Produksi Turun 70%, Ribuan Pekerja Tambang Bandung Barat Dirumahkan
loading...
A
A
A
BANDUNG BARAT - Pandemi virus corona (Covid-19) turut berdampak pada industri tambang di kawasan Gunung Masigit, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Wabah yang hingga kini belum menunjukkan tanda berakhir menyebabkan penurunan produksi tambang turun hingga 70%. Ini terjadi lantaran distribusi pengiriman banyak yang dihentikan.
"Kalau dihitung sejak masuknya wabah virus corona ke Indonesia, maka total industri tambang di kawasan Gunung Masigit, KBB, ini sudah turun hingga 70%," terang Ketua Himpunan Pengusaha Pekerja Masyarakat Tambang (HP2MT) KBB, Taofik E. Sutarman kepada wartawan, Rabu (22/4/2020).
Taofik menjelaskan, kondisi itu hasil tambang tidak bisa didistribusikan ke luar daerah seperti Jakarta, Banten, Depok, dan sebagainya. Apalagi, daerah-daerah tersebut sudah terlebih dahulu menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi akses keluar masuk barang maupun orang.
Alhasil, kata dia, banyak perusahaan yang terpaksa harus merumahkan pegawainya untuk sementara waktu. Pilihan itu adalah langkah terakhir yang diambil pihak perusahaan, karena pesanan menurun sehingga otomatis proses produksi juga berkurang. Tercatat total pekerja di kawasan tambang Citatah ini ada sekitar 5.000 pekerja.
Diakuinya, dampak dari wabah Virus Corona kali ini jauh lebih terasa akibatnya dibandingkan dengan krisis moneter (krismon) pada tahun 1997-1998 silam. Jika pada saat krismon ketika produksi dan konsumsi tambang di dalam negeri menurun, perusahaan bisa mensiasati dengan menggenjot ekspor. Sementara sekarang, pasar lokal ambruk untuk ekspore juga hancur.
Di tengah kondisi yang serba sulit seperti saat ini, pihak perusahaan tidak mau melepas tanggung jawab begitu saja akan nasib para pekerjanya. Meskipun tidak bekerja tapi mereka juga tetap membutuhkan bantuan guna menyambung hidup. Sehingga para pengusaha tambang berinisiatif untuk memberikan bantuan sembako kepada mereka.
"Meskipun perusahaan juga terdampak, tapi kami masih bisa membantu masyarakat yang membutuhkan. Ada sekitar 1.000 paket sembako yang dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan karena terdampak Covid-19," pungkasnya.
"Kalau dihitung sejak masuknya wabah virus corona ke Indonesia, maka total industri tambang di kawasan Gunung Masigit, KBB, ini sudah turun hingga 70%," terang Ketua Himpunan Pengusaha Pekerja Masyarakat Tambang (HP2MT) KBB, Taofik E. Sutarman kepada wartawan, Rabu (22/4/2020).
Taofik menjelaskan, kondisi itu hasil tambang tidak bisa didistribusikan ke luar daerah seperti Jakarta, Banten, Depok, dan sebagainya. Apalagi, daerah-daerah tersebut sudah terlebih dahulu menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi akses keluar masuk barang maupun orang.
Alhasil, kata dia, banyak perusahaan yang terpaksa harus merumahkan pegawainya untuk sementara waktu. Pilihan itu adalah langkah terakhir yang diambil pihak perusahaan, karena pesanan menurun sehingga otomatis proses produksi juga berkurang. Tercatat total pekerja di kawasan tambang Citatah ini ada sekitar 5.000 pekerja.
Diakuinya, dampak dari wabah Virus Corona kali ini jauh lebih terasa akibatnya dibandingkan dengan krisis moneter (krismon) pada tahun 1997-1998 silam. Jika pada saat krismon ketika produksi dan konsumsi tambang di dalam negeri menurun, perusahaan bisa mensiasati dengan menggenjot ekspor. Sementara sekarang, pasar lokal ambruk untuk ekspore juga hancur.
Di tengah kondisi yang serba sulit seperti saat ini, pihak perusahaan tidak mau melepas tanggung jawab begitu saja akan nasib para pekerjanya. Meskipun tidak bekerja tapi mereka juga tetap membutuhkan bantuan guna menyambung hidup. Sehingga para pengusaha tambang berinisiatif untuk memberikan bantuan sembako kepada mereka.
"Meskipun perusahaan juga terdampak, tapi kami masih bisa membantu masyarakat yang membutuhkan. Ada sekitar 1.000 paket sembako yang dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan karena terdampak Covid-19," pungkasnya.
(muh)