Kisah Pilu Seorang Janda di Aceh Timur Usai Diterjang Banjir
loading...
A
A
A
Perempuan yang tinggal sendirian ini pun berusaha mengangkat barang agar tidak terendam air, sayangnya air semakin meninggi dan usahanya jadi sia-sia.
Lalu tanpa pikir panjang, Nurlaliwati memilih menyelamat diri keluar dari rumah, seiring banjir merendam rumahnya dengan ketinggian satu meter lebih.
Bersama ratusan warga lainnya, dia memilih mengungsi ke Kantor Keuchik Gampong Bayeun, Rantau Selamat.
Lima hari kemudian setelah banjir surut, dia kembali ke rumahnya dengan membawa bekal 5 kilogram beras, 10 pack mie instan dan 3 butir telur, yang diperolehnya dari bantuan korban banjir melalui aparat desa.
Nurlailiwati hanya bisa pasrah dengan kondisi rumahnya yang berantakan. Seisi rumah basah dan berlumpur diraup banjir, namun yang membuatnya sangat sedih saat melihat mesin jahit satu-satunya alat untuk dia cari rezeki ikut terendam banjir.
Pun demikian Nurlailiati mengaku bantuan bahan pokok makanan yang diperolehnya sudah memadai.
“Kami berharap agar ada pihak yang membantu untuk memperbaiki dapur rumah yang rusak dihantam arus banjir dan menyumbangkan satu unit mesin jahit,” tutur Nurlailiwati haru.
Berbeda dengan Cut Nilam Sari, meski rumah dan isinya terendam banjir namun ia bersama keluarganya memilih tidak mengungsi mereka bertahan karena rumahnya sebagian berbentuk rumah panggung.
“Kami tetap berada di rumah dan tidak mengungsi karena Sebagian rumah berbentuk panggung,” ujar dia.
Lalu tanpa pikir panjang, Nurlaliwati memilih menyelamat diri keluar dari rumah, seiring banjir merendam rumahnya dengan ketinggian satu meter lebih.
Bersama ratusan warga lainnya, dia memilih mengungsi ke Kantor Keuchik Gampong Bayeun, Rantau Selamat.
Lima hari kemudian setelah banjir surut, dia kembali ke rumahnya dengan membawa bekal 5 kilogram beras, 10 pack mie instan dan 3 butir telur, yang diperolehnya dari bantuan korban banjir melalui aparat desa.
Nurlailiwati hanya bisa pasrah dengan kondisi rumahnya yang berantakan. Seisi rumah basah dan berlumpur diraup banjir, namun yang membuatnya sangat sedih saat melihat mesin jahit satu-satunya alat untuk dia cari rezeki ikut terendam banjir.
Pun demikian Nurlailiati mengaku bantuan bahan pokok makanan yang diperolehnya sudah memadai.
“Kami berharap agar ada pihak yang membantu untuk memperbaiki dapur rumah yang rusak dihantam arus banjir dan menyumbangkan satu unit mesin jahit,” tutur Nurlailiwati haru.
Berbeda dengan Cut Nilam Sari, meski rumah dan isinya terendam banjir namun ia bersama keluarganya memilih tidak mengungsi mereka bertahan karena rumahnya sebagian berbentuk rumah panggung.
“Kami tetap berada di rumah dan tidak mengungsi karena Sebagian rumah berbentuk panggung,” ujar dia.