Mayjen Maruli Simanjuntak Berburu Air Bersih untuk Warga Bali, NTB dan NTT

Kamis, 18 November 2021 - 21:36 WIB
loading...
Mayjen Maruli Simanjuntak Berburu Air Bersih untuk Warga Bali, NTB dan NTT
Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI Maruli Simanjuntak memfokuskan ketersediaan air bersih di sejumlah daerah di Bali, NTB dan NTT. Foto/Ist
A A A
Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI Maruli Simanjuntak memfokuskan ketersediaan air bersih sebagai salah satu programnya. Hal itu didasari ketersediaan air bersih menjadi persoalan utama di sejumlah daerah di Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bahkan untuk sekadar cuci tangan seperti anjuran di masa pandemi COVID-19 susah dilakukan lantaran kesulitan air bersih.


Maruli yang menjabat Pangdam Udayana sejak 23 November 2020 menceritakan kisah para prajuritnya berjuang membantu ketersediaan air bersih.

"Air adalah kebutuhan utama untuk hidup. Sebagian warga Bali, NTB, dan NTT masih sulit untuk mendapatkan air bersih. Mereka harus berjalan kaki berkilometer, bahkan terpaksa harus naik-turun bukit. Itu mereka lakukan tiap hari,” kata Jenderal bintang dua itu dalam keterangannya, dikutip Kamis (18/11/2021).

Pemetakan situasi pun dilakukan. Sebanyak 168 titik menjadi prioritas pertama. Sebagian mengandalkan mata air, dan sisanya dari sungai. Masalahnya sama, mata air dan sungai tersebut lokasinya jauh, bahkan sangat jauh dari pemukiman warga.

“Kami menyiapkan pompa, kemudian mengalirkan air bersih melalui pipa, hingga dekat pemukiman untuk dibuatkan penampungan air bersih,” ujarnya.

Secara teoritis, nampaknya sederhana. Namun praktiknya, sangat sulit. Seperti yang dilakukan di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali.


Para prajurit Bintara Pembina Desa (Babinsa) harus berjibaku menyusuri hutan di tengah lembah, untuk membangun tempat penampung air hingga memasang pipa. Bahan material seperti semen dan bagian mesin pompa harus dibawa ke lokasi menggunakan tali, dari ketinggian ke sumber air di lembah.

Setelah bak semen penampung air selesai dan mesin pompa dipasang, kesulitan berikutnya adalah pemasangan pipa.

Di Desa Gobleg itu, pipa harus dipasang hingga dua kilometer, melewati hutan di tengah lembah demi mengalirkan air dari sumber air ke pemukiman warga.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1335 seconds (0.1#10.140)