Bahasa Daerah Rawan Punah, Peneliti Internasional Sarankan Ini

Minggu, 24 Oktober 2021 - 12:43 WIB
loading...
Bahasa Daerah Rawan Punah, Peneliti Internasional Sarankan Ini
Pemerhati bahasa internasional Peter Hywel Coleman menilai, bahwa daerah di Indonesia harus diberi peran lebih luas dalam beberapa aktivitas keseharian. SINDOnews/Arif
A A A
BANDUNG - Pemerhati bahasa internasional Peter Hywel Coleman menilai, bahwa daerah di Indonesia harus diberi peran lebih luas dalam beberapa aktivitas keseharian. Langkah tersebut diharapkan bisa mengurangi angka kepunahan bahasa daerah di Indonesia.

" Bahasa daerah mestinya mendapat peran tertentu dan diberi kesempatan dalam berbagai aktivitas keseharian," kata Peter Hywel Coleman saat konferensi pers pemberian doktor Honoris Causa (HC) oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Diketahui, saat ini Indonesia memiliki sekitar 700 bahasa daerah. Jumlah bahasa daerah di Indonesia terbanyak nomor dua di dunia setelah Papua nugini. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat, pada periode 2011 hingga 2019, sebanyak 11 bahasa daerah di Indonesia punah.

Lebih lanjut dia menjelaskan, dengan memberi peran yang lebih besar terhadap bahasa daerah, diharapkan akan meminimalisasi kepunahan. Bahas daerah akan banyak digunakan masyarakat dalam kegiatan sehari hari. Misalnya pada ruang sastra dan promosi harian.

"Kita tidak boleh malu atau malas pakai bahasa daerah. Kita hagus bangga. Misalnya pada istilah pandemi seperti WFH (work from home) kenapa menggunakan bahasa Inggris. Akan lebih baik jika mengunakan bahwa Indonesia atau bahasa daerah," jelas dia.

Kendati begitu, dia cukup bangga atas penggunaan bangsa Indonesia di seluruh daerah. Bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa wajib negara, dan tidak menggunakan bahasa penjajah. Pengalaman negara jajahan, mayoritas menggunakan bahasa peninggalan negara kolonial.

"Kita sebenarnya harus bangga dengan bangsa Indonesia. Karena setelah merdeka, Indonesia tidak menggunakan bahasa penjajah. Indikator bahasa berhasil adalah digunakan di parlemen, pemerintahan, perguruan tinggi, dan media massa," jelas dia.

Sementara itu, Peter Hywel Coleman mendapat gelar HC dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam bidang pendidikan dan kebijakan bahasa.
Menurut Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan UPI Didi Sukyadi, penganugerahan doktor kehormatan (honoris causa) merupakan perhatian UPI dalam berbagai bidang, baik pendidikan maupun non kependidikan, termasuk pada bidang kebijakan bahasa.

Menurut dia, UPI melalui para dosennya telah berinteraksi dengan Peter Hywel Colmen cukup lama. UPI menelaah terkait dengan berbagai prestasi, kiprah, karya ilmiah dan karya pengabdian untuk Indonesia. Baca: Banyak Temuan Positif COVID-19 di Sekolah, Ridwan Kamil Minta Semua Daerah Tes Acak.

Tak heran, Ratu Inggris memberikan apresiasi dan secara khusus memberikan gelar Officer Order of British Empire (OBA) kepada Peter Hywel Colmen atas pengabdiannya di Indonesia.

"Peter Hywel Colmen terlibat membantu UPI dalam berbagai kegiatan seperti pengembangan jurnal internasional bereputasi dan konferensi ilmiah Internasional. Bagi UPI, penganugerahan gelar doktor kehormatan merupakan sesuatu yang bergengsi dan dilakukan dengan berbagai penilaian, pertimbangan kelayakan dan pertanggung jawaban akademik," katanya.

Ketua Tim Promotor pertanggung jawaban akademik doktor kehormatan (doktor honoris causa) Peter Hywel Coleman, Fuad Abdul Hamied mengatakan, Peter Hywel Coleman merupakan seorang cendekia kelas dunia yang sangat produktif. Baca Juga: Jalur Cijoho-Cijalu Pangandaran Terendam Banjir, Aktivitas Warga Lumpuh.

Selama berkarier dalam bidang kebahasaan, Hywel Coleman telah menulis lebih dari 15 buku, baik yang ditulis sendiri maupun bersama-sama dengan ilmuwan dunia lainnya. Topik yang dibahas amat beragam terkait isu-isu pembelajaran Bahasa Inggris di berbagai belahan dunia dengan dukungan British Council.

Secara geografis, isu pembelajaran Bahasa yang ditulis Hywel Coleman membentang dari Afghanistan, Sri Lanka, West Africa, Central Africa, Republik Ceko, Eropa, dan Asia Tenggara.
(nag)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.3711 seconds (0.1#10.140)