Geger! Artefak Kuno Zaman Batu Berupa Kapak Perimbas Ditemukan di Goa Pawon
loading...
A
A
A
BANDUNG BARAT - Tim Arkeolog Jabar menemukan artefak kapak perimbas saat melakukan ekskavasi di Goa Pawon, Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Kapak perimbas tersebut terbuat dari batu gamping. Ekskavasi di 5 kotak galian yang berdekatan dengan lokasi penemuan kerangka manusia pawon sebelumnya tersebut juga menemukan kapak penetak, dan lancipan dalam ukuran besar.
"Kapak perimbas ini jadi penanda kebudayaan masa zaman batu (palaeolitikum). Biasanya artefak zaman paleolitikum berbahan andesit, di Goa Pawon ini justru ditemukan dari batu gamping untuk alat-alat berburu dan mengolah makanan," terang Kepala Tim Arkeolog Jabar, Lutfi Yondri, Rabu (29/9/2021).
Menurutnya, jika di goa-goa kars Sulawesi batu gamping dipakai untuk lancipan dan alat-alat serpih di era Mesolitik, di Goa Pawon justru era palaeolitik. Sehingga artefak di Goa Pawon diyakini berasal dari periode yang lebih tua. Di antaranya seperti kapak perimbas atau kapak genggam.
Fungsi kapak perimbas pada masa perburuan untuk menusuk hewan dan menggali tanah untuk memperoleh umbi-umbian. Karena bahan dasarnya yang keras, kapak ini bisa untuk memotong hasil buruan yang sama kerasnya dan cukup tebal.
Lebih lanjut dikatakannya, adanya pemanfaatan batu gamping membuka informasi baru bahwa manusia zaman dulu beradaptasi dalam membuat perkakas. Karena daerah Citatah sulit ditemukan batu andesit atau obsidian, maka mereka memanfaatkan sumber daya yang ada yaitu batu gamping.
"Fakta ini menegaskan jika budaya itu adalah sistem adaptasi manusia dari lingkungannya. Dalam beradaptasi manusia cenderung mengeksplorasi atau memanfaatkan sumber daya lingkungan yang ada," kata dia.
Selain kapak, tim Arkeolog juga menemukan berbagai tuluang buruan berupa anak gajah dan tapir. Tulang anak gajah ditemukan sangat logis, karena manusia Pawon cukup sulit kalau harus membawa gajah besar ke dalam goa. Selain itu ada ragam pragmen tulang binatang buruan lain yang ditemukan terkubur.
Kapak perimbas tersebut terbuat dari batu gamping. Ekskavasi di 5 kotak galian yang berdekatan dengan lokasi penemuan kerangka manusia pawon sebelumnya tersebut juga menemukan kapak penetak, dan lancipan dalam ukuran besar.
"Kapak perimbas ini jadi penanda kebudayaan masa zaman batu (palaeolitikum). Biasanya artefak zaman paleolitikum berbahan andesit, di Goa Pawon ini justru ditemukan dari batu gamping untuk alat-alat berburu dan mengolah makanan," terang Kepala Tim Arkeolog Jabar, Lutfi Yondri, Rabu (29/9/2021).
Menurutnya, jika di goa-goa kars Sulawesi batu gamping dipakai untuk lancipan dan alat-alat serpih di era Mesolitik, di Goa Pawon justru era palaeolitik. Sehingga artefak di Goa Pawon diyakini berasal dari periode yang lebih tua. Di antaranya seperti kapak perimbas atau kapak genggam.
Baca Juga
Fungsi kapak perimbas pada masa perburuan untuk menusuk hewan dan menggali tanah untuk memperoleh umbi-umbian. Karena bahan dasarnya yang keras, kapak ini bisa untuk memotong hasil buruan yang sama kerasnya dan cukup tebal.
Lebih lanjut dikatakannya, adanya pemanfaatan batu gamping membuka informasi baru bahwa manusia zaman dulu beradaptasi dalam membuat perkakas. Karena daerah Citatah sulit ditemukan batu andesit atau obsidian, maka mereka memanfaatkan sumber daya yang ada yaitu batu gamping.
"Fakta ini menegaskan jika budaya itu adalah sistem adaptasi manusia dari lingkungannya. Dalam beradaptasi manusia cenderung mengeksplorasi atau memanfaatkan sumber daya lingkungan yang ada," kata dia.
Selain kapak, tim Arkeolog juga menemukan berbagai tuluang buruan berupa anak gajah dan tapir. Tulang anak gajah ditemukan sangat logis, karena manusia Pawon cukup sulit kalau harus membawa gajah besar ke dalam goa. Selain itu ada ragam pragmen tulang binatang buruan lain yang ditemukan terkubur.
(shf)