Begini Nasib Slamet, Masinis Tragedi Bintaro yang Memilukan 34 Tahun Lalu

Minggu, 19 September 2021 - 15:27 WIB
loading...
Begini Nasib Slamet, Masinis Tragedi Bintaro yang Memilukan 34 Tahun Lalu
Slamet Suradio, Masinis Tragedi Bintaro. Foto: YouTube Kisah Tanah Jawa
A A A
JAKARTA - Sudah 34 tahun berlalu Tragedi Bintaro yang memilukan. KA 225 jurusan Rangkasbitung-Jakarta yang mengangkut 700 penumpang dan KA 220 jurusan Tanah Abang-Merak yang mengangkut 500 penumpang saling bertabrakan di Pondok Betung, Bintaro. Kecelakaan kereta dahsyat dalam sejarah perkeretaapian ini menewaskan 156 orang dan ratusan orang lainnya terluka. Lalu, bagaimana sekarang nasib Slamet Suradio, masinis Tragedi Bintaro yang merupakan masinis KA 225?

Dikutip dari YouTube Kisah Tanah Jawa berjudul Mengais Sisa Tangis-Tragedi Bintaro yang diunggah pada 2019 mengisahkan nasib Slamet Suradio, masinis Tragedi Bintaro selepas dari penjara.
Baca juga: Tragedi Bintaro

Akibat Tragedi Bintaro tahun 1987, Slamet dihukum 5 tahun penjara. Nasib sama juga dialami Adung Syafei, Kondektur KA 225 yang mendekam di hotel prodeo selama 2 tahun 6 bulan.

Sebelumnya, Slamet telah mengabdi selama 20 tahun di perusahaan KA. Setelah bebas dari penjara, pil pahit harus diterima Slamet karena kehilangan pekerjaan. Dia juga tidak mendapat uang pensiun. Slamet pun memilih pulang ke kampung halamannya di Purworejo, Jawa Tengah dengan tujuan ada pekerjaan untuk menyambung hidup. “Berjualan rokok di dekat Stasiun Kutoarjo,” kata Slamet dalam YouTube Kisah Tanah Jawa yang dikutip, Minggu (19/9/2021).

Mirisnya lagi, Slamet juga kehilangan istrinya karena Kasni menikah lagi dengan seorang masinis. Cobaan itu menerpa Slamet ketika sedang menjalani hukuman. Maklum saat itu Kasni hanya menerima separuh dari gaji yang diterima suaminya, sedangkan untuk membiayai 7 anaknya tidaklah cukup. Sementara, penghasilan tambahan dari Kasni bekerja tidak mumpuni.

Slamet kemudian mengingat lagi bagaimana Tragedi Bintaro yang mengenaskan tersebut. Dia juga menegaskan memberangkatkan kereta sendiri adalah sebuah kebohongan. “Kalau ada orang mengatakan berangkat sendiri itu bohong. Apa untungnya saya memberangkatkan kereta sendiri,” ujar Slamet.

Dia memberangkatkan kereta berdasarkan instruksi. Saat perjalanan, Slamet tidak merasa khawatir karena tidak menerima sinyal apapun. Tidak disangka, alangkah terkejutnya dari arah berlawanan muncul KA 220 dari Stasiun Kebayoran. “Saya terus narik rem bahaya ternyata gagal, tidak bisa berhenti. Tetap terjadi tabrakan,” tuturnya.

Perjalanan Maut

Berdasarkan sumber yang dihimpun SINDOnews, kecelakaan ini berawal saat KA 225 jurusan Rangkasbitung-Jakarta dengan masinis Slamet Suradio, asistennya Soleh; dan kondektur Adung Syafei berhenti di jalur 3 Stasiun Sudimara. KA 225 tersebut bersilang dengan KA 220 Patas jurusan Tanah Abang-Merak yang dimasinisi Amung Sunary dengan asistennya Mujiono.
Baca juga: Kesaksian Korban Kecelakaan Kereta di Taiwan: Tubuh Saling Bertumpuk, Mengerikan

Saat bersilang dan tanpa berkomunikasi dengan Stasiun Sudimara, petugas Stasiun Serpong justru memberikan sinyal aman bagi kereta api yang dimasinisi Slamet untuk jalan. Padahal, tidak ada pernyataan aman dari Stasiun Kebayoran. Hal ini dilakukan karena penuhnya jalur di Stasiun Sudimara.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1783 seconds (0.1#10.140)