Tangis Pecah di Nagekeo, Polisi Bongkar Paksa Barikade Ibu-ibu Penolak Pembangunan Waduk Lambo
loading...
A
A
A
NAGEKEO - Tangis ibu-ibu pecah saat sejumlah petugas kepolisian dari Polres Nagekeo, merangsek masuk dan membongkar paksa barikade yang dibangun ibu-ibu di Desa Rendu Butowe, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, NTT, untuk menolak pembangunan Waduk Lambo.
Pagar bambu yang dijadikan barikade di pintu masuk lokasi pembangunan Waduk Lambo, dibongkar paksa oleh polisi. Aksi saling tarik tak dapat dihindarkan lagi, saat ibu-ibu mempertahankan barikade bambu tersebut.
Seorang warga yang coba membantu ibu-ibu tersebut, sempat dipukul dan diringkus oleh polisi untuk dibawa ke pos penjagaan. Antonius Api, salah satu warga yang ditarik polisi saat terjadi pembongkaran barikade, mengalami luka di leher dan pukulan di tubuhnya.
"Saya lihat ibu-ibu sudah saling tarik dengan polisi, maka saya datang berniat membantu ibu-ibu. Namun sejumlah polisi langsung meringkus saya dan menyeret ke pos penjagaan, hingga leher saya luka," tuturnya.
Warga utamanya para ibu-ibu menolak pembangunan Waduk Lambo, karena di lokasi yang akan dibangun merupakan tanah adat yang disakralkan. Bahkan, warga Desa Rendu Butowe selalu melasanakan ritual adat di tanah tersebut, karena di tanah itu juga terdapat banyak kubur leluhurnya.
Antonius Api menyatakan, selain mengalami kekerasan saat diseret polisi, dia juga diitimidasi. "Saya diinterogasi dengan nada membentak, dan menuduh ada yang mendalangi kegiatan penolakan pembangunan Waduk Lambo ini. Sejumlah ibu-ibu juga dilecehkan," pungkasnya.
Pagar bambu yang dijadikan barikade di pintu masuk lokasi pembangunan Waduk Lambo, dibongkar paksa oleh polisi. Aksi saling tarik tak dapat dihindarkan lagi, saat ibu-ibu mempertahankan barikade bambu tersebut.
Seorang warga yang coba membantu ibu-ibu tersebut, sempat dipukul dan diringkus oleh polisi untuk dibawa ke pos penjagaan. Antonius Api, salah satu warga yang ditarik polisi saat terjadi pembongkaran barikade, mengalami luka di leher dan pukulan di tubuhnya.
"Saya lihat ibu-ibu sudah saling tarik dengan polisi, maka saya datang berniat membantu ibu-ibu. Namun sejumlah polisi langsung meringkus saya dan menyeret ke pos penjagaan, hingga leher saya luka," tuturnya.
Warga utamanya para ibu-ibu menolak pembangunan Waduk Lambo, karena di lokasi yang akan dibangun merupakan tanah adat yang disakralkan. Bahkan, warga Desa Rendu Butowe selalu melasanakan ritual adat di tanah tersebut, karena di tanah itu juga terdapat banyak kubur leluhurnya.
Antonius Api menyatakan, selain mengalami kekerasan saat diseret polisi, dia juga diitimidasi. "Saya diinterogasi dengan nada membentak, dan menuduh ada yang mendalangi kegiatan penolakan pembangunan Waduk Lambo ini. Sejumlah ibu-ibu juga dilecehkan," pungkasnya.
(eyt)