Paregreg Perang Saudara yang Picu Hancurnya Majapahit
loading...
A
A
A
Gelombang perang saudara, secara perlahan menenggelamkan keagungan Kerajaan Majapahit. Kerajaan besar yang berada pada masa keemasan kala dipimpin Raja Hayam Wuruk, dan didukung oleh Mahapatih Gajah Mada itupun akhirnya hancur lebur.
Usai mangkatnya Mahapatih Gajah Mada, dan kemudian disusul dengan mangkatnya Raja Hayam Wuruk. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya pada 1293 masehi ini, tak pernah surut dari aksi pemberontakan dan perang saudara.
Pemberontakan bertubi-tubi mendera Majapahit. Bahkan berbagai pemberontakan dahsyat terjadi usai Raden Wijaya Mangkat, dan Jayanegara yang merupakan putra mahkota diangkat menjadi raja kedua di Kerajaan Majapahit.
Sedikitnya ada empat pemberontakan besar di masa pemerintahan Jayanegara. Perangai yang buruk dari Jayanagara, dan posisinya yang merupakan keturunan dari ibu berdarah Melayu, membuat sejumlah petinggi kerajaan tidak menyukainya, sehingga bara pemberontakan sulit untuk dipadamkan.
Kitab Pararaton mencatat, sejumlah pengikut setia Raden Wijaya, beberapa kali melancarkan pemberontakan terhadap pemerintahan Jayanagara. Di antaranya, dilakukan oleh Ranggalawe yang diduga terjadi tahun 1309 saat Jayanagara naik tahta di Majapahit.
Bahkan, patih yang membantunya memerintah di Kadiri, atau Daha, Lembu Sora, turut melakukan pemberontakan pada tahun 1311. Pemberontakan ini terjadi karena hasutan Mahapati yang diduga juga musuh dalam selimut Jayanagara.
Pemberontakan berikutnya, dilancarkan oleh Nambi pada tahun 1316. Pemberontakan ini, diduga akibat ambisi ayah Nambi, Aria Wiraraja. Sebelum memberontak kepada rajanya, Nambi menjabat sebagai patih istana, namun ayahnya menginginkan Nambi menjadi raja.
Baca Juga
Usai mangkatnya Mahapatih Gajah Mada, dan kemudian disusul dengan mangkatnya Raja Hayam Wuruk. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya pada 1293 masehi ini, tak pernah surut dari aksi pemberontakan dan perang saudara.
Pemberontakan bertubi-tubi mendera Majapahit. Bahkan berbagai pemberontakan dahsyat terjadi usai Raden Wijaya Mangkat, dan Jayanegara yang merupakan putra mahkota diangkat menjadi raja kedua di Kerajaan Majapahit.
Sedikitnya ada empat pemberontakan besar di masa pemerintahan Jayanegara. Perangai yang buruk dari Jayanagara, dan posisinya yang merupakan keturunan dari ibu berdarah Melayu, membuat sejumlah petinggi kerajaan tidak menyukainya, sehingga bara pemberontakan sulit untuk dipadamkan.
Kitab Pararaton mencatat, sejumlah pengikut setia Raden Wijaya, beberapa kali melancarkan pemberontakan terhadap pemerintahan Jayanagara. Di antaranya, dilakukan oleh Ranggalawe yang diduga terjadi tahun 1309 saat Jayanagara naik tahta di Majapahit.
Bahkan, patih yang membantunya memerintah di Kadiri, atau Daha, Lembu Sora, turut melakukan pemberontakan pada tahun 1311. Pemberontakan ini terjadi karena hasutan Mahapati yang diduga juga musuh dalam selimut Jayanagara.
Pemberontakan berikutnya, dilancarkan oleh Nambi pada tahun 1316. Pemberontakan ini, diduga akibat ambisi ayah Nambi, Aria Wiraraja. Sebelum memberontak kepada rajanya, Nambi menjabat sebagai patih istana, namun ayahnya menginginkan Nambi menjadi raja.