Raden Wijaya Pewaris Hak Tahta Kerajaan Sunda Galuh, Pendiri Kerajaan Majapahit

Senin, 22 November 2021 - 05:02 WIB
loading...
Raden Wijaya Pewaris Hak Tahta Kerajaan Sunda Galuh, Pendiri Kerajaan Majapahit
Raden Wijaya memerintah dari 1293-1309 dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Raja berdarah campuran Sunda dan Jawa ini meninggal dunia pada tahun 1309. ilustrasi SINDOnews
A A A
JAKARTA - Raden Wijaya yang memiliki nama asli Sang Nararya Sanggramawijaya, sesungguhnya pewaris sah tahta Kerajaan Sunda Galuh. Namun, takdir membuatnya harus meninggalkan tataran tanah Sunda hingga akhirnya dia mendirikan Majapahit dan menjadi raja Kerajaan Majapahit yang pertama.

Raden Wijaya adalah putra dari Rakyan Jayadarma, pangeran Kerajaan Sunda Galuh. Sedangkan ibu Raden Wijaya bernama Dyah Lembu Tal, cucu Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari. Ayah dari Rakyan Jayadarma atau kakek dari Raden Wijaya adalah Prabu Guru Darmasikas, raja Kerajaan Sunda Galuh. Dan ibu dari Rakyan Jayadarma adalah putri Mahesa Cempaka dari Kerajaan Singasari.

Dikisahkan bahwa Rakyan Jayadarma tewas diracun musuhnya. Intrik politik yang sangat keras dalam Kerajaan Sundah Galuh, membuat Dyah Lembu Tal pulang ke Singhasari. Sang ibu membawa serta Raden Wijaya ke Singasari. Dengan pindah ke Singasari, maka hilanglah hak ahli waris tahta Kerajaan Sunda Galuh bagi Raden Wijaya.

Raden Wijaya meniti kakrir di Kerajaan Singasari pada era pemerintahan Raja Kertanegara (1268-1292 M). Menjabat sebagai Senopati atau Panglima Perang yang sukses, membuat Raden Wijaya percaya diri untuk menyunting putri Raja Kertanegara.

Raden Wijaya bahkan menikahi empat putri Kertanegara sekaligus. Keempat putri raja itu adalah Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri. Dari keempatnya, Tribhuwaneswari dipilih sebagai permasiuri, sedangkan yang lainnya sebagai istri selir.

Raden Wijaya juga memperistri seorang putri Kerajaan Dharmasraya dari Sumatera bernama Dara Petak. Putri Melayu ini dibawa dari Ekspedisi Pamalayu oleh Kerajaan Singasari di tanah Melayu pada 1275 hingga 1286 M.

Singasari Hancur oleh Pasukan Jayakatwang

Pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, banyak gejolak timbul. Raden Wijaya selaku Senopati harus bekerja keras untuk memadamkan berbagai pemberontakan. Pemberontakan paling terkenal yang membuat Singasari akhirnya runtuh adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Bupati Gelang-gelang bernama Jayakatwang.

Pemberontakan ini tercatat dalam prasasti Kudadu tahun 1292 M. Informasi dalam prasasti ini juga dikuatkan oleh Pararaton yang mengisahkan siasat Jayakatwan mengelabui pasukan Raden Wijaya. Diceritakan bahwa Jayakatwang mengirim pasukan bernama Jaran Guyang untuk menyerbu Singasari. Siasat Jayakatwang adalah mengirim pasukan berjumlah kecil itu dan ditempatkan di bagian utara Singasari.

Raja Kertanegara yang mendengar ada penempatan pasukan di bagian utara, langsung memerintahkan Senopati Raden Wijaya yang tidak lain adalah menantunya untuk memimpin pasukan Singasari menumpas serangan pasukan Jayakatwang.

Tidak dicurigai sedikitpun bahwa pergerakan Jaran Guyang hanya untuk mengalihkan perhatian pasukan istana. Pasukan Raden Wijaya memang berhasil menghalau Jaran Guyang. Namun, saat mereka fokus mengabisi musuh, istana diserbu pasukan besar-besaran Jayakatwang. Dalam serangan ini, istana hancur oleh pasukan pemberontak Jayakatwang. Raja Kertanegara terbunuh.

Mendengar kabar bahwa raja sudah tewas dan istana dihancurkan, pasukan Raden Wijaya tercerai-berai. Raden Wijaya melarikan diri bersama beberapa pengikut setianya seperti Nambi, Kebo (Mahisa) Anabrang, Lembu Sora, dan Dharmaputra seperti Ra Kuti Ra Semi, Ra Tanca, dan Ra Wedeng.

Raden Wijaya terus dikejar pasukan Kedori, hingga ia memilih lari ke arah timur. Dengan bantuan kepala desa Kudadu, ia berhasil menyeberangi Selat Madura untuk bertemu Arya Wiraraja penguasa Songeneb (nama lama Sumenep).

