Ning Ita Targetkan Stunting di Kota Mojokerto Turun Jadi 5%

Jum'at, 03 Desember 2021 - 15:20 WIB
loading...
Ning Ita Targetkan Stunting...
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari berkomitmen untuk menurunkan angka stunting di Kota Mojokerto menjadi 5 persen pada akhir masa jabatannya pada 2023.
A A A
KOTA MOJOKERTO - Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari berkomitmen untuk menurunkan angka stunting di Kota Mojokerto menjadi 5 persen pada akhir masa jabatannya pada 2023. Hal tersebut sebagai wujud dukungan terhadap program nasional untuk menurunkan tingkat stunting di Indonesia.

“Angka stunting di Kota Mojokerto memang terbilang kecil. Tapi tentu sebisa mungkin kita turunkan lagi”, ujar sosok yang akrab disapa Ning Ita.

Saat ini persentase stunting di Kota Mojokerto sebesar 9,04 persen. Angka tersebut jauh lebih kecil jika dibanding prevalensi nasional, yakni 27,67 persen.

Ning Ita optimis, dengan persentase tersebut, untuk mencapai 5 persen dalam dua tahun bukan hal yang mustahil. Namun, pihaknya menyadari untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan kerja sama berbagai pihak.

Untuk itu Pemerintah Kota (Pemko) Mojokerto melalui Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Bencana (Dinkes PPKB) menggelar Obat Baper (Obrolan Jumat Bersama Wali Kota, Penyuluh KB, dan Kader), Jumat sore (3/12/2021).

Agenda yang berlangsung di Sabha Mandala Madya Pemko Mojokerto tersebut, selain Wali Kota dan Plt. Kepala Dinkes PPKB, juga menghadirkan Kepala Bappedalitbang, Kepala Dispenduk Pencapil, serta Kepala Perwakilan Kementerian Agama Kota Mojokerto.

Pesertanya antara lain terdiri dari Ketua Tim Penggerak PKK, camat, kasi kesra, modin, kepala bimbingan masyarakat kantor Kemenag se-Kota Mojokerto, serta Tim Pendamping Keluarga (TPK).

Kehadiran beragam pihak dalam forum tersebut dimaksudkan untuk bisa saling berdiskusi, memecahkan masalah dari hulu hingga hilir. Sehingga kolaborasi semakin menguat dan tujuan utama dapat benar-benar tercapai.

Selain itu, dalam forum tersebut juga terungkap perihal penyebab utama kasus stunting di Kota Mojokerto. Bukan perihal ekonomi, melainkan kurangnya pengetahuan terkait kebutuhan gizi anak. “Saya juga mendapati, orang tua muda saat ini tidak memiliki awareness yang tinggi untuk mengasuh anak-anaknya. Jadi pola asuh yang diberikan tidak baik,” kata Ning Ita.

Ia sangat menyesalkan sikap yang demikian di tengah upaya serius pemerintah dalam penanganan gizi buruk, di antaranya seperti melalui program Kelompok Wanita Tani (KWT), motivator kesehatan di tiap kelurahan, dan kelompok usaha ketahanan pangan.

Sehingga pihaknya sangat berharap para pihak yang hadir dalam forum tersebut dapat lebih menggencarkan edukasi pada kalangan muda. Mengingat betapa pentingnya masa depan bangsa di tangan generasi pemuda. “Goal sesungguhnya adalah menyiapkan generasi unggul untuk Indonesia ke depan. Sehingga Indonesia dapat menjadi bangsa yang maju dan bersaing di kancah global,” pungkas Ning Ita. CM
(ars)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1806 seconds (0.1#10.140)