Kudo Kardono Panglima Majapahit, Sepupu Gajah Mada Penumpas Pemberontakan Ra Kuti
loading...
A
A
A
GAJAH Mada adalah nama yang sangat terkenal di telinga masyarakat Indonesia. Namun tidak banyak orang tahu sang mahapati memiliki sepupu yang juga sakti bahkan menjabat sebagai panglima besar Kerajaan Majapahit .
Dialah Kudo Kardono panglima besar Majapahit yang pernah bersama-sama dengan Kubilai Khan (Kaisar Mongol) mengatur perdagangan rempah-rempah di wilayah Kerajaan Majapahit.
Keperkasaan dan keberaniannya makin terlihat saat berhasil menumpas para pemberontak kerajaan salah satunya yang dilakukan Ra Kuti.
Kudo merupakan seorang maestro perang yang dengan gagah berani sampai titik darah penghabisannya mempertahankan keutuhan dan kedaulatan Kerajaan Majapahit.
Naskah Pararaton menyebutkan bahwa Kerajaan Majapahit didirikan oleh Nararya Dyah Sangramawijaya yang bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardhana atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Wijaya pada tahun 1293 Masehi.
Namun pada masa pemerintahan Jayanegara situasi kerajaan bergolak dan sering terjadi pemberontakan di beberapa wilayah kekuasaan Majapahit. Tak ketinggalan di Surabaya, yakni pemberontakan Ra Kuti pada 1319 Masehi.
Jayanegara kemudian mengirim Pangeran Kudo Kardono untuk menumpas pemberontakan yang dipimpin Ra Kuti.
Sementara untuk mengatur strategi dan pertahanan perang, Panglima Perang Kerajaan Kudo Kardono mendirikan pertahanan yang belakangan dijadikan sebagai kawasan makam yang kini banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai penjuru.
Bergolaknya kerajaan dan seringnya perang menyiratkan bahwa Prabu Jayanegara bukanlah raja yang disukai keseluruhan rakyat Majapahit saat itu.
Terbukti dari banyaknya pergolakan yang terjadi di berbagai wilayah teritori Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahannya. Salah satu pemberontakan yang paling terkenal adalah pemberontakan dari salah seorang Dharmaputra yang bernama Ra Kuti.
Naskah Pararaton bahkan menyebut Jayanegara dengan sebutan yang kurang pantas yaitu Kala Gemet yang bermakna orang jahat (penjahat) yang lemah (karena Jayanegara sering sakit-sakitan).
Ejekan ini kemungkinan terjadi akibat antipati dari para Dharmaputra kepada Jayanegara yang disebabkan sikap tidak senonohnya yang melarang dua putri keturunan dari Gayatri dan Tribhuwaneswari untuk menikah.
Selain itu "darah campuran" Prabu Jayanegara yang merupakan keturunan Jawa-Melayu dan bukan keturunan Kertanegara murni disinyalir menjadi salah satu penyebab banyaknya pemberontakan yang terjadi.
Pemberontakan Ra Kuti ini bisa dianggap merupakan paling berbahaya yang dialami Majapahit pada masa pemerintahan Prabu Jayanegara.
Ibukota Majapahit berhasil direbut dan nyawa sang raja pun terancam sehingga terpaksa harus diungsikan oleh Gajah Mada yang saat itu masih sebagai Kepala pasukan Bhayangkara ke Desa Badander.
Dalam naskah Pararaton sendiri sayangnya tidak dijelaskan bagaimana detail akhir tewasnya Ra Kuti. Yang jelas pemberontakan berhasil ditumpas berkat perjuangan yang gagah berani dari Kudo Kardono dan siasat politik gerilya jenius dari Gajah Mada. Majapahit pun untuk sementara waktu kembali tenang dan Prabu Jayanegara pun bisa kembali ke istananya.
