Kebal Peluru, Untung Surapati Naik Kuda Kiai Pakeling Bikin Nyali Pasukan Belanda Ciut
loading...
A
A
A
Untung Surapati pun membantu pasukan Sunan Amangkurat III yang mendengar diserang oleh tentara gabungan di Bangil. Dengan kuda Kiai Pakeling, Untung Surapati beserta pasukannya membelah barisan pasukan gabungan Sampang, Surabaya, dan tentara kompeni Belanda.
Perang tanding antara kedua pasukan besar itu pun mengerikan. Derap kaki-kaki kuda, panah-panah api berlesatan di udara, pedang-pedang berdentingan.
Desingan peluru yang melesat dari lubang-lubang senapan. Teriakan-teriakan prajurit sebelum menemui ajalnya terdengar di lokasi. Mereka bergelimpangan di tanah dengan bersimpah darah.
Dalam sekejap mata, banyak prajurit yang tewas dalam perang di Bangil. Tak hanya prajurit-prajurit dari pasukan gabungan Pasuruhan dan Bali, tetapi pasukan gabungan Sampang, Surabaya, dan tentara kompeni.
Mereka menjadi tumbal perang saudara antara Sunan Amangkurat III dan Sunan Pakubuwana. Betapa cerdasnya pasukan gabungan Sampang, Surabaya, dan kompeni, untuk menaklukkan pasukan Pasuruhan dan Bali, dengan memisahkan Untung Surapati dari pasukannya.
Sesudah Untung Surapati terpisah dari pasukannya, tentara kompeni menyerangnya yang masih terduduk di atas kuda Kiai Pakeling miliknya. Tetapi justru Untung Surapati dengan kelihaiannya berhasil membunuh tentara kompeni.
Sesudah berhasil membunuh, tentara VOC yang dipimpin oleh Mayor Goovert Knole tersebut menembakkan peluru emas ke tubuh Untung Surapati. Tetapi anehnya peluru emas tidak memberikan luka sama sekali ke tubuh Untung Surapati. Namun kendati tidak terluka, rasa teramat sakit di dalam tubuhnya amat terasa oleh Untung Surapati.
Dengan kuda Kiai Pakeling, Untung Surapati yang mengalami luka dalam itu meninggalkan medan perang. Untung Surapati pun pulang ke Pasuruhan. Perihal Untung Surapati yang takluk di peperangan di Bangil melawan pasukan Sunan Pakubuwana karena peluru emas dikisahkan pada Babad Tanah Jawa jilid 18.
Lihat Juga: Digadang-gadang Jadi Panglima, Mayjen Imam Soedja'i Pilih Berperang pada Pertempuran November 1945
Perang tanding antara kedua pasukan besar itu pun mengerikan. Derap kaki-kaki kuda, panah-panah api berlesatan di udara, pedang-pedang berdentingan.
Desingan peluru yang melesat dari lubang-lubang senapan. Teriakan-teriakan prajurit sebelum menemui ajalnya terdengar di lokasi. Mereka bergelimpangan di tanah dengan bersimpah darah.
Dalam sekejap mata, banyak prajurit yang tewas dalam perang di Bangil. Tak hanya prajurit-prajurit dari pasukan gabungan Pasuruhan dan Bali, tetapi pasukan gabungan Sampang, Surabaya, dan tentara kompeni.
Mereka menjadi tumbal perang saudara antara Sunan Amangkurat III dan Sunan Pakubuwana. Betapa cerdasnya pasukan gabungan Sampang, Surabaya, dan kompeni, untuk menaklukkan pasukan Pasuruhan dan Bali, dengan memisahkan Untung Surapati dari pasukannya.
Sesudah Untung Surapati terpisah dari pasukannya, tentara kompeni menyerangnya yang masih terduduk di atas kuda Kiai Pakeling miliknya. Tetapi justru Untung Surapati dengan kelihaiannya berhasil membunuh tentara kompeni.
Sesudah berhasil membunuh, tentara VOC yang dipimpin oleh Mayor Goovert Knole tersebut menembakkan peluru emas ke tubuh Untung Surapati. Tetapi anehnya peluru emas tidak memberikan luka sama sekali ke tubuh Untung Surapati. Namun kendati tidak terluka, rasa teramat sakit di dalam tubuhnya amat terasa oleh Untung Surapati.
Dengan kuda Kiai Pakeling, Untung Surapati yang mengalami luka dalam itu meninggalkan medan perang. Untung Surapati pun pulang ke Pasuruhan. Perihal Untung Surapati yang takluk di peperangan di Bangil melawan pasukan Sunan Pakubuwana karena peluru emas dikisahkan pada Babad Tanah Jawa jilid 18.
Lihat Juga: Digadang-gadang Jadi Panglima, Mayjen Imam Soedja'i Pilih Berperang pada Pertempuran November 1945
(shf)