Mendirikan Kerajaan Majapahit

Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan pendiri Kerajaan Majapahit bernama Jaka Sesuruh putra Prabu Sri Pamekas raja Pajajaran, yang juga terletak di kawasan Sunda. Jaka Sesuruh melarikan diri ke timur karena dikalahkan saudara tirinya yang bernama Siyung Wanara. Ia kemudian membangun kerajaan Majapahit dan berbalik menumpas Siyung Wanara.

Jelas, yang dimaksudkan Bababt Tanah Jawi adalah Raden Wija. Meski dikejar pasukan Jayakatwang, Raden Wijaya terus berupaya untuk mengalahkan musuhnya. Bersama Arya Wiraraja, Raden Wijaya merencanakan siasat untuk menguasai kembali takhta kerajaan yang dikuasai Jayakatwang. Wijaya membuat kesepakatan dengan Wiraraja bahwa jika berhasil mengalahkan Jayakatwang, maka daerah kekuasaannya akan dibagi dua untuk dirinya dan Wiraraja.

Oleh Wiraraja disampaikanlah niat Raden Wijaya kepada Jayakatwang. Disampaikannya bahwa Raden Wijaya hendak menyerah kalah. Jayakatwang yang telah membangun kembali negeri leluhurnya, yaitu kerajaan Kadiri menerimanya niat itu. Jayakatwang lalu mengirim utusan untuk menjemput Raden Wijaya di pelabuhan Jungbiru.

Setelah mengakui kekalahan kepada Jayakatwang, Raden Wijaya meminta Hutan Tarik di sebelah timur Kadiri untuk dibangun sebagai kawasan wisata perburuan. Raden Wijaya mengaku ingin bermukim di sana. Jayakatwang mengabulkan permohonan itu, sebab dia juga gemar berburu. Segera setelah itu Wiraraja mengirim orang-orang Songeneb untuk membantu Wijaya membuka hutan tersebut.

Di Kidung Panji Wijayakrama, dikisahkan bahwa saat membuka hutan untuk pemukiman Raden Wijaya dan pengikutnya, salah seorang Madura menemukan buah maja yang rasanya pahit. Oleh karena itu, desa pemukiman itu diberi nama Majapahit.

Untung dan peluang tak dapat ditolak. Saat Raden Wijaya berniat membalas denda Jayakawang, dikisahkan bahwa pada tahun 1293 pasukan Mingol sebanyak 20.000 orang dipimpin ike Mase mendarat di pulau Jawa untuk menghukum Kertanegara. Sebab, pada tahun 1289 Kertanagara telah menganiaya utusan yang dikirim Kubhilai Khan, raja Mongol.

Raden Wijaya memanfaatkan pasukan Mongol untuk menghancurkan Jayakatwang. Ia mengajak Ike Mese untuk bekerja sama. Wijaya meminta bersiasat dengan meminta bantuan untuk merebut kembali kekuasaan Pulau Jawa dari tangan Jayakatwang. Dia berjanji, setelah, dia kalahkan Jayakatwang, kerajaannya akan tuntuk kepada bangsa Mongol.

Jayakatwang yang mendengar persekutuan Wijaya dan Ike Mese segera mengirim pasukan Kadiri untuk menghancurkan mereka. Namun pasukan itu justru berhasil dikalahkan oleh pihak Mongol. Gabungan pasukan Mongol dan Majapahit serta Madura bergerak menyerang Daha, ibu kota Kerajaan Kadiri. Jayakatwang akhirnya menyerah dan ditawan dalam kapal Mongol. Setelah Jayakatwang dikalahkan, Raden Wijaya meminta izin untuk kembali ke Majapahit mempersiapkan penyerahan dirinya.

Lagi-lagi, Raden Wijaya bersiasat. Tanpa menaruh curiga, Ike Mese mengizinkannya. Sesampainya di Majapahit, Wijaya membunuh para prajurit Mongol yang mengawalnya lalu balik menyerang pasukan Mongol yang sedang berpesta kemenangan mengalahkan Jayakatwang. Serangan mendadak itu membuat Ike Mese kehilangan banyak prajurit dan terpaksa menarik mundur pasukannya meninggalkan Jawa.

Setelah menghalau Mongol ke negeri mereka, Raden Wijaya mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Majapahit pada 1293 dengan pusat pemerintahan di Mojokerto. Raden Wijaya menyatakan diri sebagai raja di kerajaan Majapahit.Ia memerintah dari 1293-1309 dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Raja berdarah campuran Sunda dan Jawa ini meninggal dunia pada tahun 1309.

Sumber:Wikipedia, www. okezone,http://www.historia.org/
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1179 seconds (0.1#10.140)