Atas jasanya dalam keberhasilan penumpasan pemberontakan Ra Kuti tersebut, Kudo Kardono dihadiahi tanah subur yang berada dipinggiran Sungai Kalimas dan Sungai. Sedangkan Gajah Mada diberikan cuti selama dua bulan dan naik pangkat menjadi Patih di Kahuripan. (Sumber: Berbagai sumber)
Dialah Kudo Kardono panglima besar Majapahit yang pernah bersama-sama dengan Kubilai Khan (Kaisar Mongol) mengatur perdagangan rempah-rempah di wilayah Kerajaan Majapahit.
Keperkasaan dan keberaniannya makin terlihat saat berhasil menumpas para pemberontak kerajaan salah satunya yang dilakukan Ra Kuti.
Baca Juga
Kudo merupakan seorang maestro perang yang dengan gagah berani sampai titik darah penghabisannya mempertahankan keutuhan dan kedaulatan Kerajaan Majapahit.
Naskah Pararaton menyebutkan bahwa Kerajaan Majapahit didirikan oleh Nararya Dyah Sangramawijaya yang bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardhana atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Wijaya pada tahun 1293 Masehi.
Namun pada masa pemerintahan Jayanegara situasi kerajaan bergolak dan sering terjadi pemberontakan di beberapa wilayah kekuasaan Majapahit. Tak ketinggalan di Surabaya, yakni pemberontakan Ra Kuti pada 1319 Masehi.
Jayanegara kemudian mengirim Pangeran Kudo Kardono untuk menumpas pemberontakan yang dipimpin Ra Kuti.
Sementara untuk mengatur strategi dan pertahanan perang, Panglima Perang Kerajaan Kudo Kardono mendirikan pertahanan yang belakangan dijadikan sebagai kawasan makam yang kini banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai penjuru.
Bergolaknya kerajaan dan seringnya perang menyiratkan bahwa Prabu Jayanegara bukanlah raja yang disukai keseluruhan rakyat Majapahit saat itu.
Terbukti dari banyaknya pergolakan yang terjadi di berbagai wilayah teritori Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahannya. Salah satu pemberontakan yang paling terkenal adalah pemberontakan dari salah seorang Dharmaputra yang bernama Ra Kuti.
Naskah Pararaton bahkan menyebut Jayanegara dengan sebutan yang kurang pantas yaitu Kala Gemet yang bermakna orang jahat (penjahat) yang lemah (karena Jayanegara sering sakit-sakitan).
Ejekan ini kemungkinan terjadi akibat antipati dari para Dharmaputra kepada Jayanegara yang disebabkan sikap tidak senonohnya yang melarang dua putri keturunan dari Gayatri dan Tribhuwaneswari untuk menikah.
Selain itu "darah campuran" Prabu Jayanegara yang merupakan keturunan Jawa-Melayu dan bukan keturunan Kertanegara murni disinyalir menjadi salah satu penyebab banyaknya pemberontakan yang terjadi.
Pemberontakan Ra Kuti ini bisa dianggap merupakan paling berbahaya yang dialami Majapahit pada masa pemerintahan Prabu Jayanegara.
Ibukota Majapahit berhasil direbut dan nyawa sang raja pun terancam sehingga terpaksa harus diungsikan oleh Gajah Mada yang saat itu masih sebagai Kepala pasukan Bhayangkara ke Desa Badander.
Dalam naskah Pararaton sendiri sayangnya tidak dijelaskan bagaimana detail akhir tewasnya Ra Kuti. Yang jelas pemberontakan berhasil ditumpas berkat perjuangan yang gagah berani dari Kudo Kardono dan siasat politik gerilya jenius dari Gajah Mada. Majapahit pun untuk sementara waktu kembali tenang dan Prabu Jayanegara pun bisa kembali ke istananya.
Atas jasanya dalam keberhasilan penumpasan pemberontakan Ra Kuti tersebut, Kudo Kardono dihadiahi tanah subur yang berada dipinggiran Sungai Kalimas dan Sungai. Sedangkan Gajah Mada diberikan cuti selama dua bulan dan naik pangkat menjadi Patih di Kahuripan. (Sumber: Berbagai sumber)
(nic)