Rayakan Dies Natalis ke-39, FEB Unisma Gelar Business Online Talk

Kamis, 11 Juni 2020 - 07:42 WIB
loading...
Rayakan Dies Natalis...
FEB Unisma menggelar Business Online Talk bersama Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional. Foto/Dok. FEB Unisma
A A A
MALANG - Merayakan dies natalis di tengah pandemi COVID-19, tidak menyurutkan langkah Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Malang (Unisma) untuk terus membangun tradisi intelektual.

(Baca juga: Bahas Nasib Liga 1 dan Liga 2 2020, PSSI Bertemu PT LIB )

Di tengah keterbatasan untuk berkumpul dan beraktivitas, FEB Unisma tetap menciptakan iklim akademis dengan menggelar Business Online Talk, untuk memperingati dies natalis ke-39 tahun.

Kali ini, Business Online Talk FEB Unisma menghadirkan Wakil Sekjen Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Nasional, Muhammad Andy Zaki sebagai narasumber. Acara yang digelar secara daring ini, sangat diminati akademisi, mahasiswa dan praktisi bisnis yang berasal dari seluruh Indonesia, melalui berbagai media baik Zoom, Youtube maupun Facebook.

Dekan FEB Unisma, Nur Diana mengatakan, kebijakan social distancing maupun physical distancing yang ditetapkan pemerintah, untuk memutus rantai penularan COVID-19, secara tidak langsung telah mengubah tatanan perilaku dan kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi.

"Saat ini, pemerintah juga mulai mengajak masyarakat memasuki masa transisi normal baru. Tata hidup baru ini sebagai penyikapan terhadap pandemi COVID-19, yang sudah mengubah gaya hidup masyarakat dalam bersosialisasi, menjalankan aktivitas bisnis, berdagang atau jual beli, kesehatan, hingga aktivitas perekonomian secara keseluruhan menjadi gaya hidup baru yang berwujud virtual," tuturnya.

Normal baru dalam menghadapi pandemi COVID-19, menurut Diana akan mengubah tren sosial, lingkungan hingga bisnis di kalangan masyarakat. Transaksi bisnis menjadi berbeda. Konsumen yang berbelanja secara fisik berkurang, berubah menjadi porsi digital yang lebih besar. Kondisi ini, memaksa masyarakat untk mempercepat transformasi digital.

Menurutnya, normal baru juga memunculkan beragam peluang bisnis baru. Hal ini menjadi lampu kuning bagi para pebisnis baik di dunia global maupun di Indonesia, untuk berpikir kritis dalam menganalisa trend yang akan terjadi di masa yang akan datang.

"Sebagaimana dirilis Managing Director ADA (Analytic Data Advertising) Indonesia, terjadi kenaikan digital bisnis secara signifikan selama masa pandemi COVID-19. Berbagai aplikasi untuk pertemuan online diandalkan oleh pelaku bisnis, akademisi, pemerintah guna mengurangi penularan COVID-19. Hal ini berimbas pada meningkatnya industri logistik, jasa kesehatan, jasa pengiriman maupun jasa komunikasi berbasis digital," ungkapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, hasil survei terhadap 502 pemilik usaha kecil di Amerika Serikat (AS) seperti dirilis Nevada Business The Decision Maker Magazine (28 Mei 2020) menunjukkan teknologi digital mampu memberdayakan bisnis UKM di masa pandemi COVID-19.

"Selama krisis COVID-19 sebanyak 76% small business lebih mengandalkan teknologi digital daripada sebelum masa pandemi. Platform yang sering digunakan seperti Instagram, YouTube, Google Ads dan analytics, pasar online Amazon, Shopify, dan eBay," imbuhnya.

(Baca juga: Ini Saran Dokter Cantik Reisa untuk Penggunaan Masker Kain )

Muhammad Andy Zaky dalam paparannya menyampaikan, Indonesia memiliki potensi tinggi dalam ekonomi digital. Hasil survei menunjukkan dari jumlah total penduduk sebesar 264.161.600 jiwa, sebanyak 64,8 adalah pengguna penetrasi internet dengan kepemilikan terhadap jumlah notebook sebanyak 25,72 %, dan smartphone atau table ownership sebanyak 50,08 %.

"Data ini menunjukkan potensi bagi ekonomi digital Indonesia, dimana dengan adanya dukungan penggunaan sarana prasarana tersebut diharapkan mampu menggerakkan roda pertemubuhan ekonomi dari sisi ekonomi digital," tuturnya.

Dia juga menambahkan, pada tahun 2020 diproyeksiakan transaksi digital ekonomi Indonesia bernilai Rp1,758 triliun yang berasal dari pertumbuhan GDP untuk apps dan game developer industri senilai 8,06%, yang menujukkan potensi baik dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Banyak faktor yan mendukung perlunya transformasi digital diantaanya CEO, CTO dan wabah pandemi COVID-19. Saat ini yang lagi current isu adalah pandemi COVID-19 sebagai salah satu sebab perlunya transformasi digital di perusahaan maupun institusi pemerintah," terangnya.

Pandemi COVID-19, menurutnya telah mengubah tindakan kesehatan dimana orang-orang atau konsumen hanya mau bertransaksi ekonomi yang aman. Hal ini mengakibatkan terjadi perubahan perilaku dari satu orang ke orang lainnya termasuk interaksi bisnis.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1981 seconds (0.1#10.140)