Penampakan Jembatan Gantung Penghubung Jabar-Jateng di Atas Sungai Cisanggarung

Jum'at, 12 November 2021 - 13:34 WIB
loading...
Penampakan Jembatan...
Jembatan gantung di atas Sungai Cisanggarung yang dibangun Pramuka di Desa Kalirahayu, Losari, Cirebon, Kamis (11/11/2021). Foto/Humas Pemprov Jabar
A A A
CIREBON - Jembatan gantung sepanjang 150 meter membentang di atas Sungai Cisanggarung yang menghubungkan dua provinsi bertetangga, Jabar dan Jateng mulai beroperasi.

Jembatan yang dibangun anggota Pramuka Jabar itu menjadi akses penghubung antara Desa Kalirahayu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jabar dengan Desa Limbangan, Kecamatan Brebes, Jateng.



"Jembatan gantung ini merupakan wujud program pengabdian masyarakat yang menjadi jembatan gantung pertama di Indonesia yang menghubungkan Jabar dan Jateng yang bisa ditempuh hanya tiga menit," ujar Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Jabar, Atalia Praratya Ridwan Kamil, Jumat (12/11/2021).

Penampakan Jembatan Gantung Penghubung Jabar-Jateng di Atas Sungai Cisanggarung

Ketua Kwarda Gerakan Pramuka Jabar, Atalia Praratya Ridwan Kamil saat meresmikan jembatan gantung di Desa Kalirahayu, Losari, Cirebon, Kamis (11/11/2021). Foto/Humas Pemprov Jabar

Jembatan gantung yang dinamai Jembatan Pramuka itu dibangun oleh anggota Pramuka Jabar selama 20 hari. Dalam prosesnya, mereka dibantu relawan vertikal rescue yang sudah berpengalaman membangun ratusan jembatan gantung di berbagai wilayah Jabar.

Atalia meyakinkan, jembatan gantung tersebut aman dan kokoh karena sudah teruji dan telah mendapat persetujuan dari Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jabar. Masyarakat, kata Atalia, tak perlu khawatir karena kualitasnya pun akan terus dipantau.

"Kita bekerja sama dengan DBMPR dan vertical rescue, jadi keamanan dan kekuatan jembatan ini sudah dihitung dengan jelas, menggunakan baja kokoh dan akan terus dipantau," jelasnya.


Sebelum jembatan tersebut dibangun, lanjut Atalia, aktivitas masyarakat di kedua wilayah yang dihubungkan jembatan itu cukup terganggu karena kesulitan akses. Bahkan, mereka harus menggunakan perahu untuk menyeberang dan tak jarang harus berjalan kaki di atas sungai dengan risiko tersapu air.

"Selama ini, masyarakat ada kesulitan melakukan berbagai aktivitas ekonomi, pendidikan dan sosial, mereka harus menggunakan perahu untuk menyeberang dan ini bahaya," kata Atalia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2395 seconds (0.1#10.140)