Makam Pangeran Samudro diyakini memiliki tuah yang bisa mendatangkan berkah bagi mereka yang memohon dengan sungguh-sungguh. Sebut saja ingin sukses berdagang, mudah jodoh, atau karier cepat menanjak.

Sayangnya, objek ini tercemar oleh mitos-mitos sesat. Misalnya, niat seseorang akan terpenuhi asal dia harus berhubungan seks dengan laki-laki atau perempuan yang bukan suami atau istrinya.

Padahal, tidak ada dasar cukup kuat untuk membenarkan mitos ini. Karena itu, kini pada hitungan 150 anak tangga menuju makam, Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen memasang pengumuman melarang perbuatan asusila.

Namun, begitulah seks, selalu mempunyai daya magnetis yang kuat. Apalagi banyak orang yang percaya akan kebenaran mitos di atas.

Sumber Berita : perpustakaansragen.blogspot.com dan jurirakyat.blogspot.com (diolah dari berbagai sumber)
(lis)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1074 seconds (0.1#10.140)